Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU memiliki kemampuan berkembang biak secara vegetatif dan generatif dan biji- bijinya yang mudah diterbangkan oleh angin sehingga memudahkan pemencaran. Suku Poaceae memiliki alat perkembangbiakan yang ringan sehingga mudah dipencarkan serta memiliki persyaraan hidup yang sederhana sehingga mudah hidup pada berbagai tipe habitat Aththorick, 2005. Syarif 2009 menambahkan bahwa jenis Leersia hexandra dinamakan pepadian, karena memiliki bulir seperti bulir padi dengan ukuran lebih kecil. Rumput tersebut tumbuh pada daerah-daerah kering dan ditemukan sampai pada ketinggian 1750 m dpl.

4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah

Indeks keanekaragaman jenis berfungsi untuk menandai jumlah jenis dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah jenis di antara jumlah total individu seluruh jenis yang ada. Fachrul 2007, menyatakan bahwa indeks keanekaragaman merupakan parameter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi dan stabilitas komunitas. Dalam suatu komunitas pada umumnya terdapat berbagai jenis tumbuhan sehingga semakin tua atau semakin stabil keadaan suatu komunitas, semakin tinggi keanekaragaman jenis tumbuhannya. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman dari ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah Lokasi H’ Indeks Keanekaragaman E Indeks Keseragaman Lokasi 1 3,307 0,818 Lokasi 2 2,963 0,757 Lokasi 3 2,897 0,766 Keterangan: Lokasi 1: Kebun Kopi Lokasi 2: Kebun Kakao Lokasi 3: Kawasan Agroforestri Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU Dari Tabel 4.3. diketahui bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan berkisar antara 2,897 hingga 3,307. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada lokasi 1 sebesar 3,307 dan yang terendah pada lokasi 3 sebesar 2,897. Nilai indeks keanekaragaman pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan bawah di lingkungan tersebut memiliki keanekaragaman jenis yang cukup tinggi . Menurut Fachrul 2007 jika nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu transek adalah sedikit atau rendah, jika H’ 1 ≤ H’ 3 keanekaragaman adalah sedang dan jika nilai H’ 3 maka keanekaragaman jenis adalah tinggi. Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak jenis. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas tersebut disusun oleh sedikit jenis dan jika hanya ada sedikit jenis yang dominan Indriyanto, 2006. Dari Tabel 4.3. diketahui nilai indeks keanekaragaman dari lokasi 1 tergolong tinggi sebesar 3,307, pada lokasi 2 dan lokasi 3 tergolong dalam kategori sedang sebesar 2,963 dan 2,897. Hal ini disebabkan oleh nilai indeks keanekaragaman yang mungkin tidak terlepas dari fakor abiotik lingkungan vegetasinya. Komposisi, distribusi dan kemelimpahan serta tinggi rendahnya indeks keanekaragaman semak, herba maupun rumput pada ketiga naungan, sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang terbentuk. Persebarannya secara tidak langsung dipengaruhi oleh interaksi antara vegetasi itu sendiri, suhu, kelembaban udara, fisik-kimia tanah. Hal tersebut menimbulkan kondisi lingkungan yang menyebabkan hadir atau tidaknya suatu jenis dan tersebar dengan tingkat adaptasi yang beragam Nahdi Darsikin, 2014. Nilai indeks keanekargaman juga dipengaruhi oleh faktor abiotiknya. Pada lokasi 2 nilai pH tanah Lampiran 3 berkisar antara 4-5,2 sedikit lebih rendah dan asam daripada kedua lokasi penelitian lainnya. pH tanah yang sangat masam akan menyebabkan sulitnya unsur hara diserap tanaman. Hal ini karena adanya unsur- unsur beracun dan mengganggu perkembangan mikroorganisme. Jenis-jenis yang memiliki sifat toleransi terhadap tanah asam, diantaranya adalah jenis P. conjugatum, P. javanica, P. distichum, dan N. reynaudia Hardjowigeno, 2003. Hal ini juga sesuai dengan jenis Paspalum conjugatum pada lokasi 2 yang toleran Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU terhadap tanah asam yang memiliki jumlah individu tertinggi sebesar 1075 individu. Pada tabel 4.3. diketahui bahwa nilai indeks keseragaman tumbuhan bawah berkisar antara 0,757 sampai 0,818. Nilai indeks keseragaman tertinggi terdapat pada lokasi 1 yaitu 0,818 dan yang terendah pada lokasi 2 sebesar 0,757. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai indeks keseragaman dari lokasi 1 hingga lokasi 3 tergolong tinggi. Menurut Krebs 1985, dikatakan rendah apabila E bernilai 0-0,5 dan keseragaman dikatakan tinggi apabila E bernilai 0,5-1. Penyebaran individu setiap jenis disebut dengan kemerataan jenis atau ekuibilitas jenis. Kemerataankeseragaman menjadi maksimum bila suatu jenis mempunyai jumlah individu sama. Kemerataan dan kekayaan jenis merupakan hal yang berbedameskipun keduanya sering berkorelasi positif, namun gradien lingkungan dapat menurunkan kekayaan jenis disertai dengan adanya peningkatan keanekaragaman Barbour et al., 1987.

4.4. Indeks Similaritas

Dokumen yang terkait

Sistem Pemasaran TBS Produksi Kebun Rakyat Di Labuhan Batu (Studi kasus Desa Tanjung Medan, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara)

0 44 85

Analisis Vegetasi di Cagar Alam Martelu Purba, Desa Purba Tongah, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara

6 54 53

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara

5 66 61

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 0 13

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 0 2

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 1 3

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 0 9

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 0 5

Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Pada Tiga Tipe Komunitas Kebun (Studi Kasus: Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara)

0 0 21