Hasil Uji Autokorelasi Hasil Uji Heteroskedastisitas

61 Dari data 17, dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control menunjukkan nilai torelence 0.1 dan VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas atau tidak ada korelasi antara variabel independen.

4. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autikorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan asumsi autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan Uji Durbin-Watson Uji DW. Kaidah yang digunakan yaitu jika nilai DW -2 sampai +2 menunjukkan tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autorelasi dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Uji Autokorelasi Dari tabel 18, dapat dilihat bahwa nilai DW = 1.720 ; nilai tersebut berada antara -2 samapai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa data ini bebas dari autokorelasi, dengan kata lain pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Pada penelitian uji yang digunakan adalah Uji Glejser. Hasil Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .799 a .638 .634 2.267 1.720 Universitas Sumatera Utara 62 dari Uji Glejser menunjukkan nilai signifikasi sebesar 1.000 atau 0.05, dapat dilihat dari tabel 19. Tabel 19. Hasil Uji Glejser Model T Sig. Sikap .000 1.000 Norma Subjektif .000 1.000 PBC .000 1.000 Pada tabel 19, dapat dilihat bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control memiliki nilai sigifikan sebesar 1.000 atau 0.05. Hal ini sejalan dengan penyataan Gujarati Surjarweni ,2014 yang menyatakan bahwa pada uji Glejser ini mengusulkan untuk meregresikan nilai absolud residual UbsUt sebagai variabel dependen, jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi UbsUt maka ada indikasi heteroskedastisitas, sebaliknya jika variabel independen tidak mempengaruhi UbsUt maka tidak ada indikasi heteroskedastisitas. Jika nilai signifikasi di atas 0.05 maka tidak ada indikasi heterokedastisitas, dan sebaliknya apabila nilai signifikasi di bawah 0.05 maka terjadi indikasi heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada penelitian ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah memenuhi uji asumsi.

C. HASIL UTAMA PENELITIAN

Berikut ini gambar tentang hasil pengolahan data mengenai peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi membeli Universitas Sumatera Utara 63 pakaian bekas yang diperoleh dengan teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS versi 19.0 for windows. Hasil pengelolahan data dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Hasil Perhitungan Analisis Regresi ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2652.984 3 884.328 172.101 .000 a Residual 1505.561 293 5.138 Total 4158.545 296 Pada tabel 20, dapat dilihat bahwa nilai F dalam penelitian ini adalah F = 172.201 dan nilai p = 0.000 dengan nilai p 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berpengaruh terhadap intensi membeli pakaian bekas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis utama dalam penelitian ini dapat diterima yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama- sama mempengaruhi intensi individu dalam membeli pakaian bekas. Untuk hasil korelasi akan digambarkan pada tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Korelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .799 a .638 .634 2.267 Universitas Sumatera Utara 64 Tabel 21 menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berkorelasi kuat sebesar 0.799 terhadap intensi membeli pakaian bekas. Hasil dari analisis regresi pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi 0.634 atau 63.4. Hal ini berarti variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control memberi sumbangan efektif sebesar 63.4 terhadap intensi membeli pakaian bekas. Sedangkan sisanya 36.6 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti. Selanjutnya, koefisien regresi akan digambarkan pada tabel 22. Tabel 22. Hasil Koefisien Regresi Model Koefisien Signifikansi Sikap .019 .143 Norma Subjektif .044 .000 PBC .104 .000 Persamaan garis regresi pada penelitian inia dalah: Keterangan: - Y’ = Intensi Membeli Pakaian Bekas - = Nilai Contant - 1 = Nilai Sikap - 2 = Nilai Norma Subjektif - 3 = Nilai PBC - X 1 = Sikap - X 2 = Norma SUbjektif - X 3 = Perceived Behavior Control Y`= + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3. Universitas Sumatera Utara 65 Berdasarkan rumus diatas, maka pesamaan garis regresi dalam penelitian ini adalah: Persamaan garis regresi ini menunjukkan bahwa, jika tidak ada sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control maka nilai membeli pakaian bekas menguat sebesar 5.228. koefisien regresi 0.019 pada sikap menggambarkan setiap penambahan satu satuan sikap akan meningkatkan intensi sebesar 0.019; koefisiensi 0.044 pada norma subjektif menggambarkan setiap penambahan satu satuan norma subjektif akan meningkatkan intensi sebesar 0.044. Koefisien regresi 0.104 pada perceived behavioral control menggambarkan setiap penambahan satu satuan perceived behavioral control akan meningkatkan intensi sebsar 0.104. Pengaruh masing-masing variabel independen akan digambarkan pada tabel di bawah ini. Tabel 23. Koefisien variabel Model Nilai R Nilai R 2 Signifikasnsi Sikap .086 .007 .143 Norma subjektif .233 .054 .000 PBC .529 .279 .000 Variabel sikap memiliki r sebesar 0.086, namun memiliki nilai signifikansi sebesar 0.143. Sehingga r 2 =0.007 yang tidak signifikan. Pada variabel norma subjektif memiliki r sebesar 0.233, sehingga r 2 =0.054 yang menunjukkan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 5,4. Kemudian pada Y`=5.228+0.019 sikap+0.044 norma subjektif+0.104 perceived behavioral control Universitas Sumatera Utara 66 variabel perceived behavioral control memiliki r sebesar 0.529 sehingga memiliki r 2 =0.279 yang menujukkan bahwa perceived behavioral control memiliki pengaruh terhadap intensi sebesar 27,9. Setelah dilakukan uji relibilitas terhadap sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap 30 aitem skala yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisis menjadi data penelitian dengan rentang 1-5. Berdasarkan data penelitian maka hasil perhitungan mean empiric dan mean hipotetik sikap, norma subjektir, perceived behavioral control disajikan dalam tabel 24. Tabel 24 . Data Hipotetik dan Data Empirik Variabel N Data hipotetik Data Empirik Skor Mean SD Skor Mean SD Min Max Min Max Sikap 297 4 100 52 16 8 84 42.26 15.509 Norma Subjektif 297 4 100 52 16 4 95 29.33 16.509 PBC 297 5 125 65 20 5 115 44.05 21.509 Intensi 297 4 20 12 2,6 4 20 11.91 3.748 Berdasarkan tabel 24, dapat dilihat bahwa mean empirik sikap sebesar 42.26 dengan SD sebesar 15.509 dan mean hipotetik sebesar 52 dengan SD sebesar 16. Jika dilihat perbandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik pada variabel sikap, maka diperoleh mean empirik lebih kecil dari mean hipotetik Universitas Sumatera Utara 67 dengan selisih 9.74. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap yang dimiliki oleh responden penelitian untuk membeli pakaian bekas. Variabel norma subjektif, mean empirik sebesar 29.33 dengan SD sebesar 16.509. Perbandingan antara mean empirik dan mean hipotetik menunjukkan mean empirik lebih kecil daipada mean hipotetik dengan selisih 22.67. Sehingga dapat dikatakan bahwa orang-orang terdekat atau orang-orang disekitar responden penelitian kurang mendukung subjek untuk membeli pakaian bekas dibandingkan dengan orang-orang di sekitar populasi pada umumnya. Variabel perceived behavioral control, memiliki mean empirik sebesar 44.05 dengan SD 21.509. Pembandingan antara mean empirik dengan mean hipotetik dengan selisih 20.95. Hal ini menghasilkan bahwa kontrol kendali yang dimiliki subjek dalam membeli pakaian bekas lebih rendah dibandingkan kontrol kendali populasi pada umumnya. Sementara pada variabel intensi, memiliki mean empirik sebesar 11.91 dengan SD 3.748 ini menunjukkan bahwa mean hipotetik memiliki nilai lebih besar daripada mean empirik dengan selisih 0.09. Sehingga dapat dikatakan bahwa intensi yang dimiliki subjek untuk membeli pakaian bekas lebih kuat dibandingkan intensi populasi pada umumnya. Kategorisasi variabel sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi akan dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan rumus deviasi standar Universitas Sumatera Utara 68 Azwar, 2003. Skor akan digolongkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus sebagai berikut: Kategorisasi masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut. a. Kategorisasi Skor Sikap Kategorisasi skor sikap dilihat dapat pada tabel 25. Tabel 25. Kategorisasi Skor Sikap No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X ≥ 68 Positif 15 5.3 2 36 ≤ X 68 Netral 188 63.2 3 X 36 Negatif 94 31.5 Total 297 100 Pada skala sikap, mean empirik = 42.26 berada pada kisaran skor sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa kategori skor responden lebih mengarah pada kategori netral. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa terdapat terdapat 15 responden 5.3 yang memiliki sikap positif untuk membeli pakaian bekas, ada 188 responden 63.2 yang memiliki sikap netral untuk membeli pakaian bekas, dan ada 94 responden 31.5 yang memiliki sikap negatif untuk membeli pakaian bekas. X ≥ M + 1. SD = Tinggi M – 1. SD ≤ X M + 1. SD = Sedang X M – 1. SD = Rendah Universitas Sumatera Utara 69 b. Kategorisasi Skor Norma Subjektif Kategori Skor Norma Subjektif dapat dilihat pada tabel 26. Tabel 26. Kategorisasi Skor Norma Subjektif No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X ≥ 68 Mendukung 7 2.3 2 36 ≤ X 68 Netral 106 35.7 3 X 36 Menolak 184 62 Total 297 100 Pada skala norma subjektif ini, mean empirik = 29.33 berada pada kisaran skor rendah yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan orang-orang di sekitar subjektif penelitian untuk membeli pakaian bekas terkategori pada kategori menolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa significant others kurang mendukung dan tidak mendukung responden untuk membeli pakaian bekas. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa terdapat tujuh responden 2.3 yang menyatakan dorongan yang didapat responden dari orang terdekat untuk membeli pakaian bekas tergolong mendukung, ada 106 responden 35.7; yang menyatakan dorongan yang diperoleh responden dari orang terdekat untuk membeli pakaian bekas berada pada kategori netral, serta 184 responden 62 yang menyatakan bahwa dorongan orang terdekat untuk membeli pakaian bekas berada pada kategori menolak. Universitas Sumatera Utara 70 c. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control PBC Kategori skor perceived behavioral control PBC dapat dilihat pada tabel 27. Tabel 27. Kategorisasi Skor Perceived Behavioral Control PBC No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X ≥ 85 Mudah Dilakukan 9 3 2 45 ≤ X 85 Cukup Mudah Dilakukan 148 50 3 X 45 Sulit Dilakukan 140 47 Total 297 100 Pada skala perceived behavioral control ini, mean empirik = 44.05 berada pada skor sedang yang berarti hasil analisis menunjukkan bahwa kategori kekuatan kontrol perilaku dimiliki responden tergolong cukup mudah dilakukan untuk membeli pakaian bekas. Hal ini terlihat dari tabel di atas bahwa terdapat 9 responden 3 yang menyatakan bahwa perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk membeli pakaian bekas dalam kategori mudah dilakukan, ada 148 responden 50 yang menyatakan bahwa perceived behavioral control yang dimiliki responden tergolong dalam kategori cukup mudah dilakukan untuk membeli pakaian bekas, dan ada 140 responden 47 yang menyatakan bahwa perceived behavioral control yang dimiliki subjek untuk membeli pakaian bekas tergolong dalam kategori sulit dilakukan. Universitas Sumatera Utara 71 d. Kategorisasi Skor Intensi Kategori skor intensi dapat dilihat pada tabel 28. Tabel 28. Kategorisasi Skor Intensi No Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X ≥ 15 Tinggi 43 14.4 2 9 ≤ X 15 Sedang 199 67 3 X 9 Rendah 55 18.6 Total 297 100 Pada skala intensi, mean empirik = 11.91 berada pada skor sedang yang menunjukkan bahwa kategori skor subjek lebih mengarah pada kategori sedang. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa 43 responden 14.4 memiliki intensi yang tinggi untuk membeli pakaian bekas, ada 199 responden 67 memiliki intensi sedang untuk membeli pakaian bekas, dan 55 responden 18.6 memiliki intensi rendah dalam membeli pakaian bekas.

D. PEMBAHASAN

1. Peran Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas Berdasarkan hasil uji regresi pada penelitian diperoleh nilai F sebesar 172.201 dan nilai p sebesar 0.000 dimana nilai p0.05; r sebesar 0.799 dan adjusted R-Square sebesar 0.634. Ini berarti bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control memberikan sumbangan efektif sebesar 63.4 dalam meningkatkan intensi membeli pakaian bekas. Sementara sisanya, yaitu sebesar Universitas Sumatera Utara 72 36.6 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berperan dalam pembentukan intensi membembeli pakaian bekas karena ketiga faktor ini bersama-sama memberikan sumbangan dalam mempengaruhi intensi membeli pakaian bekas. Ajzen 1991 menyatakan bahwa terdapat variabel lain yang mempengaruhi intensi di luar sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control, yaitu variabel personal dan variabel lingkungan situasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 37,4 intensi dipengaruhi oleh faktor personal atau situasional. Hal ini berarti bahwa sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control bersama-sama berperan sebagai indicator pembentukan intensi membeli pakaian bekas. Theory of Planned Behavior mengungkapkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh intensinya. Intensi adalah faktor yang memotivasi seseorang untuk memunculkan perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa besar usaha seseorang untuk menampilkan perilaku. Intensi tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor personal yang berupa sikap terhadap suatu perilaku, faktor sosial yang berupa tekanan sosial untuk memunculkan atau tidak memunculkan perilaku, dan faktor kendali yang dapat memfasilitasi atau menghalangi munculnya perilaku Ajzen, 2005. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui intensi membeli pakaian bekas dapat dilihat dengan mengetahui bagaimana sikap individu terhadap pakaian bekas; peran orang terdekat yang ada disekitar calon konsumen apa mereka mendukung atau tidak mendukung individu tersebut untuk Universitas Sumatera Utara 73 membeli pakaian bekas; serta kekuatan kontrol pada konsumen terhadap faktor- faktor yang ada di sekitar calon konsumen yang dapat mendukung atau menghambat keinginan untuk membeli pakaian bekas.

2. Peran Sikap terhadap Intensi Membeli Pakaian Bekas