No Nama
Peneliti Variabel
Independen Variabel
Dependen Hasil Penelitian
Signifikan terhadap RMC.
4 Puan
Yatim 2009
Proporsi komisaris independen,
CEO independen keahlian
dewan dan kerajinan dewan.
Pembentukan Risk
Management Committee dan
struktur dewan Proporsi
komisaris independen dan
CEO independen berhubungan
positif dengan pembentukan
RMC yang berdiri sendiri.
5 Briana
Dita Pratika 2011
Komisaris Independen, Ukuran
Dewan, Reputasi Auditor,
Segmen Bisnis,
Proporsi Piutang
Dan Persediaan, Proporsi
Utang Jangka
Panjang Dan Ukuran Perusahaan.
Komite Manajemen
Risiko yang tergabung dan
yang terpisah dengan Komite
Audit Keberadaan RMC
berhubungan positif dengan
reputasi auditor
2.11. Kerangka Konseptual
Berdasarkan hasil analisis dalam landasan teori dan penelitian terdahulu yang menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, komisaris independen,
kompleksitas bisnis, dan reputasi auditor terhadap keberadaan Risk Management Committee RMC. Maka penelitian ini memiliki model penelitian seperti gambar
berikut :
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, komisaris independen, kompleksitas bisnis, dan reputasi auditor secara simultan dan parsial
terhadap keberadaan Risk Management Committee. Penjelasan lebih lanjut tentang kerangka konseptual dan pengembangan hipotesis dari pengaruh keberadaan Risk
Management Committee RMC sebagai berikut :
2.11.1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Keberadaan Risk
Management Committee RMC
Ukuran Dewan Komisaris yang lebih besar akan memberikan kekuatan dalam fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris. Menurut teori
agensi, ukuran dewan yang besar berpengaruh positif terhadap asimetri informasi. Untuk mengatasi hal tersebut, dewan komisaris akan berusaha meningkatkan
Ukuran Dewan Komisaris X
1
Komisaris Independen X
2
Kompleksitas Bisnis X
3
Reputasi Auditor X
4
Risk Management
Committee RMC
Y
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
keefektifan pemantauannnya. Dalam mewujudkan pemantauan yang efektif diperlukan sumber daya yang cukup. Ukuran dewan yang lebih besar akan
memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mencari anggota dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengkoordinasikan dan menjadi terlibat
dalam komite-komite yang dibentuk Dewan Komisaris yang ditujukan untuk manajemen risiko Subramaniam et al. 2009. Oleh karena itu, akan lebih mudah
bagi Dewan Komisaris membentuk Risk Management Committee, dan tingkat sumber daya yang ditawarkan oleh ukuran dewan yang besar akan membuat
Dewan Komisaris lebih menyukai dibentuknya Risk Management Committee. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan:
H1: Ukuran Dewan Komisaris Berpengaruh terhadap Keberadaan Risk Management Committee
2.11.2. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Keberadaan Risk
Management Committee
Independensi merupakan hal yang penting dalam penerapan Good Corporate Governance GCG. Proporsi Komisaris Independen di dalam suatu
dewan merupakan sebuah indikator independensi dari dewan. Sebuah dewan dengan proporsi Komisaris Independen yang tinggi cenderung untuk menyediakan
pengawasan yang lebih besar pada aktivitas manajemen risiko perusahaan Yatim, 2009. Besarnya proporsi komisaris independen merupakan sumber daya
perusahaan untuk dapat meminimalkan konflik agensi yang terjadi dan untuk meminimalkan biaya yang ditimbulkan akibat konflik agensi tersebut.
Perusahaaan yang memiliki komisaris independen lebih besar, akan semakin
Universitas Sumatera Utara
memikirkan bagaimana bentuk pengawasan risiko, pengelolaannya, serta pengendaliannya. Sehingga keberadaan Risk Management Committee akan sangat
menguntungkan bagi dewan komisaris independen dalam menjalankan tugasnya. Maka semakin besar proporsi komisaris independen dalam perusahaan akan
semakin besar terbentuknya Risk Management Committee untuk melakukan pengawasan terhadap risiko dan pengelolaan manajemen risiko.
Penelitian menurut Yatim 2009 memberikan sebuah hasil yaitu sebuah dewan dengan proporsi komisaris independen yang besar cenderung untuk
membentuk Risk Management Committee. Penelitian Yatim 2010 memberikan sebuah hasil bahwa sebuah dewan dengan proporsi komisaris independen yang
besar akan membentuk Risk Management Committee demi meningkatkan kemampuan pengawasan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat
dikembangkan: H2: Proporsi Komisaris Independen Berpengaruh terhadap Keberadaan Risk
Management Committee 2.11.3. Pengaruh Kompleksitas Bisnis Terhadap Keberadaan Risk
Management Committee
Kompleksitas dapat dilihat dari beberapa segmen, salah satunya dari segmen bisnis yang dimiliki suatu perusahaan. Kompleksitas segmen bisnis merupakan
semakin banyak, kompleks, dan rumitnya segmentasi bisnis pada suatu perusahaan. Menurut Subramaniam 2009 kompleksitas yang lebih besar
meningkatkan resiko pada tingkat level yang berbeda, termasuk resiko operasional dan teknologi yang menuntun terhadap permintaan yang lebih besar untuk
Universitas Sumatera Utara
mengawasi risiko tersebut. Perusahaan yang cenderung kompleks, memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan flat.
Kekompleksitasan dalam perusahaan menuntut perusahaan untuk semakin berfokus melakukan pengawasan pada risiko-risiko yang mengancam perusahaan.
Semakin besar kompleksitas dari segmen bisnis yang dimiliki perusahaan, maka akan semakin membutuhkan mekanisme manajemen risiko yang efektif.
Pengelolaan manajemen risiko dapat menjadi strategi yang baik untuk mengantisipasi ancaman risiko yang akan mengganggu keberlangsungan hidup
perusahaan. Hal ini akan menyebabkan pembentukan Risk Management Committee menjadi suatu hal yag harus dilaksanakan.
Dengan pembentukan Risk Management Committee diharapkan pengawasan terhadap risiko-risiko perusahaan dapat berjalan dengan baik dan efektif, termasuk
risiko yang ditimbulkan dari kompleksitas segmen bisnis pada perusahaan. Karena RMC akan berfokus dan sangat mengontrol risiko, mengawasi risiko, serta
melakukan tahapan manajemen risiko perusahaan dengan baik. Penelitian Yatim 2009 membuktikan bahwa kompleksitas dari operasi
perusahaan membutuhkan pengawasan yang lebih besar dari RMC yang secara utama berfokus untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan menemukan cara untuk
mengurangi risiko tersebut. Berbeda dengan penelitian Subramaniam 2009 yang menyatakan hasil bahwa kompleksitas tidak berhubungan ssecara signifikan
terhadap keberadaan Risk Management Committee pada Perusahaan Teratas di Australia. Penelitian yang dilakukan oleh Andarini 2009 juga menyatakan hasil
yang sama dengan penelitian Subramaniam, bahwa kompleksitas tidak
Universitas Sumatera Utara
berhubungan secara signifikan terhadap RMC. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dapat dikembangkan:
H3: Kompleksitas bisnis berpengaruh terhadap Keberadaan Risk Management Committee.
2.11.4. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Keberadaan Risk Management
Committee.
Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest, maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara principal dengan agent sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Investor akan lebih cenderung pada data akuntansi yang
dikajikan oleh auditor yang bereputasi. Pada saat ini auditor menjadi faktor utama pengawasan organisasi dan berperan penting bagi manajemen risiko. Hal ini
diperkuat dengan adanya penemuan dari Big Four audit tentang kualitas monitoring internal yang terdapat pada klien big four audit jika dibandingkan
dengan kualitas monitoring internal dari non big four audit. Terdapat tekanan yang lebih besar pada perusahaan yang diaudit Big Four untuk membentuk
Komite Manajemen Risiko, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non- Big Four. Adanya Komite Manajemen Risiko dipandang sebagai dukungan
tambahan ketika auditor sedang menilai sistem monitoring risiko internal, mereka lebih memilih untuk meminimalisasi kerugian reputasi dengan kegagalan audit
Cohen, et al., 2004. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang dapat dikembangkan:
Universitas Sumatera Utara
H4: Reputasi auditor berpengaruh terhadap Keberadaan Komite Manajemen Risiko
2.11.5. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Komisaris Independen,
Kompleksitas Bisnis Dan Reputasi Auditor Terhadap Keberadaan Risk Management Committee.
Menurut teori agensi, ukuran dewan yang besar berpengaruh positif terhadap asimetri informasi. Untuk mengatasi hal tersebut, dewan komisaris akan berusaha
meningkatkan keefektifan pemantauannnya. Besarnya proporsi komisaris independen merupakan sumber daya perusahaan untuk dapat meminimalkan
konflik agensi yang terjadi dan untuk meminimalkan biaya yang ditimbulkan akibat konflik agensi tersebut. Oleh karena itu, semakin besar proporsi komisaris
independen maka semakin besar pula pengawasan suatu perusahaan tersebut terhadap pengawasan internalnya yang memungkinkan perusahaan tersebut untuk
membentuk suatu komite di bidang manajemen, yaitu Risk Management Committee. Kekompleksitasan dalam perusahaan menuntut perusahaan untuk
semakin berfokus melakukan pengawasan pada risiko-risiko yang mengancam perusahaan. Semakin besar kompleksitas dari segmen bisnis yang dimiliki
perusahaan, maka akan semakin membutuhkan mekanisme manajemen risiko yang efektif. Pengelolaan manajemen risiko dapat menjadi strategi yang baik
untuk mengantisipasi ancaman risiko yang akan mengganggu keberlangsungan hidup perusahaan. Hal ini akan menyebabkan pembentukan Risk Management
Committee menjadi suatu hal yag harus dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini auditor menjadi faktor utama pengawasan organisasi dan berperan penting bagi manajemen risiko. Terdapat tekanan yang lebih besar pada
perusahaan yang diaudit Big Four untuk membentuk Komite Manajemen Risiko, dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit non-Big Four. Berdasarkan uraian
diatas, hipotesis yang dapat dikembangkan:
H5: Ukuran Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kompleksitas Bisnis dan Reputasi Auditor berpengaruh terhadap Keberadaan Risk Management
Committee.
2.12. Hipotesis