DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
Karmawati et al., 2010 mengemukakan
sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan kakao. Lingkungan alami tumbuhan kakao
adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, suhu udara dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Begitu pula dengan faktor
fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan kemampuan akar menyerap hara. Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam pada daerah-daerah
yang berada pada 10
o
LU-10
o
LS. Namun demikian, penyebaran kakao umumnya berada di antara 7
o
LU-18
o
LS. Hal ini erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada
daerah 20
o
LU-20
o
LS. Sehingga Indonesia yang berada pada 5
o
LU-10
o
LS masih sesuai untuk pertanaman kakao. Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal untuk
penanaman kakao adalah 800 m dpl:
a. Curah Hujan
Distribusi curah hujan sepanjang tahun curah hujan 1.100-3.000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun kurang baik karena
berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah. Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per tahun masih dapat ditanami kakao, tetapi
dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima tumbuhan dari curah hujan. Dari segi tipe
iklim, kakao sangat ideal ditanam pada daerah-daerah tipenya iklim A.
b. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar matahari dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui
pemangkasan, penataan tanaman pelindung dan irigasi. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, suhu rata-rata yang sangat cocok jika ditanami kakao dengan
suhu 25
o
-26
o
C.
c. Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tumbuhan kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan
penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit dan batang relatif pendek.
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
d. Tanah
Kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi.
Kemasaman tanah pH, kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi dan kejenuhan basa merupakan faktor kimia yang perlu diperhatikan sedangkan
faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat
fisik yang memepengaruhi pertumbuhan kakao.
2.3. Agroforestri Definisi agroforestri memungkinkan pembahasan dari berbagai bidang ilmu,
seperti ekologi, agronomi, kehutanan, botani, geografi maupun ekonomi. Agroforestri adalah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan di
mana pepohonan berumur panjang termasuk semak, palem, bambu, kayu, dll. dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada
petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang atau waktu. Dalam sistem- sistem agroforestri terjadi interaksi ekologi dan ekonomi antar unsur-unsurnya de
Foresta et al., 2000. Agroforestri adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang mengombinasi
antara produksi pertanian, termasuk pohon buah-buahan dan atau peternakan dengan tanaman kehutanan Senoaji, 2012. Hairiah et al., 2004 menambahkan
bahwa agroforestri merupakan sistem pengelolaan sumber daya alam yang dinamis dan berbasis ekologi, dengan memadukan berbagai jenis pohon pada
tingkat lahan petak pertanian maupun pada suatu bentang lahan lanskap. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jumlah dan keragaman produksi. Jadi
agroforestri berpotensi memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan bagi para pengguna lahan.
Pola pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri merupakan suatu model usaha tani yang penting bagi para petani yang umumnya memiliki lahan
pertanian terbatas. Dengan pola seperti ini, akan meningkatkan intensitas panen yang akhirnya mampu memberikan tambahan out put baik berupa fisik maupun
nilai finansial. Agroforestri sebagai salah satu model teknologi usaha tani semakin
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU
meningkat peranannya, terutama bagi masyarakat pedesaan yang memiliki lahan terbatas Senoaji, 2012.
Sistem agroforestri terbagi dua tipe atau kelompok berdasarkan unsur penyusunnya. Kelompok tersebut adalah agroforestri sederhana dan agroforestri
kompleks. De Foresta et al., 2000 menerangkan bahwa: a.
Sistem agroforestri sederhana adalah perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal
sebagai skema agroforestri klasik. Dari sudut penelitian dan persepsi berbagai lembaga yang menangani agroforestri, sistem agroforestri sederhana ini
menjadi perhatian utama. Biasanya perhatian terhadap perpaduan tanaman itu menyempit menjadi satu unsur pohon yang memiliki peran ekonomi penting
seperti kelapa, karet, cengkeh, jati, dll. atau yang memiliki peran ekologi seperti dadap dan petai cina dan sebuah unsur tanaman musiman misalnya
padi, jagung, sayur-mayur, rerumputan atau jenis tanaman lain seperti pisang, kopi, coklat dan sebagainya yang juga memiliki nilai ekonomi.
b. Sistem agroforestri kompleks atau singkatnya agroforest adalah sistem-sistem
yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan
ekosistem hutan alam primer maupun sekunder. Sistem agroforestri kompleks bukanlah hutan-hutan yang ditata lambat laun melalui transformasi ekosistem
secara alami, melainkan merupakan kebun-kebun yang ditanam melalui proses perladangan. Dari sudut pandang pelestarian lingkungan, kemiripan struktur
dan penampilan fisik agroforest dengan hutan alam merupakan suatu keunggulan. Seperti halnya pada sistem-sistem agroforestri sederhana, sumber
daya air dan tanah dilindungi dan dimanfaatkan. Tetapi lebih dari itu, pada agroforest sejumlah besar keanekaragaman flora dan fauna asal hutan alam
tetap berkembang.
2.4. Pengaruh Iklim