mempertimbangkan industri perusahaan. Hal tersebut akan menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris secara keseluruhan
dalam perusahaan. Ukuran dewan komisaris sebaiknya juga memperhatikan risiko menyeluruh
yang ada dalam perusahaan. Semakin banyak yang berfokus memikirkan, memantau, serta mengawasi risiko yang dihadapi perusahaan, maka akan semakin
besar kemungkinan perusahaan untuk dapat mengatasi risiko tersebut. Sehingga perusahaan dapat terhindar dari ancaman-ancaman risiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Besarnya ukuran dewan komisaris didalam perusahaan akan mengakibatkan kondisi dimana adanya peningkatan permasalahan dalam hal
komunikasi dan koordinasi. Permasalahan tersebut dapat menyebabkan penurunan kemampuan dewan dalam peran pengendalian dan pengawasan manajemen,
sehingga dapat menimbulkan masalah agensi yang muncul dari suatu pemisahan antara manajemen dan kontrol. Perusahaan yang memiliki ukuran dewan yang
terlalu sedikit, akan membawa dampak terhadap kualitas keputusan yang rendah dan mungkin pengawasan terhadap keputusan yang telah diambil juga akan
rendah Setyarini, 2011. Ukuran dewan komisaris yang akan digunakan dalam penelitian ini akan diukur dengan cara menjumlah total anggota dari dewan
komisaris dalam perusahaan.
2.7. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan yang dipilih
secara transparan dan independen, memiliki integritas dan kompetensi yang
Universitas Sumatera Utara
memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan
berpedoman kepada prinsip-prinsip Good Corporate Governance transparency,
accountability, responsibility, fairness Alijoyo dan Zaini, 2004.
Komisaris independen memberikan manfaat bagi kinerja perusahaan sebagai hasil dari independensi mereka dari pihak manajemen. Komisaris independen juga
bisa bersikap secara lebih objektif terhadap jalannya perusahaan, serta memiliki risiko kecil dalam masalah conflict of interest antara kepentingan manajemen dan
kepentingan pemilik. Keputusan Direksi BEJ Nomor Kep-305BEJ07-2004 menyatakan bahwa pembentukan komisaris independen menjadi salah satu hal
yang diwajibkan bagi perusahaan publik yang terdaftar di bursa. Perusahaan publik wajib memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30 dari
jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Presentase tersebut dianggap bisa mewakili stakeholder yang dianggap minoritas, sehingga tidak akan terjadi
kemungkinan terjadinya perbedaan perlakuan yang tidak seimbang antara stakeholder mayoritas dan minoritas.
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, dalam Andarini 2009 menjelaskan bahwa kriteria-kriteria tentang komisaris independen
antaralain : 1.
Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen. 2.
Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara
Universitas Sumatera Utara
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan.
3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tidak pula
dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai dewan komisaris setelah tidak lagi menempati posisi seperti itu.
4. Komisaris independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan
atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut. 5.
Komisaris independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya
yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan pemasok dan pelanggan.
6. Komisaris Independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau
perusahaan lainnya yang satu kelompok sebagai komisaris perusahaan tersebut.
7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis
apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya
sebagai seoarang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan perusahaan.
Dewan komisaris menganggap bahwa komisaris independen akan dapat menambah kualitas dari aktivitas pengawasan yang lebih efektif. Hal tersebut di
Universitas Sumatera Utara
motivasi oleh dua hal. Pertama, komisaris independen cenderung lebih mengutamakan reputasinya sendiri Subramaniam, et al., 2009. Dalam
melindungi reputasinya tersebut, dewan komisaris independen sangat terdorong untuk menerapkan prinsip dan praktek good corporate governance dalam
perusahaan. Dalam melaksanakan prinsip dan praktek good corporate governance, komisaris independen bertugas untuk :
1. Memberikan penilaian dan pengarahan strategi perusahaan, garis-garis
besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan sasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan
kinerja perusahaan; memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi, dan penjualan aset. Tugas ini terkait peran dan tanggung jawab, serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen accountability.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder
lain. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan transparency dan adil fairness.
3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat
manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi
perusahaan. Tugas ini untuk memberikan perlindungan hak-hak para pemegang saham fairness.
Universitas Sumatera Utara
4. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan dimana
perlu. Komisaris
independen harus
melaksanakan transparanci
transparency dan pertanggungjawaban responsibility. 5.
Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan. Proses keterbukaan transparency ini untuk menjamin
tersedianya informasi yang tepat waktu dan jelas. Kedua, komisaris independen cenderung tidak tergantung pada kondisi
ekonomi perusahaan. Mereka merupakan keterwakilan independen dan objektivitas dari kepentingan shareholder, karena mereka tidak terafiliasi dengan
perusahaan sebagai pegawai Subramaniam et al. 2009. Komisaris independen sangat berfokus untuk melakukan pengawasan,
sehingga dengan adanya komisaris independen, pengawasan terhadap perusahaan diharapkan akan menjadi lebih baik. Pengawasan yang lebih terhadap risiko-risiko
yang akan mengancam perusahaan akan dipandang dan diperhatikan oleh komisaris independen sebagai hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, keberadaan
komite yang akan memantau manajemen risiko perusahaan, akan dipandang sebagai sumber daya penting untuk membantu mereka dalam melakukan
pengawasan. Komisaris independen menggunakan pengukuran dengan presentase
komisaris independen dalam perusahaan. Pengukuran tersebut diukur dengan cara jumlah dari anggota dewan komisaris independen dibandingkan dengan jumlah
total anggota dewan komisaris.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Kompleksitas Bisnis