Pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis terhadap intensi menyumbang

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh : QORY SAVITRI NIM: 1110070000071

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

vi

D) Pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis terhadap intensi menyumbang.

E) xiii + 76 halaman + lampiran

F) Intensi menyumbang merupakan seberapa kuat keinginan individu dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis terhadap intensi menyumbang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 224 masyarakat Jakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Uji alat ukur menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple Regression Analysis pada taraf signifikasi 0.05.

Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari intensi menyumbang yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 53.9%.


(6)

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) March 2015 C) Qory Savitri

D) The Effect of Attitude, Subjective Norms, Perceived Behavioral Control, Past Behavior and Demographic Factors on Intention Donation.

E) xiii + 76 page + appendix

F) Intention donation is how strong the desire of individuals in donate money to a charity or community service organization.

The purpose of this study was to examine the effect of attitude, subjective norms, perceived behavioral control, past behavior and demographic factors on intention donation. Total sample is 224 people in Jakarta. The sampling technique used in this study is non probability sampling. Test measurement instrument using Confirmatory Factor Analysis (CFA). Analysis of the data used in this study is Multiple Regression Analysis on significance 0.05.

The results of this study, attitude, injucntive norms and perceived behavioral control which has only a significan. The results also show the proportion of the variance of intention donation described by all the independent variables was 53.9%.


(7)

segala rahmat, hidayah dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga peneliti dapat dapat menyelesaikan penelitian ini lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya penulis dibantu pleh berbagai pihak sehingga skrispi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Psi, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajarannya.

2. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan doa serta selalu berusaha meluangkan waktu untuk mahasiswa.

3. Bapak Miftahuddin, M.Si selaku dosen penguji I dan ibu Nia Tresniasari, M.Si selaku dosen penguji II. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menjadi penguji sidang skripsi, motivasi dan nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik. 4. Ibu Yunita Faela Nisa, M.Psi.,Psi, selaku dosen pembimbing skripsi yang


(8)

ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan limpahan ilmu dan pelajaran tidak ternilai dan banyak membantu peneliti

6. Staff bagian Akademik, Keuangan, dan Perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua Orang tua saya, papa Yuwono, ST dan mama Sri Yuliningsih. Kakak Resis Tanto Adi Gunawan serta Adik Salsabila Ghinantya. Terima kasih atas kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada henti yang diberikan kepada saya. Ini semua saya persembahkan untuk kalian semua yang sangat saya cintai. 8. Untuk kekasih saya Priyandani Putra dan sahabat-sahabat saya tersayang

Khilda, Refa, Nayla dan Ka Prita. Terima kasih selalu menemani, selalu memberikan bantuan untuk menyebarkan kuesioner, selalu sabar mengahadapi kerepotan saya, motivasi yang tiada henti dan doa yang diberikan kepada saya. Love you 

9. Untuk PT Berca Hardayaperkasa khususnya tim HRD. Ka Prita, Ka Syarifah, Ka Loly, Mba Giska, Bu Amel, Pak Ibnu, Pak Dion dan Pak Hanafi. Terima kasih telah memberikan nasihat, saran dan motivasi tiada henti untuk saya. 10. Izar, Intan Suryani, dan Gina Dwi Nur Afifah. Terima kasih telah membantu


(9)

Shintia, Syifa, Tyyas, Isnia, Nisyub, Iki, Hilmi, Danar, Lian, Didik, Aris, Adit, Bobby, Gian dan Deri. Terima kasih atas canda tawa, selalu sabar dan memberikan motivasi, kenangan kalian kepada saya selama perkuliahan. 12. Terima kasih kepada para responden yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut berkontribusi dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, oleh karena itu sangatlah diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menyempurnakan skripsi ini

Jakarta, 24 Maret 2015

Penulis


(10)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... . iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-11 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah... 8

1.2.1 Pembatasan masalah ... 8

1.2.2 Perumusan masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan... 11

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 13-29 2.1 Intensi Menyumbang ... 13

2.1.1 Pengertian ... 13

2.1.1.1 Pengertian intensi ... 13

2.1.1.2 Pengertian intensi menyumbang ... 13

2.1.2 Teori intensi menyumbang ... 14

2.1.2.1 Teori intensi ... 14

2.1.2.2 Teori intensi menyumbang ... 15

2.1.3 Pengukuran intensi menyumbang ... 16

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi... 17

2.2 Sikap ... 19

2.2.1 Definisi sikap ... 19

2.2.2 Komponen-komponen sikap ... 19

2.2.3 Pengukuran sikap ... 20

2.3 Norma Subjektif ... 20

2.3.1 Definisi norma subjektif ... 20

2.3.2 Komponen norma subjektif ... 21

2.3.3 Pengukuran norma subjektif ... 21

2.4 Perceived Behavioral Control... 22

2.4.1 Definisi perceived behavioral control ... 22


(11)

xii

2.5 Pengalaman Menyumbang ... 23

2.5.1 Definisi pengalaman menyumbang ... 23

2.5.2 Pengukuran pengalaman menyumbang... 24

2.6 Demografis ... 24

2.6.1 Usia dan jenis kelamin ... 24

2.6.2 Pendidikan dan pendapatan ... 26

2.7 Kerangka Berpikir ... 26

2.8 Hipotesis Penelitian…. ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 31-52 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.. 32

3.2.1 Deskripsi variabel ... 32

3.2.2 Definisi operasional variabel ... 33

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 34

3.4 Uji Validitas Konstruk ... 38

3.4.1 Uji validitas konstruk intensi menyumbang ... 40

3.4.2 Uji validitas konstruk sikap ... 42

3.4.3 Uji validitas konstruk norma injunctive... 43

3.4.4 Uji validitas konstruk norma deskriptif ... 45

3.4.5 Uji validitas konstruk norma moral ... 46

3.4.6 Uji validitas konstruk perceived behavioral control. 47 3.4.7 Uji validitas konstruk pengalaman menyumbang .. 49

3.5 Teknik Analisis Data ... 50

3.6 Prosedur Penelitian... 52

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 54-66 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 54

4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 55

4.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 59

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 67-79 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Diskusi ... 67

5.3 Saran ... 72

5.3.1 Saran metodologis ... 72

5.3.2 Saran Praktis ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Blueprint Skala Intensi Menyumbang ... 35

Tabel 3.2 Tabel Blueprint SkalaSikap ... 35

Tabel 3.3 Tabel Blueprint SkalaNorma Subjektif ... 36

Tabel 3.4 Tabel Blueprint Skala Perceived Behavioral Control ... 37

Tabel 3.5 Tabel Blueprint Skala Pengalaman Menyumbang ... 37

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Intensi Menyumbang... 41

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Sikap ... 44

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Norma Injunctive... 47

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Norma Deskriptif ... 46

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Norma Moral ... 47

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perceived Behavioral Control ... 48

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Pengalaman Menyumbang ... 49

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek ... 54

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ... 56

Tabel 4.3 Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Skor ... 58

Tabel 4.4 Tabel R Square... 60

Tabel 4.5 Tabel Anova ... 60

Tabel 4.6 Koefisien Regresi ... 61


(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peran faktor latar belakang dari theory of planned behavior ... 17 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir... 28


(14)

1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian tentang perilaku sosial yang membahas mengenai intensi menyumbang untuk badan organisasi amal maupun untuk individu yang kurang mampu sudah cukup banyak, baik dilakukan secara online (Treiblmaier & Pollach, 2006; Smith & McSweeney, 2007; Brinkerhoff, 2009; Linden 2011; Snip, 2011; Mejova, Weber & Garimella, Dougal, 2014) maupun offline (Hyung Hur, 2006; Boers 2012; Knowles, Hyde & White, 2012; Awan & Hammed, 2014).

Perilaku masyarakat ditentukan oleh intensi mereka (Linden, 2011).

Theory of planned behavior mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor penentu terhadap intensi yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control

(Ajzen, 1991). Sikap merupakan evaluasi atau penilaian dari target perilaku, norma subjektif merupakan tekanan sosial yang dirasakan mengenai dari adanya penampilan perilaku dan perceived behavioral control merupakan kontrol yang dirasakan dari perilaku. Ketiga hal tersebut mempengaruhi perilaku terutama melalui dampaknya terhadap intensi perilaku (Smith & McSweeney, 2007).

Pada tahun 2007, Smith dan Mcsweeney merupakan peneliti awal yang menyajikan revisi theory of planned behavior untuk memprediksi intensi menyumbang. Revisi theory of planned behavior yang dilakukan oleh Smith dan McSweeney (2007) yaitu intensi menyumbang dipengaruhi oleh sikap, perceived behavioral control, norma subjektif yang terdiri dari tiga yaitu norma injunctive, norma deskriptif dan norma moral serta past behavior. Penelitiannya


(15)

menggunakan 227 sampel di Queensland, Australia. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari intensi menyumbang terhadap sikap,

perceived behavioral control, norma injunctive, norma moral dan past behavior. Sedangkan norma deskriptif tidak berpengaruh dalam intensi menyumbang uang (Smith & McSweeney, 2007; Linden 2011).

Smith dan Mcsweeney (2007) mengatakan bahwa individu dengan sikap positif terhadap perilaku, kemudian percaya bahwa orang lain yang penting akan menyetujui perilaku tersebut (norma subjektif), dan yang percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas perilaku (perceived behavioral control) akan lebih cenderung memiliki intensi menyumbang untuk amal atau ke organisasi amal.

Dalam revisi dari theory of planned behavior yang dilakukan oleh Smith dan McSweneey (2007) dimasukkannya juga variable past behavior. Past behavior juga telah terlibat sebagai faktor penting dalam perilaku prososial, termasuk pemberian amal/menyumbang. Past behavior atau istilah yang digunakan peneliti dalam skripsi ini adalah pengalaman menyumbang yang merupakan perilaku masa lalu seseorang dalam menyumbang uang.

Selanjutnya, Linden (2011) juga melakukan penelitian mengenai intensi menyumbang yang dipengaruhi oleh enam variabel psikologi sosial dari revisi

theory of planned behavior yaitu norma moral, norma perskriptif, norma deksriptif, sikap, perceived behavioral control dan past behavior (perilaku di masa lalu). Dalam penelitian yang dilakukannya secara online, terdapat 143 responden (81 wanita dan 62 laki-laki). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa norma deskriptif dan norma perspektif tidak berpengaruh terhadap intensi,


(16)

sedangkan norma moral, sikap, perceived behavioral control dan past behavior

berpengaruh signifikan terhadap intensi menyumbang uang.

Knowles, Hyde dan White (2012) melakukan penelitian mengenai intensi menyumbang uang dengan menggunakan perspektif dari theory of planned behavior yang direvisi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sikap, norma subjektif,

perceived behavioral control (PBC), moral obligation dan past behavior. Ia mengukur dengan skala likert, item kuesioner yang diadaptasi dari Armitage dan Conner (2001) dan terdapat 210 sampel di Australia. Hasil penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa sikap, perceived behvioral control, moral obligation dan past behavior berpengaruh signifikan terhadap intensi menyumbang uang, sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan adanya sikap yang positif atau menguntungkan terhadap intensi menyumbang uangdari kontrol yang dirasakan, dan adanya kewajiban moral untuk menyumbang serta perilaku masa lalu dalam menyumbang memiliki intensi yang kuat untuk menyumbangkan uang di masa depan.

Snip (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi seseorang dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi amal. Faktor-faktor tersebut yaitu kewajiban moral, kesamaan dengan tujuan organisasi, pengalaman menyumbang, kepercayaan dan oportunisme yang dirasakan serta faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, pendapatan dan pendidikan. Dalam penelitiannya terdapat 304 sampel (126 laki-laki dan 178 perempuan) yang disebarkan secara online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi intensi menyumbang kesamaan dengan


(17)

tujuan organisasi, pengalaman menyumbang, kepercayaan, dan oportunisme, sedangkan kewajiban moral tidak berpengaruh secara signifikan dalam menyumbang uang

Mejova, Weber dan Garimella, Dougal (2014) melakukan penelitian mengenai empat faktor utama pada perilaku donasi (menyumbang) yaitu demografis, minat, jaringan sosial dan faktor eksternal. Para penyumbang adalah pengguna internet yang telah menerima email dari masing-masing organisasi amal yang berbeda dengan menggunakan 10.000 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa demografis, minat, jaringan sosial dan faktor eksternal dapat berpengaruh signifikan terhadap perilaku menyumbang.

Awan dan Hammed (2014) juga melakukan penelitian mengenai donasi (menyumbang). Ia membuktikan pengaruh faktor demografis, sosio-ekonomi dan karakteristik lainnya seperti perceived generosity, perceived financial, religion, individual attitude toward charities, fundraising campaigns, dan trust terhadap donasi. Penelitiannya menggunakan adaptasi Charity Aid Foundation dengan 650 sampel. Dari hasil penelitiannya tersebut, ditemukan bahwa faktor demografi dari usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap menyumbang. Jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sosio-ekonomi dalam pendapatan dan pendidikan juga berpengaruh signifikan dalam menyumbang. Perceived generosity, perceived financial, religion, individual attitude toward charities, fundraising campaigns, dan trust juga berpengaruh signifikan terhadap menyumbang.


(18)

Penelitian lain dilakukan oleh Hyung, Hur (2006). Ia meneliti faktor motivasi dalam pemberian amal, faktor motivasi tersebut terdiri dari enam dimensi yaitu kebaikan, keinginan untuk kebaikan bersama, altruisme, psikologi massa, mengharapkan sebuah reward dan keinginan untuk tanggung jawab sosial.Sampel yang digunakan 439 sampel dengan menggunakan pengukuran adaptasi dari fakor motivasi dan skala likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebaikan, alturisme, psikologi massa dan mengharapkan sebuah reward

berpengaruh signifikan dalam motivasi pemberian amal, sedangkan keinginan untuk tanggung jawab sosial dan keinginan untuk kebaikan bersama tidak berpengaruh secara signifikan.

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai intensi menyumbang, menggunakan istilah untuk menjelaskan perilaku menyumbang tersebut tidak seragam, misalnya; Charitable giving digunakan oleh Mayo dan Tinsley (2009); Leslie, Snyder, Glomb (2012); Smith dan Schwarz (2012); Hyung Hur (2006); Hou, Eason, Zhang, (2014); selanjutnya istilah Charity digunakan oleh Kraut (1973); Moely, Furco, Reed (2008); sedangkan Boers (2012); Awan dan Hameed (2014); Knowles, Hyde, White (2012); Snip (2011); Mejova, Weber dan Garimella, Dougal (2014) menggunakan istilah donation behavior.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan istilah donation, yang dalam bahasa Indonesia artinya menyumbang yang merupakan menyumbangkan uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat (Smith dan McSweeney,2007)


(19)

Menyumbang dianggap fenomena humanistik yang penting karena perilaku tersebut tidak hanya didorong dalam masyarakat, tetapi memainkan peran penting dalam meningkatkan standar hidup individu (Awan & Hameed, 2014). Setiap hari, ribuan orang memberikan bantuan atau sumbangan untuk kemanusiaan, politik, lingkungan, dan hal lainnya (Mejova, Weber & Garimella, Dougal, 2014).

Menyumbang untuk kegiatan amal merupakan perwujudan dari sikap hidup dalam keinginan menolong tanpa pamrih. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap sosial dan berderma seperti menyumbang uang sebaiknya tidak boleh dipaksa, penekanan harus kepada kesadaran diri termasuk kesadaran berdasarkan hasil pengolahan diri (Mengkaka, 2014).

Fenomena menyumbang saat ini didapatkan melalui website Charolina (2014) dengan tema Charity “Care to Share” - AIESEC Brawijaya. Dalam artikel tersebut, proyek Enlighten The Future AIESEC Brawijaya menghimpun pundi amal tepat di Car Free Day. Kegiatan charity (amal) ini merupakan rangkaian kegiatan dari proyek social children AIESEC Brawijaya. Hasil dana yang didapat dari charity nantinya akan disumbangkan kepada beberapa panti asuhan dan komunitas peduli anak yang bekerja sama dengan proyek ini. Penyumbang dana juga mendapatkan stiker bertuliskan“I have donated for children” berlogo AIESEC. Orang-orang yang lalu lalang di CFD (Car Free Day) pun ikut berpartisipasi menyumbangkan sebagian uangnya untuk kemajuan masa depan anak-anak yang kurang beruntung.


(20)

Sebagai contoh organisasi amal di Indonesia yaitu; yang dimiliki oleh SCTV dengan sebutan Pundi Amal SCTV menjalankan peran sosial menjadi jembatan antara kelompok masyarakat yang tumbuh keterikatan untuk saling peduli dan membantu sesama, menyalurkan bantuan agar meringankan penderitaan dan beban sesamanya dengan memberikan sumbangan. Pundi Amal SCTV membagi fokus kegiatannya pada empat yaitu: penanganan bencana, pendidikan, kesehatan dan pengembangan lingkungan (Pundi Amal, 2013).

Perilaku menyumbang seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, dan pendidikan (Awan & Hammed, 2014). Usia dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap menyumbang. Menurut Shelley dan Polonsky (dalam Awan & Hamed, 2014) Perempuan lebih berpengaruh memberikan sumbangan dibandingkan laki-laki. Selanjutnya, sosio-ekonomi dalam pendapatan dan pendidikan juga berpengaruh signifikan dalam menyumbang. Individu-individu dengan pendapatan yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi lebih mungkin untuk menyumbangkan (Awan & Hammed, 2014).

Beberapa pemaparan di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap apa yang sudah dijelaskan di atas. Adapun skripsi ini mempunyai judul: Pengaruh sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis terhadap intensi menyumbang.


(21)

1.2 PERUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH 1.2.1 Pembatasan masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Intensi menyumbang yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan seberapa kuat keinginan individu dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

2. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan evaluasi atau penilaian individu dalam menyumbang. Yang dinilai dari sikap postif atau negatif, menguntungkan atau tidak, berguna atau tidak untuk individu. 3. Norma subyektif adalah tekanan sosial yang dirasakan individu mengenai

tampilan dalam menyumbang atau tidak menyumbang untuk amal. Norma subjektif dilihat dari tiga komponen yaitu norma injunctive, norma deskriptif, dan norma moral.

4. Perceived behavioral control adalah kontrol yang dirasakan individu dalam menyumbang atau tidak menyumbang untuk amal.

5. Pengalaman menyumbang atau istilah dari past behavior yang merupakan banyak perilaku ditentukan oleh perilaku masa lalu atau pengalaman seseorang dalam menyumbang uang.

6. Faktor Demografi dalam penelitian ini merupakan jenis kelamin, usia, pendidikan dan pendapatan.


(22)

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan sikap terhadap intensi menyumbang?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan norma subjektif terhadap intensi menyumbang, yang terdiri dari:

2.1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan norma injunctive terhadap intensi menyumbang?

2.2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan norma deskriptif terhadap intensi menyumbang?

2.3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan norma moral terhadap intensi menyumbang?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan perceived behavioral control

terhadap intensi menyumbang?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman menyumbang (past behavior) terhadap intensi menyumbang?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan faktor demografi terhadap intensi menyumbang?


(23)

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan sikap terhadap intensi menyumbang.

2. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan norma subjektif terhadap intensi menyumbang, yang terdiri dari:

2.1 Ada tidaknya pengaruh yang signifikan norma injunctive terhadap intensi menyumbang.

2.2 Ada tidaknya pengaruh yang signifikan norma deskriptif terhadap intensi menyumbang.

2.3 Ada tidaknya pengaruh yang signifikan norma moral terhadap intensi menyumbang.

3. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap intensi menyumbang.

4. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan pengalaman menyumbang terhadap intensi menyumbang.

5. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan faktor demografi terhadap intensi menyumbang.

1.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.


(24)

1.3.2.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi dan pengembangan wacana dan kajian tentang intensi dan perilaku menyumbang.

1.3.2.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui fakta mengenai perilaku menyumbang yang selama ini belum banyak atau bahkan belum diketahui ataupun disadari oleh banyak orang. Hasil penelitian yang terkait dengan sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, pengalaman menyumbangyang mempengaruhi intensi menyumbang, dapat dimanfaatkan bagi individu ataupun masyarakat yang memiliki intensi dan perilaku dalam menyumbangkan uangnya. Selain itu penelitian ini dapat melihat pengaruh dari faktor demografi yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan dan pendapatan dalam intensi dan perilaku menyumbang. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 1 : Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Landasan Teori

Membahas mengenai theory of planned behavior, definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi dan pengukuran intensi menyumbang. Selain itu membahas mengenai revisi


(25)

sikap, norma subjektif, pengalaman menyumbang dan faktor demografis.

BAB 3 : Metode Penelitian

Membahas mengenai populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

BAB 4 : Hasil Penelitian

Membahas mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil deskripsi penelitian dan hasil hipotesis penelitian

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Membahas mengenai kesimpulan, diskusi, saran teoritis dan praktis


(26)

13

LANDASAN TEORI 2.1 Intensi Menyumbang (Intention Donate)

Sebelum menjelaskan mengenai definisi intensi menyumbang, penulis terlebih dahulu akan menjelaskan mengenai teori intensi.

2.1.1 Pengertian

2.1.1.1 Pengertian intensi

Intensi adalah letak dimensi subyektif seseorang yang melibatkan hubungan antara dirinya dengan perbuatan tertentu, oleh karena itu, mengarah pada probabilitas subyektif seseorang yang akan menunjukkan perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975).

Ajzen (1991) menjelaskan "intentions are assumed to capture the motivational factors that influence a behaviour and to indicate how hard people are willing to try or how much effort they would exert to perform the behaviour" intensi diasumsikan faktor – faktor motivasi yang berdampak pada perilaku, sebagai indikasi, seberapa kuat keinginan individu untuk mencoba dan berapa banyak usaha untuk menampilkan perilaku tersebut. Sedangkan menurut Ajzen (2002) intensi diasumsikan sebagai penyebab langsung dari perilaku.

2.1.1.2 Pengertian intensi menyumbang

Menyumbang adalah sejumlah uang yang disumbangkan untuk sebuah organisasi tertentu dan sekelompok orang untuk kesejahteraan individu (Awan & Hamed, 2014). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Muslim, 2013), donasi dapat diartikan sebagai sumbangan tetap (berupa uang) dari penderma kepada perkumpulan, atau dapat juga diartikan sebagai pemberian atau hadiah. Sedangkan


(27)

Smith dan McSweeney (2007) mendefinisikan perilaku menyumbang sebagai menyumbangkan uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

Dari beberapa definisi intensi dan menyumbang dapat disimpulkan bahwa intensi menyumbang merupakan seberapa kuat keinginan individu dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

2.1.2 Teori intensi menyumbang 2.1.2.1 Teori intensi

Fishbein dan Ajzen (1975) mengemukakan bahwa terdapat empat elemen penting dalam pembentukan intensi yaitu perilaku (behavior), objek atau target dimana perilaku ditunjukkan (target), situasi dimana perilaku ditampilkan (situation) dan waktu dimana perilaku yang akan dilakukan (time). Pada tingkat yang paling spesifik, seseorang akan menampilkan perilaku tertentu tergantung objeknya dalam situasi dan waktu tertentu.

Teori intensi dapat dijelaskan melalui theory of planned behavior. Theory of planned behavior merupakan perluasan dari theory of reason action,dibuat karena adanya keterbatasan dalam menangani perilaku seseorang, dimana individu tidak memiliki kontrol kehendak (volitional control) sehingga menambahkan konsep

perceived behavioral control. Sesuai dengan tujuannya untuk menjelaskan perilaku manusia dan seperti dalam teori aslinya yaitu theory of reason action

bahwa faktor utama dalam theory of planned behavior adalah intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang


(28)

mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia (Achmat, 2010).

Intensi diasumsikan sebagai faktor – faktor motivasi yang berdampak pada perilaku, sebagai indikasi, seberapa kuat keinginan individu untuk mencoba dan berapa banyak usaha untuk menampilkan perilaku tersebut. Theory of planned behavior mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor penentu terhadap intensi yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control (Ajzen, 1991). 2.1.2.2 Teori intensi menyumbang

Pada tahun 2007, Smith dan McSweeney merupakan peneliti awal yang menyajikan revisi dari theory of planned behavior untuk memprediksi intensi menyumbang. Dalam awal pembuatan revisi theory of planned behavior, mereka berpendapat untuk dimasukkannya norma moral, perbedaan antara norma sosial (norma subjektif) yaitu norma deskriptif dan norma prespektif atau yang biasanya disebut dengan istilah norma injunctive serta dimasukkannya perilaku masa lalu (past behavior). Sebagai hasilnya, revisi yang diusulkan oleh Smith dan McSweeney yaitu sikap, perceived behavioral control, norma deskriptif, norma perspektif (injunctive), norma moral dan past behavior (Linden, 2011). Dalam


(29)

penelitian ini, penulis menggunakan istilah norma perspektif yaitu norma

injunctive dan past behavior atau perilaku masa lalu yang dimaksud disini adalah pengalaman menyumbang uang.

Smith dan Mcsweeney (2007) mengatakan bahwa individu dengan sikap positif terhadap perilaku, kemudian percaya bahwa orang lain yang penting akanmenyetujui perilaku tersebut (norma subjektif), dan yang percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas melaksanakan perilaku (perceived behavioral control) akan lebih cenderung memiliki intensi menyumbang untuk amal atau ke organisasi amal. Dan past behavior merupakan suatu perilaku yang banyak ditentukan oleh perilaku masa lalu seseorang. Perilaku masa lalu dalam menyumbang memiliki intensi yang kuat untuk menyumbangkan uang di masa depan.

2.1.3 Pengukuran intensi menyumbang

Penelitian mengenai pengukuran intensi menyumbang menggunakan alat ukur yang berbeda diantaranya:

1. Smith dan McSweeney (2007) menggunakan pengukuran dari rekomendasi Ajzen (2002) untuk mengukur intention behavior dengan menggunakan lima item kuesioner, seperti contoh item “saya berniat untuk menyumbangkan uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat di empat minggu kedepan” dan untuk menjawabnya dimulai dari “tidak pasti” – “pasti”.

2. Penelitian Brinkerhoff (2009) menggunakan pengukuran dari Ajzen (2002) dengan 5 item kuesioner dan memberi 7-point semantic differential scale


(30)

Dengan contoh item kuesioner “Saya berencana untuk menyumbang ke organisasi amal dalam 4 bulan ke depan”.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Knowles, Hyde dan White (2012) untuk mengukur intensi menyumbang menggunakan skala likert dengan tujuh item kuesioner, seperti contoh item kuesioner “Saya berniat untuk menyumbangkan uang untuk amal di masa depan”.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan pengukuran dari rekomendasi Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) untuk mengukur

behavioral intention dengan lima item kuesioner, seperti contoh item “saya berniat untuk menyumbangkan uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat di empat minggu kedepan” dan untuk menjawabnya dimulai dari “tidak pasti” – “pasti”.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi

Menurut theory of planned behavior yang dikemukakan oleh Ajzen (2005) bahwa faktor penentu utama dari intensi dan perilaku yaitu: keyakinan perilaku, keyakinan normative, keyakinan kontrol. Terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi keyakinan seseorang yaitu: usia, jenis kelamin, budaya, status sosial-ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, kepribadian, mood, emosi, sikap, nilai, kecerdasan, anggota kelompok, pengalaman di masa lalu, paparan informasi, dukungan sosial dsb. Faktor latar belakang tersebut dibagi ke dalam kategori pribadi, sosial, dan informasi.

Dalam faktor pribadi (personal) terdapat sikap, kepribadian, nilai, emosi, dan kecerdasan. Di dalam faktor sosial (social) terdapat usia, jenis kelamin, ras,


(31)

budaya, pendidikan, pendapatan, agama. Sedangkan faktor informasi terdapat pengalaman, pengetahuan, dan paparan media.Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi perilaku, keyakinan normatif dan keyakinan kontrol. Sebagai hasilnya dapat mempengaruhi intensi dan tindakan.

Gambar 2.1

Peran faktor Latar Belakang dari Theory of Planned Behavior (Ajzen,2005) Behavioral beliefs Normative Beliefs Control beliefs Subjective Norms Perceived Behavioral Control

intention behavior Attitude toward the behavior Background Factors Pribadi Sikap, Nilai, Ciri-ciri kepribadian, Emosi Kecerdasan Sosial Usia, jenis kelamin, ras, budaya, pendidikan, agama. Informasi Pengalaman, pengetahuan, paparan media


(32)

2.2 Sikap

2.2.1 Definisi sikap

Terdapat berberapa definisi sikap yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

Menurut Ajzen (2005) sikap adalah suatu disposisi untuk respon positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi atau peristiwa. Kemudian definisi sikap menurut Smith dan McSweeney (2007) sikap merupakan evaluasi dari target perilaku. Selanjutnya Allport (dalam Hogg & Vaughan, 2011) menjelaskan sikap adalah : ͞A mental and neural state of readiness, organised through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individual's response to all objects and situations with which it is related͟.

Sikap adalah kondisi mental dan neural dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang terkait.

Sedangkan Macchia, Louis, Saeri, Smith dan Ogilivie (2013) menjelaskan bahwa sikap merupakan evaluasi hasil dari suatu perilaku tertentu sebagai positif atau negatif.

Berdasarkan definisi menurut para ahli, penulis menyimpulkan sikap merupakan evaluasi atau penilaian dari target suatu perilaku.

2.2.2 Komponen-komponen sikap

Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), terdapat tiga komponen dalam sikap yaitu;

1. Kognitif, yaitu mencerminkan persepsi dan pemikiran mengenai objek sikap.


(33)

2. Afek yaitu suatu perasaan atau evaluasi terhadap objek, meliputi perasaan dan evaluasi (sikap)

3. Konasi, yaitu intensi berprilaku yang ditampilkan terhadap objek sikap. 2.2.3Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pengukuran yang direkomendasikan dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007). Contoh item kuesioner ͞Saya membuat sumbangan moneter untuk sebuah organisasi amal atau pelayanan masyarakat dalam emapt minggu ke depan yang akan menjadi ... ͟ dan pilihan jawaban tersebut yaitu:

͞menyenangkan ͟ –͞ tidak menyenangkan ͟, ͞berguna ͟–͞ tidak berguna ͟,

͞memuaskan͟–͞ tidak memuaskan ͟, ͞menguntukan͟–͞ tidak menguntukan͟,

͞ positif ͟–͞ negatif ͟ 2.3 Norma Subjektif

2.3.1 Definisi norma subjektif

Norma subjektif merupakan faktor sosial yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Smith dan McSweneey (2007) menjelaskan norma subjektif merupakan tekanan sosial yang dirasakan mengenai tampilan dari perilaku tersebut.

Menurut White, Smith, Terry, Greenslade dan McKimmie (2009), menyatakan bahwa pengaruh sosial diwakili oleh konsep norma subjektif yaitu yang menggambarkan sejumlah tekanan dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Sedangkan Bidin et.al (dalam Falahuddin, Heikal, Khaddafi, 2014) norma subjektif dikaitkan dengan


(34)

keyakinan yang disampaikan oleh orang lain, baik secara individu atau melalui respon kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas menurut para ahli bahwa kesimpulan dari pengertian norma subjektif atau norma sosial merupakan faktor sosial yang mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan mengenai tampilan dari perilaku tersebut, untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

2.3.2 Komponen norma subjektif

Komponen norma subjektif menurut Smith dan McSweeney (2007) terdiri dari:

1. Norma injunctive

Komponen norma subyektif yaitu norma injunctive karena berkaitan dengan tekanan sosial yang dirasakan dari orang lain yang dianggap penting (significant others) untuk melakukan suatu perilaku.

2. Norma deskriptif

Norma deskriptif mencerminkan persepsi seseorang terhadap perilaku orang lain.

3. Norma moral

Norma moral dapat didefinisikan sebagai internalisasi aturan-aturan moral individu. Norma moral menekankan pada membangun perasaan pribadi tanggung jawab, daripada tekanan sosial langsung dirasakan.

2.3.3 Pengukuran norma subjektif.

Pengukuran Norma subjektif menggunakan pengukuran rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney,2007) dengan menggunakan komponen


(35)

norma subjektif yang telah direvisi yaitu norma injunctive, norma deskriptif dan norma moral yang terdiri dari 14 item.

2.4 Perceived Behavioral Control (PBC) 2.4.1 Definisi perceived behavioral control

Ajzen (1991) menjelaskan perceived behavioral control yaitu mengacu pada persepsi individu terhadap kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku yang menarik.

Perceived behavioral control menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku (Achmat, 2010).

Selanjutnya Smith dan McSweeney (2007) Perceived behavioral control merupakan kontrol yang dirasakan atas tampilan perilaku untuk melakukan, atau berniat untuk melakukan dan perilaku yang dianggap sebagai relatif mudah atau dalam kendali seseorang


(36)

Berdasarkan definisi menurut para ahli dapat disimpulkan perceived behavioral control adalah kontrol yang dirasakan atas tampilan perilaku untuk melakukan atau tidak dalam perilaku yang dianggap sebagai relatif mudah dalam kendali seseorang.

2.4.2 Pengukuran perceived behavioral control

Pengukuran perceived behavioral control menggunakan rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) yaitu persepsi kontrol atas perilaku menyumbang dengan lima item. Contoh item "Jika saya ingin menyumbang, itu akan mudah bagi saya untuk menyumbangkan uang untuk amal dan organisasi pelayanan masyarakat dalam empat minggu ke depan". Skala dari 1 sangat tidak setuju sampai 7 sangat setuju.

2.5 Pengalaman Menyumbang

2.5.1 Definisi pengalaman menyumbang

Ajzen (1991) menjelaskan bahwa past behavior merupakan prediktor terbaik dari perilaku masa depan dan akan terwujud bila kondisi tersebut terpenuhi. Menurut Conner (dalam Smith & McSweeney, 2007) past behavior

merupakan suatu perilaku yang banyak ditentukan oleh perilaku masa lalu seseorang. Selanjutnya Knowles, Hyde dan White (2012) juga menjelaskan bahwa past behavior atau perilaku masa lalu dalam menyumbang memiliki intensi yang kuat untuk menyumbangkan uang di masa depan.

Berdasarkan menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa past behavior

(perilaku masa lalu) merupakan suatu perilaku yang banyak ditentukan oleh perilaku masa lalu seseorang. Perilaku masa lalu disini merupakan perilaku


(37)

seseorang dalam menyumbang atau pengalaman seseorang dalam masa lalu untuk menyumbang uang di masa depan.

2.5.2 Pengukuran pengalaman menyumbang

Pengukuran menggunakan rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) dengan 5 item. Responden menunjukan seberapa sering terlibat dalam target dari perilaku di empat minggu terakhir. Contoh item: "Seberapa sering selama empat minggu terakhir Anda menyumbangkan uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat?". Range skala dari 1 sama sekali tidak – 7 sering.

2.6 Demografis

Menurut Smith dan McSweeney (2007) faktor-faktor demografi seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, atau tingkat pendapatan yang terkait dengan perbedaan pemberian amal. Namun dalam penelitian skripsi ini penulis hanya beberapa yang digunakan dalam faktor demografis yaitu: pendidikan, pendapatan, usia dan jenis kelamin.

2.6.1 Usia dan jenis kelamin

Demografi adalah karakteristik statistik dari populasi yang meliputi usia dan jenis kelamin yang dianggap penting untuk evaluasi dampak pada sumbangan. Jenis kelamin merupakan prediktor variabel dan kunci efektif intensi menyumbang dan merupakan variabel penting untuk mengukur efek pada sumbangan (Raganathan, 2012; Schlegelmilch et al, 1997 dalam Awan & Hamed, 2014). Usia dan jenis kelamin merupakan penentu penting dari perilaku menyumbangdan menunjukkan probabilitas tinggi dalam


(38)

menyumbang (Lee dan Chang, 2007; Carroll et al, 2005 dalam Awan & Hamed, 2014).

Menurut Shelley dan Polonsky (dalam Awan & Hamed, 2014) Faktor demografi seperti usia dan jenis kelamin berfungsi sebagai kriteria yang sesuai untuk segmentasi. Motivasi donor yang ada juga bervariasi dengan usia dan jenis kelamin. Hal ini juga menemukan bahwa perempuan lebih mungkin untuk menyumbang dibandingkan dengan laki-laki karena pola jenis kelamin bervariasi secara signifikan dan tergantung pada status perkawinan individu.Ada perbedaan yang signifikan antara perilaku menyumbang antara pria dan wanita, para lajang dan yang sudah menikah, lebih tua dan lebih muda.

Kedua jenis kelamin memiliki preferensi dan pendapat yang berbeda, perempuan mendukung untuk tujuan pendidikan, kesejahteraan sedangkan pria mendukung untuk organisasi keagamaan (Awan & Hamed 2014). Selain itu, usia dan jenis kelamin merupakan faktor penentu yang paling penting dan sumbangan moneter yang ditentukan oleh variabel ekstrinsik. Mereka adalah prediktor kunci, sehingga menunjukkan hubungan positif dengan perilaku (Awan & Hamed, 2014).

Menurut Wolff, Lee dan Chang (dalam Boers, 2012) bahwa perempuan cenderung lebih altruistik daripada laki-laki, dan karena itu lebih mungkin untuk menyumbangkan dibandingkan laki-laki. Bahwa orang tua lebih mungkin untuk menyumbangkan daripada orang yang lebih muda.


(39)

Usia yang digunakan dalam penelitian skripsi ini dimulai dari usia 18 – 55 tahun. Sedangkan untuk jenis kelamin dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan dua jenis kelamin yaitu; laki-laki dan perempuan.

2.6.2 Pendidikan dan pendapatan

Menurut Rajan et al dan Lee dan Chang (dalam Awan & Hameed, 2014) Individu-individu dengan pendapatan yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi lebih mungkin untuk menyumbangkan. Pendapatan dan pendidikan dianggap sangat penting dalam menentukan jumlah sumbangan.

2.7 Kerangka Berpikir

Menyumbang dianggap fenomena humanistik yang penting karena tidak hanya didorong dalam masyarakat tetapi memainkan peran penting dalam meningkatkan standar hidup individu. Hal ini dibuktikan karena adanya dalam setiap hari ribuan orang memberikan bantuan atau sumbangan untuk kemanusiaan, politik, lingkungan, dan hal lainnya. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai intensi seseorang dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi amal.

Dalam penelitian ini akan melihat pengaruh sikap, norma subjektif yang terdiri dari; norma injuctive, norma deskriptif dan norma moral, perceived behavioral control dan past behavior atau pengalaman menyumbang dan faktor demografis.

Smith dan Mcsweeney (2007) mengatakan bahwa individu dengan sikap positif terhadap perilaku, kemudian percaya bahwa orang lain yang penting akan menyetujui perilaku tersebut (norma subjektif), dan yang percaya bahwa mereka memiliki kontrol atas melaksanakan perilaku (perceived behavioral control) akan


(40)

lebih cenderung memiliki intensi menyumbang untuk amal atau ke organisasi amal. Dan past behavior merupakan suatu perilaku yang banyak ditentukan oleh perilaku masa lalu seseorang. Perilaku masa lalu dalam menyumbang memiliki intensi yang kuat untuk menyumbangkan uang di masa depan.

Smith dan Mcsweeney (2007) juga menjelaskan bahwa norma subjektif terdiri dari norma injunctive yaitu tekanan sosial yang dirasakan dari orang lain yang dianggap penting (significant others) untuk melakukan suatu perilaku. Selanjutnya norma deskriptif yaitu mencerminkan persepsi seseorang terhadap perilaku orang lain. Dan norma moral yaitu internalisasi aturan-aturan moral individu. Norma moral menekankan pada membangun perasaan pribadi tanggung jawab, daripada tekanan sosial langsung dirasakan.

Penelitian ini juga melihat dari faktor demografis yang mempengaruhi intensi menyumbang seseorang, yang dilihat melalui pendidikan, pendapatan, usia dan jenis kelamin.

Dari penelitian sebelumnya yang diteliti oleh Awan dan Hameed (2014), usia dan jenis kelamin merupakan penentu penting dari perilaku menyumbangdan menunjukkan probabilitas tinggi dalam menyumbang. Hal ini juga menemukan bahwa perempuan lebih mungkin untuk menyumbangkan dibandingkan dengan laki-laki. Individu-individu dengan pendapatan yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi lebih mungkin untuk menyumbangkan.


(41)

Alur pemikiran dari penelitian ini akan di ilustrasikan dalam bagan berikut ini.

Gambar 2.2 Kerangka berpikir NORMA SUBJEKTIF

PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL

PENGALAMAN MENYUMBANG

DEMOGRAFIS SIKAP

Intensi Menyumbang Norma deskriptif

Norma injunctive

Norma moral

Usia Jenis kelamin

Pendidikan


(42)

2.8 Hipotesis Penelitian

Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nihil adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

Hipotesis Mayor

Terdapat pengaruh yang signifikan sikap, norma subjektif yang terdiri dari norma injunctive, norma deskriptif, norma moral, perceived behavioral control (PBC), pengalaman menyumbang (past behavior), dan faktor demografi terhadap intensi menyumbang uang di Jakarta. Hipotesis Minor

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan sikap terhadap intensi menyumbang

uang di Jakarta

H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing komponen norma

subjektif terhadap intesi menyumbang, secara lebih detail adalah sebagai berikut:

H2.1 : Terdapat pengaruh yang signifikan norma injuncitve terhadap

intensi menyumbang uang di Jakarta

H2.2 : Terdapat pengaruh yang signifikan norma deskriptif terhadap

intensi menyumbang uang di Jakarta

H2.3 : Terdapat pengaruh yang signifikan norma moral terhadap intensi

menyumbang uang di Jakarta

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan perceived behavioral control terhadap


(43)

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman menyumbang terhadap

intensi menyumbang uang di Jakarta

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan pendapatan terhadap intensi

menyumbang uang di Jakarta

H6: Terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan terhadap intensi

menyumbang uang di Jakarta

H7: Terdapat pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap intensi

menyumbang uang di Jakarta

H8: Terdapat pengaruh yang signifikan usia terhadap intensi menyumbang

uang di Jakarta

Kesepuluh hipotesis penelitian diatas, akan dijadikan Ho sehingga dapat diuji


(44)

31

METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah individu yang berusia minimal 17 tahun yang sudah atau belum pernah dalam menyumbangkan uangnya untuk organisasi badan amal maupun individu kurang mampu, serta individu yang menggunakan internet. Jumlah populasi tidak bisa diketahui dalam penelitian ini sehingga, tidak bisa menggunakan teknik probability sampling.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini termasuk kedalam non-probability sampling. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah

accidental sampling.

Adapun sampel dalam penelitian ini penulis mengharapkan untuk mendapatkan 200 sampel secara online, 100 sampel secara offline. Namun dalam empat minggu, kuesioner yang terisi secara online berjumlah 137 sampel dan

offline 87 sampel. Jadi sampel yang didapatkan secara online dan offline

berjumlah 224 orang, baik pria dan wanita yang bersedia untuk mengisi skala penelitian yang disebarkan secara offline dan online melalui docs.google.com, dengan link

https://docs.google.com/forms/d/1aRZyze7p_BHLWk78fkDQwkfrN71SufkF0Bl-1m9-iV4/viewform?c=0&w=1&usp=mail_form_link.


(45)

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Deksripsi variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah intensi menyumbang, sikap, norma subjektif, yang terdiri dari tiga yaitu; norma injuctive; norma deksriptif; dan norma moral; perceived behavioral control, pengalaman menyumbang (past behavior) dan faktor demografis dari pendidikan, pendapatan, usia dan jenis kelamin. Intensi menyumbang dijadikan sebagai dependent variabel, yaitu variabel yang akan diteliti. Sedangkan sikap, norma subjektif yang terdiri dari tiga yaitu; norma injuctive, norma deksriptif, dan norma moral, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis dijadikan sebagai independent variabel.

3.2.2 Definisi operasional variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Intensi Menyumbang

Intensi menyumbang adalah seberapa kuat keinginan individu dalam menyumbang uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

2. Sikap

Sikap merupakan evaluasi atau penilian individu dalam menyumbang dengan penilaian positif atau negatif.

3. Norma Subjektif

Norma subjektif adalah tekanan sosial yang dirasakan oleh individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Dalam penelitian ini, penulis


(46)

menggunakan konsep norma subjektif sebagai pengganti norma sosial yaitu yang terdiri dari tiga komponen:

3.1 Norma Injunctive

Norma Injunctive yaitu berkaitan dengan tekanan sosial yang dirasakandari orang lain untuk melakukan hal tersebut. Tekanan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tekanan sosial yang dirasakan oleh individu dalam menyumbang uang yang didukung atau tidak didukung dari orang lain.

3.2 Norma Deskriptif

Norma Deskriptif yaitu persepsi orang lain yang penting bagi individu dalam melakukan perilaku tersebut. Perilaku disini merupakan persepsi individu dalam hal menyumbang uang.

3.3 Norma Moral

Norma Moral yaitu aturan-aturan internalisasi pada moral individu. Karena norma moral yang menekankan pada membangun perasaan pribadi tanggung jawab, dibanding tekanan sosial langsung yang dirasakan.

4. Perceived Behavioral Control (PBC)

Perceived Behavioral Control (PBC) merupakan kontrol yang dirasakan atas tampilan perilaku untuk melakukan atau tidak dalam perilaku yang dianggap sebagai relatif mudah dalam kendali seseorang.

4. Pengalaman menyumbang

Pengalaman menyumbang merupakan istilah dari past behavior yang merupakan banyak perilaku ditentukan oleh perilaku masa lalu seseorang.


(47)

Dalam hal ini perilaku masa lalu yaitu pengalaman seseorang yang sudah ataupun tidak pernah menyumbang uang untuk amal atau organisasi layanan masyarakat.

6. Demografis dipenelitian skripsi ini penulis menggunakan pendapatan, pendidikan, usia dan jenis kelamin.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Metode penelitian ini menggunakan angket yang diberikan secara online. Sedangkan instrument penelitian ini menggunakan Semantic differensial scale.

Semantic differensial scale merupakan skala yang dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum, untuk mengukur pengertian suatu objek atau konsep oleh seseorang. Reseponden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar (skala yang berlawanan seperti baik-buruk, cepat-lambat dan sebagaianya) dengan 7 buah titik skala (Nazir, 2009).

Adapun cara subjek memberikan jawaban terhadap tipe Semantic differensial scale adalah dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri responden pada salah satu alternatif jawaban.

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan terdiri dari 8 bagian. Bagian pertama, bagian yang mengungkap data diri responden. Bagian kedua, bagian yang mengungkap intensi menyumbang. Bagian ketiga, bagian yang mengungkap sikap. Bagian keempat, bagian mengungkap Norma injunctive. Bagian kelima, bagian mengungkap norma deskriptif. Bagian keenam, mengungkap bagian norma moral. Bagian ketujuh, mengungkap bagian perceived behavioral control. Bagian ke delapan, mengungkap bagian pengalaman meyumbang.


(48)

Adapun instrument pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Alat Ukur Intensi Menyumbang

Skala intensi menyumbang yang digunakan adalah skala diferensial semantic

dengan pengukuran yang direkomendasikan oleh Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) untuk mengukur behavioral intention.

Tabel 3.1

Blueprint Skala Intensi Menyumbang

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total 1. Behavioral Seberapa kuat 1,2,4,5 3 5

Intention keinginan individu terhadap

menyumbang uang untuk amal

TOTAL 4 1 5

2. Alat Ukur Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007).Alat ukur ini terdiri dari 8 item untuk mengukur sikap secara langsung.

Tabel 3.2

Blueprint Skala Sikap

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total

1 Sikap Evaluasi atau 1,2,3,4 8

penilaian individu 5,6,7,8 dari suatu

perilaku dalam menyumbang uang


(49)

3. Alat Ukur Norma Subjektif.

Skala norma subjektif dalam penelitian ini adalah rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007). Alat ukur ini terdiri dari tiga komponen dari norma subjektif yaitu yang terdiri dari norma injunctive, norma deskriptif dan norma moral.

Tabel 3.3

Blueprint Skala Norma Subjektif

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total

1 Norma Sejauh 1,5,6 2,3,4 6

Injunctive mana orang lain berpikir bahwa responden akan

menyumbang uang.

2 Norma Responden 1,2,4 3 4 Deskriptif menunjukkan

Sejauhmana sebenarnya orang lain yang penting bagi responden

menyumbangkan uang untuk amal.

3 Norma Menilai norma 1,2,3 4 4

Moral moral seseorang menyumbang uang.


(50)

4. Alat Ukur Perceived Behavioral Control (PBC)

Skala perceived behavioral control (PBC) dalam penelitian ini adalah rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) Alat ukur ini terdiri dari 5 item yang mengukur perceived behavioral control secara langsung.

Tabel 3.4

Blueprint skala perceived behavioral control (PBC)

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total 1 Perceived Kontrol 1,2,5 3,4 5

Behavioral yang

Control dirasakan saat

menyumbang uang.

TOTAL 3 2 5

5. Alat Ukur Pengalaman Menyumbang (Past behavior)

Skala pengalaman menyumbang dalam penelitian ini adalah rekomendasi dari Ajzen (dalam Smith & McSweeney, 2007) yang terdiri dari 5 item.

Tabel 3.5

Blueprint skala pengalaman menyumbang (past behavior).

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total 1. Pengalaman item ini untuk 4,5 1,2,3 5

Menyumbang melihat seberapa sering individu terlibat dalam target dari perilaku di empat minggu terakhir


(51)

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70, adapun langkah langkah untuk pada CFA, yaitu sebagai berikut: (Umar,2012)

1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square

yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (P>0.05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai chi-Square signifikan (P<0.05) maka dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai dengan langkah kedua berikut ini:

2. Jika nilai Chi-Square signifikan (P<0.05), maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item mengukur selain konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu konstruk/multidimensional). Setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan diperoleh model yang fit. Maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.

3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif.

4. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan oleh data untuk mendapatkan faktor skornya. Selanjutnya, melakukan pengolahan


(52)

data menggunakan SPSS 16.0 dengan ketentuan tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang dieliminasi.

Terdapat kriteria item yang baik pada CFA, yaitu (Umar, 2012):

1. Menguji apakah item signifikan atau tidak mengukur apa yang hendak diukur dengan menggunakan T-test. Melihat signifikan tidaknya item tersebut, mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t>1.96 maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya.

2. Melihat koefisien muatan faktor dari item, jika item tersebut sudah diskoring dengan favorable, maka nilai koefisien muatan faktor harus bermuatan positif atau sebaliknya. Apabila item favorable terdapat muatan fakotr item bernilai negatif maka item tersebut akan didrop dan sebaliknya.

3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi maka item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi).

Setelah memutuskan apa yang hendak diukur, selanjutnya peneliti melihat apakah item-item yang ada di dalam alat ukur yang akan digunakan benar-benar berhubungan atau mewakili konstruk yang ditentukan. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan peneliti untuk menganaisis item-item dari skala pengukuran ada Confirmatory Factor Analysis (CFA). CFA sering digunakan dalam proses pengembangan skala untuk memeriksa struktur laten


(53)

dari suatu alat tes. Dalam konteks ini, CFA digunakan untuk verifikasi jumlah dimensi yang mendasari instrumen (faktor) dan pola hubungan item dengan faktor (factor loading).

Dalam Confirmatory Factor Analsis (CFA), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a) jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor-faktor yang saling berkorelasi. Tahapan dalam CFA diawali dengan merumuskan model teoritis (hipotesis) tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji kebenarannya secara statistik menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena (a) langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Intensi Menyumbang

Peneliti menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur intensi menyumbang. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 8.36, df = 5, P-Value = 0.1376 dan nilai RMSEA = 0.055. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 1.03, df = 4, P-Value

= 0.90575, RMSEA = 0.000.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu intensi menyumbang. Kemudian penulis melihat apakah item


(54)

tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.6 dibawah ini:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Intensi Menyumbang.

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan Item Error Pengukuran 1 0.56 (0.07) 8.51 V 1 2 0.75 (0.06) 12.35 V 0 3 0.37 (0.07) 5.43 V 1 4 0.93 (0.06) 16.43 V 0 5 0.60 (0.06) 9.29 V 0

Berdasarkan tabel 3.6, pengujian CFA tidak terdapat item yang di drop, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 5 item merupakan item yang valid untuk mengukur intensi menyumbang berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.


(55)

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Sikap

Peneliti menguji apakah ke 8 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur sikap. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square=18.62, df= 20,

P-Value = 0.0000 dan nilai RMSEA = 0.191. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 6 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 18.62, df = 14, P-Value = 0.17985 RMSEA = 0.038.

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu sikap. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.7 dibawah ini:


(56)

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Sikap.

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan Item Eror Pengukuran 1 0.84 (0.05) 15.20 V 1 2 0.89 (0.05) 16.97 V 2 3 0.90 (0.05) 17.06 V 0 4 0.93 (0.05) 17.06 V 1 5 0.82 (0.06) 18.15 V 3 6 0.43 (0.07) 6.53 V 1 7 0.84 (0.05) 15.35 V 2

8 0.89 (0.05) 16.92 V 2

Berdasarkan tabel 3.7, pengujian CFA tidak terdapat item yang di drop, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t >1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 8 item merupakan item yang valid untuk mengukur sikap berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Norma Injunctive

Peneliti menguji apakah ke 6 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur norma injunctive. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 52.06, df = 9, P-Value = 0.00000 dan nilai RMSEA = 0.146. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 3 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 4.59, df = 5, P-Value


(57)

Setelah di dapat nilai P-value > 0.05 dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu intensi menyumbang. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.8 dibawah ini:

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Norma Injunctive.

No Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan

Item Error Pengukuran

1 0.82 (0.08) 10.85 V 1 2 0.81 (0.08) 10.81 V 1 3 - 0.08 (0.07) -1.21 X 1 4 0.59 (0.07) 8.73 V 0 5 0.67 (0.07) 8.65 V 2 6 0.63 (0.07) 9.21 V 1

Berdasarkan tabel 3.8, pengujian CFA dengan total 1 item yang di drop yaitu item 3, dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item signifikan t < 1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item terdapat 1 item yang memiliki nilai negatif yaitu item 3, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran


(58)

tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 5 item merupakan item yang valid untuk mengukur norma injunctive berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Norma Deskriptif

Peneliti menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur norma deskriptif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square = 4.16, df= 2, P-Value = 0.12512 dan nilai RMSEA = 0.070. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 0.82, df = 1, P-Value = 0.36438, RMSEA = 0.000.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.9 dibawah ini:


(59)

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Norma Deskriptif

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan

Item Error Pengukuran

1 0.64 (0.06) 10.07 V 0 2 0.83 (0.06) 13.28 V 1 3 0.62 (0.07) 9.06 V 1 4 0.87 (0.06) 14.15 V 0

Berdasarkan tabel 3.9, pengujian CFA tidak terdapat item yang di drop, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 4 item merupakan item yang valid untuk mengukur norma deskriptif berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.5 Uji Validitas Konstruk Norma Moral

Peneliti menguji apakah ke 4 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur norma moral. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square= 4.22, df= 2,

P-Value = 0.12139 dan nilai RMSEA = 0.071. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan

Chi-square= 1.10, df = 1, P-Value = 0.29406, RMSEA = 0.021.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item,


(60)

apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.10 dibawah ini:

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Norma Moral

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan

Item Error Pengukuran

1 0.64 (0.07) 9.77 V 1 2 0.76 (0.06) 12.21 V 1 3 0.80 (0.06) 13.15 V 0 4 0.83 (0.06) 13.87 V 0

Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 4 item merupakan item yang valid untuk mengukur norma moral berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.4.6 Uji Validitas Konstruk Perceived behavioral control

Peneliti menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur perceived behavioral control. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square=23.87, df = 5, P-Value = 0.00023 dan nilai RMSEA = 0.130. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 2 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu


(61)

sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 0.96, df = 3,

P-Value = 0.81086, RMSEA = 0.000.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.

Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.11 dibawah ini:

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Perceived behavioral control

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan

Item Error Pengukuran

1 0.66 (0.06) 10.21 V 0 2 0.72 (0.06) 11.25 V 1 3 0.77 (0.06) 12.34 V 1 4 0.88 (0.06) 14.04 V 2 5 0.76 (0.06) 12.37 V 0

Berdasarkan tabel 3.11, pengujian CFA tidak terdapat item yang di drop, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Lalu koefisien muatan faktor dari seluruh item tidak ada yang memiliki nilai negatif, dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, ke 5 item merupakan item yang valid untuk mengukur norma deskriptif berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.


(62)

3.4.7 Uji Validitas Konstruk Pengalaman Menyumbang

Peneliti menguji apakah ke 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur pengalaman menyumbang. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-square

= 87.64, df = 5, P-Value = 0.00000 dan nilai RMSEA = 0.272. Oleh sebab itu, penulis melakukan modifikasi 1 kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 1.79, df = 4, P-Value = 0.77495, RMSEA = 0.000.

Pada pengujian CFA ini, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua item signifikan karena t > 1.96. Selanjutnya penulis melihat muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif atau tidak. Sehingga di dapatkan nilai koefisien muatan faktor, t-value dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item seperti yang dapat dilihat di tabel 3.12 dibawah ini:

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Pengalaman Menyumbang.

No. Lambda Standard t-value Signifikan Korelasi Kesalahan

Item Error Pengukuran

1 0.80 (0.06) 13.98 V 0 2 0.92 (0.05) 17.09 V 0 3 0.87 (0.07) 15.81 V 1 4 0.13 (0.07) 1.85 X 1 5 -0.02 (0.07) -0.33 X 1

Berdasarkan tabel 3.12 pengujian CFA terdapat 2 item yang di drop yaitu item 4 dan 5, nilai t bagi koefisien muatan faktor tidak semua item signifikan t > 1.96. Lalu koefisien muatan faktor 1 item memiliki nilai negatif,


(63)

dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah lebih dari 3.Artinya, ke 3 item merupakan item yang valid untuk mengukur pengalaman menyumbang berdasarkan 3 kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh sikap, norma subjektif yang terdiri dari norma injunctive, norma deskriptif dan norma moral, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografis terhadap intensi menyumbang, maka peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik statistik multiple regression analysis (analisis regresi berganda) dengan bantuan software SPSS versi 16. Teknik analisis regresi ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada di Bab 2. Dengan

dependet variable yaitu intensi menyumbang dan independent variable sikap, norma injunctive, norma deskriptif, norma moral, perceived behavioral control, pengalaman menyumbang dan faktor demografi, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = Intensi Menyumbang a = Konstan

b = Koefisien regresi untuk masing – masing X X1 = Sikap

X2 = Norma Injuctive

X3 = Norma deskriptif

X4 = Norma moral

Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9+


(64)

X5 = Perceived Behavioral Control

X6 = Pengalaman Menyumbang

X7 = Pendapatan

X8 = Pendidikan

X9 = Usia

X10 = Jenis Kelamin

e = Residu

Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang paling sesuai (memiliki eror terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan analisis sebagai berikut:

1. R Square (R2) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan yang dijelaskan oleh IV berpengaruh signifikan terhadap DV

2. Diketahui signifikan atau koefisien regresi dari masing-masing IV. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari IV yang bersangkutan

3. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap IV terhadap DV, dan melihat signifikansinya.

3.6 Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap persiapan

- Perumusan masalah yang akan diteliti. - Menentukan variabel yang akan diteliti.

- Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian.


(1)

(2)

LAMPIRAN 7

MODIFIKASI DIAGRAM PATH

PERCEIVED BEHAVIORAL

CONTROL.


(3)

(4)

LAMPIRAN 9

OUTPUT SPSS

Model Summary

Model Summary

Mode

l R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .734a .539 .517 6.48311 .539 24.854 10 213 .000

a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN, JENIS_KELAMIN, SIKAP, PENGALAMAN, USIA, PENDIDIKAN, PBC, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_MORAL, NORMA_DESKRIPTIF

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 10446.360 10 1044.636 24.854 .000a

Residual 8952.546 213 42.031

Total 19398.907 223

a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN, JENIS_KELAMIN, SIKAP, PENGALAMAN, USIA, PENDIDIKAN, PBC, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_MORAL, NORMA_DESKRIPTIF


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.420 4.481 1.656 .099

SIKAP .255 .066 .265 3.839 .000

NORMA_INJUNCTIV

E .164 .082 .165 2.008 .046

NORMA_DESKRIPTI

F .033 .087 .032 .383 .702

NORMA_MORAL -.069 .084 -.066 -.818 .414

PBC .451 .071 .435 6.312 .000

PENGALAMAN -.003 .048 -.003 -.072 .943

USIA -.430 1.011 -.021 -.425 .671

JENIS_KELAMIN 1.512 .923 .080 1.639 .103

PENDIDIKAN -.078 .465 -.008 -.167 .867

PENDAPATAN .748 .909 .040 .823 .411


(6)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .608a .369 .367 7.42260 .369 130.099 1 222 .000

2 .663b .440 .435 7.01230 .071 27.739 1 221 .000

3 .664c .441 .434 7.01826 .001 .624 1 220 .430

4 .668d .446 .436 7.00378 .005 1.911 1 219 .168

5 .728e .530 .519 6.46663 .084 38.893 1 218 .000

6 .728f .530 .517 6.47911 .000 .162 1 217 .688

7 .729g .531 .516 6.49088 .001 .213 1 216 .645

8 .733h .537 .520 6.46315 .006 2.857 1 215 .092

9 .733i .537 .518 6.47823 .000 .001 1 214 .979

10 .734j .539 .517 6.48311 .002 24.854 1 213 .000

. Predictors: (Constant), SIKAP

b. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE c. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF

d. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL

e. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC

f. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC, PENGALAMAN g. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC, PENGALAMAN, USIA

h. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC, PENGALAMAN, USIA, JENIS_KELAMIN

i. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC, PENGALAMAN, USIA, JENIS_KELAMIN, PENDIDIKAN

j. Predictors: (Constant), SIKAP, NORMA_INJUNCTIVE, NORMA_DESKRIPTIF, NORMA_MORAL, PBC, PENGALAMAN, USIA, JENIS_KELAMIN, PENDIDIKAN, PENDAPATAN