DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
3.5. Analisis Data
Data vegetasi yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR, Indeks Nilai Penting INP, Indeks
Keanekaragaman Shannon, Indeks Keseragaman, Indeks Similaritas dari masing- masing lokasi penelitian Contoh perhitungan analisis vegetasi pada Lampiran 5.
Menurut Indriyanto 2006, analisis data untuk menghitung komposisi vegetasi dilakukan dengan menghitung sebagai berikut:
a. Kerapatan
Kerapatan Mutlak KM =
Kerapatan Relatif KR = x 100
b. Frekuensi
Frekuensi Mutlak FM =
Frekuensi Relatif FR =
x 100
c. Indeks Nilai Penting
INP = KR + FR
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan keseragaman jenis
Indriyanto, 2006 dilakukan analisis sebagai berikut: a. Indeks Keanekaragaman Shannon
H’ = -
pi ln pi Jumlah individu suatu jenis
Luas Plot contoh Plot pengamatan Kerapatan mutlak suatu jenis
Jumlah total kerapatan mutlak seluruh jenis
Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Jumlah seluruh plot pengamatan
Frekuensi suatu jenis Frekuensi total seluruh jenis
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
pi =
dengan : ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
b. Indeks Keseragaman
H’ E =
H maks
Keterangan: E = Indeks keseragaman ; H’= indeks keragaman
H maks = Indeks keragaman maksimum, sebesar Ln S
S = Jumlah genusjenis
Untuk mengetahui kesamaan jenis antar lokasi dilakukan analisis indeks kesamaan jenis atau indeks similaritas Indriyanto, 2006 sebagai berikut:
Indeks Similaritas
2C IS = x 100
A + B Keterangan: A = Jumlah total individu yang terdapat pada lokasi A
B = Jumlah total individu yang terdapat pada lokasi B C = Jumlah individu terkecil dari jenis yang sama terdapat pada
kedua lokasi yang dibandingkan ni
N
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Tumbuhan Bawah Pada Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada ketiga lokasi yang berbeda diperoleh jenis tumbuhan bawah yang terdiri atas dua divisi yaitu Pteridophyta
sebanyak 16 jenis dari 7 suku dan Spermatophyta sebanyak 64 jenis dari 20 suku. Lokasi 1 diperoleh sebanyak 57 jenis dari 22 suku, lokasi 2 sebanyak 50 jenis dari
22 suku dan lokasi 3 sebanyak 44 jenis dari 19 suku Tabel 4.1.. Jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah yang diperoleh dengan jumlah individu pada masing-
masing lokasi tercantum pada Lampiran 4.
Tabel 4.1. Jumlah Suku, Jenis dan Individu Tumbuhan Bawah Pada Kebun Kopi, Kebun Kakao dan Agroforestri di Desa Telagah,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
No. Suku
Jenis Lokasi
1 2
3 Pteridophyta
1. Athyriaceae
Athyrium sorzogonense 6
- -
2. Athyrium sp.
56 16
3 3.
Diplazium sp. 2
1 2
4. Aspleniaceae
Asplenium nidus -
- 1
5. Nephrolepidaceae Nephrolepis sp.
- -
8 6.
Dryopteridaceae Dryopteris sp.
48 -
- 7.
Polypodiaceae Aglaomorpha heraclea
- -
2 8.
Phymatodes nigrescens 5
4 32
9. Phymatodes scolopendria
- 9
42 10.
Phymatodes sp. -
- 4
11. Pteridaceae Pityrogramma sp.
- -
13 12.
Pteris biaurita -
2 -
13. Thelypteridaceae Cyclosorus aridus
- 3
17 14.
Cyclosorus parasiticus 3
- -
15. Cyclosorus subpubescens
- -
7 16.
Thelypteris ciliata -
7 -
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Spermatophyta
17. Araceae Colocasia esculenta
10 5
14 18. Commelinaceae
Commelina diffusa 277
180 198
19. Murdannia spirata
1 -
- 20. Cyperaceae
Cyperus cyperoides 1
61 -
21. Cyperus sp.
1 -
- 22.
Fimbristylis miliacea 4
1 -
23. Kyllinga monocephala
225 681
- 24. Poaceae
Axonopus sp. -
283 -
25. Cyrtococcum acrescens
148 24
- 26.
Cyrtococcum oxyphyllum -
82 89
27. Cyrtococcum sp.
- 541
113 28.
Digitaria adscendens 3
- -
29. Digitaria sp.
- -
66 30.
Echinochloa colonum 220
98 10
31. Echinochloa stagnina
- -
56 32.
Echinochloa sp. 27
- -
33. Eleusine indica
113 219
- 34.
Eragrostis unioloides -
- 2
35. Leersia hexandra
- -
520 36.
Paspalum conjugatum 184
1075 -
37. Paspalum sp.
7 -
- 38.
Setaria plicata 22
- -
39. Setaria viridis
- 6
- 40. Zingiberaceae
Curcuma domestica 1
4 -
41. Etlingera elatior
5 -
- 42.
Zingiber officinale -
10 5
43. Amaranthaceae Amaranthus spinosus
5 8
- 44.
Cyathula prostrata 13
65 298
45. Apiaceae Centella asiatica
37 140
14 46.
Eryngium foetidum 7
106 -
47. Hydrocotyle sibthorpioides
- -
274 48. Asteraceae
Ageratum conyzoides 202
884 123
49. Ageratum sp.
89 4
- 50.
Bidens pilosa 45
- 12
51. Crassocephalum crepidioides
82 59
21 52.
Crassocephalum sp. 8
1 -
53. Eleutheranthera ruderalis
- 2
- 54.
Eleutheranthera sp. -
79 27
55. Emilia sonchifolia
33 47
2 56.
Erechtites valerianifolia 5
23 1
57. Galinsoga parviflora
36 108
30
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
58. Mikania micrantha
195 287
16 59.
Spilanthes iabadicensis 131
209 18
60. Synedrella nodiflora
153 59
64 61. Caryophyllaceae
Drymaria cordata 153
571 149
62. Stellaria sp.
25 -
25 63. Euphorbiaceae
Phyllanthus niruri 237
209 68
64. Lamiaceae Hyptis brevipes
24 17
- 65.
Hyptis capitata 16
5 -
66. Malvaceae Sida rhombifolia
- 11
- 67. Melastomataceae Clidemia hirta
48 245
109 68. Onagraceae
Ludwigia hyssopifolia 4
- -
69. Piperaceae Peperomia pellucida
375 44
5 70. Polygalaceae
Polygala paniculata 21
59 -
71. Polygonaceae Polygonum chinense
8 -
- 72.
Polygonum hydropiper 59
42 3
73. Polygonum sp.
4 -
1 74. Rubiaceae
Borreria alata 27
- -
75. Borreria laevis
31 10
59 76.
Borreria repens 183
320 79
77. Mitracarpus villosus
65 -
1 78. Verbenaceae
Stachytarpheta jamaicensis 8
4 -
79. Vitaceae Cissus sp.
2 -
- 80.
Tetrastigma sp. 5
- -
Jumlah Individu
3705
6930
2603
Jumlah Jenis 57
50 44
Keterangan: Lokasi 1: Kebun Kopi
Lokasi 2: Kebun Kakao Lokasi 3: Kawasan Agroforestri
Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa pada ketiga lokasi diperoleh 80 jenis dengan suku Poaceae sebanyak 16 jenis, diikuti Asteraceae 13 jenis, Rubiaceae 6
jenis, Polypodiaceae dan Cyperaceae 4 jenis serta suku-suku lainnya yang kurang dari 3 jenis. Jumlah jenis tumbuhan bawah di ketiga lokasi tersebut lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah jenis tumbuhan bawah yang dilaporkan oleh Masnun 2014 di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang
ditemukan 58 jenis tumbuhan bawah. Aththorick 2005 melaporkan pada areal kebun kelapa sawit dan karet di Kabupaten Labuhan Batu diperoleh 56 jenis
tumbuhan bawah. Selanjutnya Asmayannur et al., 2012 melaporkan di bawah
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
tegakan jati emas dan jati putih di Kampus Universitas Andalas diperoleh 43 jenis tumbuhan bawah.
Banyaknya jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada ketiga lokasi penelitian tersebut disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan yang sesuai
sebagai penyusun habitat yang beragam seperti iklim, kelembaban, intensitas cahaya yang cukup, suhu udara dan tanah yang baik, naungan yang relatif terbuka
serta kurangnya pemeliharaan pada setiap lokasi. Hal ini sesuai dikemukakan oleh Djufri 2012 bahwa setiap jenis tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang
sesuai untuk hidup, sehingga persyaratan hidup setiap jenis berbeda-beda, dimana mereka hanya menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya. Kebun yang
dipelihara dengan baik akan memiliki jumlah jenis tumbuhan bawah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebun yang kurang pemeliharaannya Aththorick,
2005. Dahlan 2011 menyatakan bahwa komposisi jenis tumbuhan bawah mengalami perubahan akibat adanya kegiatan manusia.
Gambar 4.1. Jumlah Jenis Tertinggi dari 10 Suku Tumbuhan Bawah Sepuluh suku dari tumbuhan bawah yang memiliki jumlah jenis tertinggi
dapat dilihat pada Gambar 4.1. Suku Poaceae memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu 16 jenis pada ketiga lokasi. Hal ini dikarenakan pada lokasi-lokasi tersebut
memiliki keadaan tanah yang cukup lembab, penyebaran biji dan intensitas cahaya yang baik. Lingkungan tersebut merupakan habitat yang cocok untuk
pertumbuhan Poaceae. Suku Poaceae memiliki jenis tertinggi pada lokasi
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Ju m
lah Je
n is
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
penelitian karena semua anggota suku ini merupakan tumbuhan bawah Aththorick, 2005. Syafiuddin 1990 menambahkan bahwa suku Poaceae
memperbanyak diri dengan menggunakan biji atau stolon. Biji yang bentuknya pipih, kecil dan ringan ini memudahkan untuk disebarkan oleh angin, air maupun
hewan dan manusia. Pada ketiga lokasi penelitian tersebut ditemukan jenis-jenis tumbuhan
paku sebanyak 16 jenis dari 7 suku. Tumbuhan paku termasuk juga dalam jenis tumbuhan bawah. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari suku
Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain Aththorick, 2005.
Jenis-jenis tumbuhan paku yang paling banyak ditemukan dari suku Polypodiaceae dan Thelypteridaceae masing-masing sebanyak 4 jenis. Jenis-jenis
dari suku tersebut ditemukan pada lokasi 3, lokasi tersebut memiliki kelembaban yang tinggi sekitar 89-95. Pada umumnya di daerah pegunungan, jumlah jenis
paku lebih banyak karena kelembaban yang lebih tinggi, banyak aliran air dan adanya kabut. Selain kelembaban, faktor lingkungan lainnya dapat mempengaruhi
perkembangbiakan tumbuhan paku seperti suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah dan intensitas cahaya sangat mempengaruhi petumbuhan
jenis paku-pakuan Sastrapradja et al., 1980. Pada Tabel 4.1. diketahui bahwa jenis Paspalum conjugatum dari suku
Poaceae memiliki jumlah individu tertinggi yaitu 1075 individu, Ageratum conyzoides dari suku Asteraceae dengan 884 individu diikuti oleh Kyllinga
monocephala dari suku Cyperaceae 681 individu. Holm 1977 mengemukakan bahwa
suku Cyperaceae dan Poaceae mempunyai kemampuan adaptasi tinggi dan akar rimpang yang kuat, serta dapat berkembang biak dengan biji atau stolon.
Selain itu, suku Asteraceae memiliki sifat yang mudah dipencarkan dan penyebarannya juga
cukup baik dimana sifat-sifatnya sama dengan Poaceae dan Cyperaceae. Reader Buck 2000 dalam Perdana et al., 2013 mengemukakan bahwa gulma suku
Asteraceae dapat berkembang biak melalui biji, mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, misalnya sedikit air sampai tempat basah dan
tahan terhadap naungan. Kebutuhan akan cahaya, suhu, air dan ruang tumbuh
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya, sehingga gulma ini dapat berkembang cepat.
Pada Tabel 4.1. diketahui bahwa ada beberapa jenis yang terdapat pada ketiga lokasi penelitian yaitu Athyrium sp. dan Diplazium sp. dari suku
Athyriaceae, Phymatodes nigrescens dan P. scolopendria dari suku Polypodiaceae, Colocasia esculenta dari suku Araceae, Commelina diffusa dari
suku Commelinaceae, Echinochloa colonum dari suku Poaceae dan beberapa jenis lainnya. Hal ini disebabkan bahwa jenis-jenis tumbuhan bawah tersebut
memiliki kemampuan toleransi hidup pada berbagai habitat. Jenis-jenis tumbuhan bawah tersebut lebih toleran hidup pada berbagai tipe habitat yang berbeda
Aththorick, 2005. Adanya jenis-jenis yang sama menunjukkan bahwa jenis ini kemungkinan memiliki batas toleransi yang cukup luas terhadap intensitas cahaya,
yang dianggap sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tumbuhan di bawah tegakan. Perbedaan intensitas cahaya ini juga dapat
menyebabkan adanya jenis-jenis tertentu yang hanya dijumpai pada salah satu tegakan Dahlan, 2011.
Pada Tabel 4.1. diketahui bahwa 8 dari 13 jenis suku Asteraceae yang diperoleh terdapat pada ketiga lokasi penelitian. Hal ini disebabkan jenis-jenis
tumbuhan bawah tersebut mampu tumbuh dan menyebar secara cepat mengalahkan jenis tumbuhan asli yang ada di lingkungannya sehingga jenis-jenis
tumbuhan bawah dari suku Asteraceae tersebut disebut juga dengan tumbuhan invasif. Jenis tumbuhan asing yang memiliki kemampuan tumbuh dan menyebar
secara cepat mengalahkan jenis tumbuhan asli di habitatnya disebut sebagai spesies asing invasif atau invasive alien species Sunaryo et al., 2012. Jenis dari
suku Asteraceae memiliki banyak manfaat dan di anggap sebagai tumbuhan invasif Syah et al., 2014. Sunaryo Girmansyah 2015 menambahkan bahwa
jenis dari suku Asteraceae disebut juga tumbuhan invasif contohnya pada jenis Crassocephalum crepidioides.
Pada lokasi 1 Tabel 4.1. dan Lampiran 4 yang paling mendominasi adalah Peperomia pellucida dari suku Piperaceae dengan jumlah individu 375 dan
jumlah individu yang terendah ditemukan pada Curcuma domestica, Cyperus cyperoides dan beberapa jenis lainnya yang hanya ada 1 individu. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
disebabkan pada suku Piperaceae memiliki kisaran toleransi yang luas, mampu beradaptasi dan penyesuaian yang baik terhadap lingkungannya dan pemanfaatan
unsur hara dari lingkungannya. Pada setiap habitat terdapat sumber daya alam yang jumlahnya terbatas untuk menyokong semua organisme yang hidup dan
persaingan di antara mereka tidak dapat dihindarkan. Kehadiran suatu jenis tumbuhan dari jenis tumbuhan yang lainya dalam suatu habitat bergantung kepada
kemampuannya untuk bersaing dalam memanfaatkan ruang, cahaya, air dan unsur hara yang ada. Kemampuan bersaing suatu jenis juga erat kaitannya dengan
kemampuan adaptasinya pada banyak relung yang berbeda Ardhana, 2012. Selain itu, dilihat dari pemeliharaan dan pengolahan kebun kopi yang kurang baik
menyebabkan jumlah jenis tumbuhan bawah yang ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan dua lokasi penelitian lainnya.
Pada lokasi 2 Tabel 4.1. dan Lampiran 4 yang paling mendominasi adalah Paspalum conjugatum dari suku Poaceae dengan 1075 individu. Hal ini
disebabkan pada suku Poaceae berperan penting dalam lingkungannya dan mampu melakukan penyebaran biji yang cukup baik. Suku Poacae pada
umumnya mempunyai nilai penting lebih tinggi dari pada jenis lainnya. Selain itu, kemungkinan pengendalian tumbuhan bawah ataupun gulma yang jarang dan
kurang tepat menyebabkan banyaknya individu tumbuhan bawah yang ditemukan terutama pada suku Poaceae yang perkembangbiakannya sangat cepat Djufri,
2012. Hal ini diperjelas oleh Kurniawati 2008 penentuan waktu pengendalian yang kurang tepat merupakan salah satu faktor penyebab mengapa gulma tetap
muncul pada area perkebunan. Pada lokasi 3 Tabel 4.1. dan Lampiran 4 yang paling dominan yaitu
Leersia hexandra dari suku Poaceae dengan 520 individu dan yang terendah yaitu Asplenium nidus, Erechtites valerianifolia dan beberapa jenis lainnya yang hanya
memiliki satu individu. Hal ini disebabkan bahwa jenis Leersia hexandra dari suku Poaceae dapat bersaing dengan jenis-jenis lainnya, memiliki sifat
penyesuaian yang baik, mampu beradapatasi dengan faktor fisik lingkungannya. Kegiatan anggota komunitas tergantung penyesuaian diri setiap individu terhadap
faktor fisik dan biotik yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian pada suatu komunitas, pengendali kehadiran jenis dapat berupa satu atau beberapa jenis
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
tertentu atau dapat juga sifat fisik habitat namun tidak ada batas yang jelas antara keduanya, sebab keduanya dapat beroperasi bersama-sama atau saling
mempengaruhi Djufri, 2012. Selain itu, faktor pemeliharaan, pengolahan kebun juga penting seperti pembersihan dan penyiangan tumbuhan bawah secara teratur
dilakukan. Kebun yang dipelihara dan diolah kurang baik dapat ditandai dengan kehadiran jenis-jenis tumbuhan bawah yang banyak ditemukan.
Kekayaan jenis-jenis tumbuhan bawah yang beragam pada ketiga lokasi penelitian yang ditemukan tidak terlepas karena adanya faktor fisik lingkungan
seperti pada Lokasi 1 diperoleh intensitas cahaya 1010-1821 Candela, suhu udara 30,4-31,2
o
C, suhu tanah 28-29
o
C, kelembaban udara 72-85, pH tanah 4,5-5,7 dan ketinggian 1008 m dpl Lampiran 3. Kegiatan vegetasi bergantung pada
penyesuaian diri setiap jenis terhadap faktor fisik dan biologi yang ada di lingkungan. Perubahan komposisi vegetasi berkaitan dengan perubahan faktor-
faktor lingkungan misalnya topografi, tanah, kelembaban, suhu dan iklim Resosoedarmo et al., 1993. Pada lokasi tersebut, intensitas cahaya yang diterima
cukup tinggi dikarenakan naungan pada lokasi tersebut cukup terbuka. Pada kawasan dengan naungan yang cukup terbuka menyebabkan ruang dan nutrisi
yang cukup serta cahaya matahari bisa langsung masuk ke vegetasi tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah dengan kecepatan tumbuh yang tinggi membutuhkan
ruang, nutrisi dan cahaya matahari lebih banyak untuk bereproduksi agar jenisnya menjadi melimpah Fahrurozi, 2014.
Pada lokasi 1 diketahui bahwa kelembaban yang diperoleh lebih rendah dan suhu udara lebih tinggi daripada kedua lokasi penelitian lainnya. Kelembaban
dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan
lingkungan optimal bagi tanaman. Pertumbuhan suatu tanaman meningkat jika suhu meningkat dan kelembaban menurun, demikian pula sebaliknya. Faktor yang
mempengaruhi suhu dan kelembaban yaitu tinggi tempat dan penutupan tajuk. Semakin tinggi tempat maka suhunya semakin rendah dan kelembaban akan
semakin tinggi Noorhadi, 2003 dalam Wijayanto Nurunnajah, 2012. Suhu tanah merupakan salah faktor penting bagi tumbuhan. Pada perkembangbiakan
biji, akar tumbuhan secara langsung diperngaruhi oleh suhu tanah. Laju reaksi
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
kimiawi meningkat dua kali lipat untuk setiap 10 kenaikan suhu Hanafiah,
2014. pH tanah yang diperoleh pada lokasi 1 tergolong cukup tinggi. Tumbuhan yang dijumpai pada tanah dengan rentang pH antara 3 sampai 9 dan keasaman
yang ekstrim ini dapat diadaptasi oleh beberapa jenis Salisbury Ross, 1984. Pada Lokasi 2 diperoleh intensitas cahaya 845-1872 Candela, suhu udara
26,6-27,9
o
C, suhu tanah 23-25
o
C, kelembaban udara 75-94, pH tanah 4-5,2 dan ketinggian 953 m dpl Lampiran 3. Pada lokasi tersebut diperoleh nilai kisaran
intensitas cahaya yang paling tinggi disebabkan oleh naungannya yang terbuka dan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan mampu beradaptasi serta toleran
terhadap cahaya matahari. Seperti jenis Paspalum conjugatum yang toleran terhadap cahaya matahari. Berdasarkan adaptasinya terhadap cahaya, ada
tumbuhan yang memerlukan cahaya penuh dan tidak memerlukan cahaya penuh Hutasuhut, 2011. Ketinggian suatu tempat dapat mempengaruhi iklim
lingkungannya. Semakin tinggi suatu tempat, iklim menjadi sejuk dan lebih lembab. Untuk setiap kenaikan ketinggian sebesar 1000 meter, suhu akan turun
kira-kira 5°C. Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan adalah kelembaban, curah hujan dan pengaruh angin Mackinnon, et al., 2000.
Suhu udara mempengaruhi proses pertumbuhan, tumbuhan dapat tumbuh pada suhu antara 28-33°C Soerianegara Indrawan, 1998. Hal ini sesuai
dengan suhu udara yang diperoleh pada lokasi 2 berkisar antara 26,6-27,9
o
C. Suhu udara dan kelembaban udara berpengaruh penting pada kandungan organik yang
tersedia untuk perkembangan tumbuhan Mirza Irwanto, 2015. Suhu tanah dipengaruhi oleh suhu udara, intensitas cahaya matahari dan air yang masuk ke
tanah Kartasapoetra, 2006. Hanafiah 2014 menyatakan bahwa suhu tanah mempengaruhi tumbuhan, kelembaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobial dan
enzimatik, dekomposisi serasah dan ketersediaan hara-hara tumbuhan. Pada lokasi 2, pH tanah 4-5,2 tergolong sedikit tinggi. Keasaman tanah kadang-kadang
dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukkan pH yang rendah, sedangkan tanah yang kering pH nya agak tinggi. Selain itu
keasaman tanah juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik, mineral dan kapur yang terkandung di dalamnya Sastrapradja et al., 1980. Nahdi 2014
menambahkan bahwa pH tanah yang tinggi sangat menentukan semua reaksi yang
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
ada, sehingga di dalam tanah akan terbentuk NO
2 -
dan NH
4 +
sebagai nutrisi yang siap diserap akar dan mempengaruhi proses pembentukan vegetatif
tumbuhan. Pada Lokasi 3 diperoleh intensitas cahaya 76-644 Candela, suhu udara
23,2-23,8
o
C, suhu tanah 23
o
C, kelembaban udara 89-95, pH tanah 5,1-6 dan ketinggian 954 m dpl Lampiran 3. Pada lokasi tersebut, intensitas cahaya yang
di peroleh paling sedikit diantara kedua lokasi penelitian lainnya. Hal itu disebabkan oleh kanopi yang menaungi vegetasi tumbuhan bawah sangat rapat.
Ariani et al., 2014 menyatakan bahwa semakin rapat tajuk pohon penyusun suatu lahan maka biomassa tumbuhan bawah akan semakin berkurang karena
kurangnya cahaya matahari yang mencapai lantai tanah menyebabkan pertumbuhan vegetasi bawah menjadi tidak baik. Hal ini diperjelas oleh Herdiana
et al., 2008 dalam Wijayanto Nurunnajah 2012 bahwa intensitas cahaya yang rendah disebabkan oleh naungan yang terlalu rapat. Suhu udara dapat
mempengaruhi kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya air di udara. Kelembaban udara terkait dengan suhu udara, semakin rendah suhu udara,
kelembaban udara semakin meningkat Noorhadi, 2003. Hal itu sesuai pada suhu udara di lokasi 3 berkisar antara 23,2-23,8
o
C lebih rendah dari kedua lokasi penelitian lainnya dan suhu udara tersebut sejalan dengan kelembaban udara yang
tinggi. Suhu tanah pada lokasi 3 lebih rendah dari kedua lokasi penelitian lainnya
sebesar 23
o
C. Suhu tanah yang rendah mempengaruhi kecepatan penguapan air
dan pertumbuhan akar. Tumbuhan mampu hidup pada rentangan suhu tertentu sesuai dengan kemampuan fisiologinya. Suhu tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan akar serta kondisi air di dalam tanah Syafei, 1990. pH tanah pada lokasi 3 tergolong tinggi daripada kedua lokasi penelitian lainnya berkisar antara
5,1-6. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. pH optimum
untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0, karena pada pH ini semua unsur makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak
maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan. Pada pH di bawah 6,5 dapat terjadi defisiensi P, Ca dan Mg serta
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
toksisitas B, Mn, Cu dan Fe, sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg juga keracunan B dan Mo Hanafiah,
2014. Jenis Leersia hexandra yang dominan pada lokasi 3 dapat tumbuh pada ketinggian 954 m dpl. Jenis L. hexandra selalu ada di tempat yang lembab, rawa,
padang rumput basah, dan perbatasan parit serta dapat hidup pada ketinggian hingga 2200 m dpl Van der Van Rijn, 1987.
4.2. Jenis Tumbuhan Bawah dengan 10 Nilai KR, FR dan INP Tertinggi pada Masing-masing Lokasi
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh 10 nilai KR, FR dan INP tertinggi tumbuhan bawah pada masing-masing lokasi pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Jenis Tumbuhan Bawah dengan 10 Nilai KR, FR dan INP Tertinggi pada Masing-masing Lokasi
Lokasi 1
No. Suku
Jenis Jumlah
Individu KR
FR INP
1. Piperaceae
Peperomia pellucida 375
10,121 5,569
15,690 2.
Commelinaceae Commelina diffusa 277
7,476 6,780
14,256 3.
Cyperaceae Kyllinga monocephala
225 6,073
4,843 10,915
4. Poaceae
Echinochloa colonum 220
5,938 4,600
10,538 5.
Asteraceae Mikania micrantha
195 5,263
5,085 10,348
6. Asteraceae
Ageratum conyzoides 202
5,452 4,843
10,295 7.
Euphorbiaceae Phyllanthus niruri
237 6,397
3,390 9,787
8. Rubiaceae
Borreria repens 183
4,939 4,843
9,782 9
Poaceae Paspalum conjugatum
184 4,966
2,663 7,630
10. Asteraceae
Synedrella nodiflora 153
4,130 3,390
7,519
Lokasi 2
1. Poaceae
Paspalum conjugatum 1075
15,512 3,991
19,503 2.
Asteraceae Ageratum conyzoides
884 12,756
5,322 18,078
3. Cyperaceae
Kyllinga monocephala 681
9,827 6,430
16,257 4.
Caryophyllaceae Drymaria cordata
571 8,240
5,100 13,339
5. Poaceae
Cyrtococcum sp. 541
7,807 3,104
10,911 6.
Asteraceae Mikania micrantha
287 4,141
5,543 9,685
7. Rubiaceae
Borreria repens 320
4,618 4,878
9,496 8.
Melastomataceae Clidemia hirta
245 3,535
5,100 8,635
9 Asteraceae
Spilanthes iabadicensis 209
3,016 4,878
7,894 10.
Euphorbiaceae Phyllanthus niruri
209 3,016
4,435 7,450
Lokasi 3
1. Poaceae
Leersia hexandra 520
19,977 8,777
28,754 2.
Amaranthaceae Cyathula prostrata
298 11,448
9,404 20,853
3. Commelinaceae
Commelina diffusa 198
7,607 6,897
14,503 4.
Apiaceae Hydrocotyle sibthorpioides
274 10,526
3,135 13,661
5. Melastomataceae
Clidemia hirta 109
4,187 7,837
12,024 6.
Asteraceae Ageratum conyzoides
123 4,725
5,329 10,054
7. Caryophyllaceae
Drymaria cordata 149
5,724 3,448
9,172
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
8. Poaceae
Cyrtococcum sp. 113
4,341 3,762
8,103 9
Rubiaceae Borreria laevis
59 2,267
5,643 7,909
10. Poaceae
Cyrtococcum oxyphyllum 89
3,419 3,135
6,554
Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa nilai INP tertinggi pada lokasi 1 adalah Peperomia pellucida dari suku Piperaceae sebesar 15,690. Hal ini disebabkan
bahwa jenis tumbuhan bawah tersebut berperan penting dalam komunitas dan mampu melakukan adaptasi dan penyesuaian yang baik di komunitas tersebut.
Utami 2007 menambahkan bahwa besarnya nilai INP tergantung dari kerapatan dan frekuensinya. Semakin tinggi INP suatu jenis maka semakin tinggi
penguasaannya di dalam suatu komunitas tempat jenis tersebut tumbuh. Pada Lokasi 1 ditemukan intensitas cahaya yang cukup tinggi berkisar antara 1010-
1821 Candela. Hal ini sesuai dengan pertumbuhan jenis Peperomia pellucida dapat tumbuh dengan baik dengan toleran terhadap intensitas cahaya yang baik
dan naungan sedikit terbuka. Sinar matahari yang berlimpah akan memicu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan bawah yang bersifat senang akan
cahaya intoleran Hilwan et al., 2013. Selain itu, Fitter Hay 1998 menambahkan bahwa salah satu kondisi lingkungan yang paling berpengaruh
terhadap pertumbuhan tumbuhan di bawah tegakan antara lain cahaya matahari atau naungan.
Nilai INP tertinggi pada lokasi 2 adalah Paspalum conjugatum dari suku Poaceae sebesar 19,503. Hal ini disebabkan pada jenis Paspalum conjugatum
dapat berkembang biak dengan biji dan stolon sehingga mudah menyebar pada habitatnya. Menurut Jusfah 1984, jenis Paspalum conjugatum berkembang biak
dengan biji dan stolon. Banyaknya biji yang dihasilkan oleh setiap individu berarti peluang tumbuh semakin besar pula sehingga tumbuhan ini bisa terdapat di
tempat terbuka atau agak terlindungi dan dapat tumbuh mulai dari 0-1700 m dpl. Hal ini sesuai dengan Lokasi 2 dimana Paspalum conjugatum dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik pada ketinggian 953 m dpl. Holm 1977 menambahkan bahwa satu individu Paspalum conjugatum dapat menghasilkan 1500 biji dan biji
tersebut mudah menyebar sehingga menyebabkan peluang untuk tumbuh dan berkembang biak semakin besar.
Nilai INP tertinggi pada lokasi 3 adalah Leersia hexandra dari suku Poaceae sebesar 27,986. Hal ini disebabkan pada jenis dari suku Poaceae
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
memiliki kemampuan berkembang biak secara vegetatif dan generatif dan biji- bijinya yang mudah diterbangkan oleh angin sehingga memudahkan pemencaran.
Suku Poaceae memiliki alat perkembangbiakan yang ringan sehingga mudah dipencarkan serta memiliki persyaraan hidup yang sederhana sehingga mudah
hidup pada berbagai tipe habitat Aththorick, 2005. Syarif 2009 menambahkan bahwa jenis Leersia hexandra dinamakan pepadian, karena memiliki bulir seperti
bulir padi dengan ukuran lebih kecil. Rumput tersebut tumbuh pada daerah-daerah kering dan ditemukan sampai pada ketinggian 1750 m dpl.
4.3. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah