adalah biaya yang dikeluarkan agen sebagai jaminan bagi prinsipal agar agen tidak melakukan tindakan yang dapat merugikan prinsipal, misalnya insentif
kepegawaian. Komponen biaya ketiga adalah kerugian residual residual loss yaitu nilai uang ekuivalen dengan pengurangan kesejahteraan yang dialami
prinsipal akibat tindakan agen yang menyimpang dari tujuan perusahaan. Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perbedaan
kepentingan adalah dengan menerapkan Good Corporate Governance Wulandari, 2012. Pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu
komponen dari GCG. Pengawasan dapat dilakukan dengan membentuk komite- komite pengawas untuk mengatasi masalah agensi. Komite manajemen risiko
dapat membantu dewan komisaris dalam pengawasan perusahaan, terutama dalam strategi, kebijakan, dan proses manajemen risiko perusahaan. Pada dasarnya,
komite tersebut memberikan kualitas pengendalian internal yang lebih baik, yang terpenting lagi untuk memperkecil perilaku opportunistic agen Subramaniam, et
al., 2009.
2.2. Teori sinyal Signalling Theory
Teori sinyal merupakan suatu strategi bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan. Sinyal yang
perusahaan berikan tersebut dapat berupa informasi tentang tindakan yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Selain itu,
sinyal juga dapat berupa promosi atau informasi lain yang memperlihatkan bahwa perusahaan lebih baik daripada perusahaan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Teori sinyal digunakan secara luas untuk menempatkan masalah asimetri informasi di pasar Subramaniam et al. 2009. Asimetri informasi terjadi apabila
salah satu pihak memiliki info yang lebih banyak daripada pihak lainnya. Pihak manajemen jelas memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi
perusahaan dibandingkan pihak pemilik. Salah satu teori yang dapat melatar belakangi masalah asimetri informasi di
pasar adalah signalling theory. Ketika digunakan dalam praktek pengungkapan perusahaan, signalling theory secara umum menguntungkan bagi perusahaan
untuk mengungkapkan praktek corporate governance yang baik, sehingga dapat menciptakan kualitas perusahaan yang baik dalam pasar Subramaniam et al.
2009. Salah satu bentuk sinyal tentang kualitas perusahaan tersebut adalah pembentukan komite, yang memberikan informasi bahwa perusahaan tersebut
lebih baik dalam segi pengawasan dibandingkan dengan perusahaan lain. Komite yang menangani manajemen risiko perusahaan adalah Komite
Manajemen Risiko atau Risk Management Committee. Belum adanya kewajiban bagi perusahaan nonfinance untuk membentuk komite manajemen risiko, akan
memberikan sinyal positif bagi perusahaan apabila membentuk RMC. Dengan adanya sinyal yang diberikan perusahaan, investor diharapkan dapat membedakan
perusahaan yang berkualitas baik dan berkualitas buruk separating equilibrium Kartika, 2009. Selain itu, pembentukan RMC ini akan menjadi pembeda antara
perusahaan dengan perusahaan lain yang tentunya masih jarang yang melakukan pembentukan RMC. Sehingga dengan adanya pembentukan Risk Management
Universitas Sumatera Utara
Committee akan menunjukan komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan good corporate governance dan juga dapat meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan.
2.3. Risiko dan Manajemen Risiko