79
BAB IV PENGELOLA STATUTER PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG
BERADA PADA PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN
A. Penetapan dan Penunjukan Pengelola Statuter
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel, serta
mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Dalam
rangka melindungi kepentingan konsumen, OJK dapat mengambil tindakan- tindakan yang dianggap perlu, antara lain melakukan penunjukan dan menetapkan
penggunaan pengelola statuter. Penunjukan pengelola statuter dilakukan apabila pengelolaan suatu industri perasuransian dinilai merugikan kepentingan
konsumen sehingga diperlukan pengelola yang dapat mewakili kepentingan OJK dan konsumen.
Prinsipnya pengelola statuter melaksanakan kewenangan OJK antara lain dalam bentuk upaya penyelamatan kelangsungan usaha lembaga jasa keuangan,
pengambilalihan seluruh wewenang dan fungsi manajemen lembaga jasa keuangan, pembatalan atau pengakhiran perjanjian, serta pengalihan portofolio
kekayaan atau usaha dari perasuransian. Pasal 8 huruf g dan pasal 9 huruf e dan f UU OJK mengatakan bahwa,
OJK dapat menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter pada lembaga jasa keuangan serta melakukan penunjukan pengelola statuter dan
menetapkan penggunaan pengelola statuter.
Universitas Sumatera Utara
Pengelola statuter adalah orang perorangan atau badan hukum yang ditetapkan OJK untuk melaksanakan kewenangan OJK sebgaimana dimaksud
dalam UU OJK.OJK dapat melakukan penunjukan dan menempatkan penggunaan pengelola statuter untuk mengambil alih seluruh wewenang dan fungsi direksi,
dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah perasuransian.Penunjukan dan penetapan pengelola statuter dilakukan berdasarkan UU Perasuransian.
Penunjukan dan penetapan penggunaan pengelola statuter berdasarkan ketentuan dalam UU Perasuransian penunjukan dan penetapan penggunaan
pengelola statuter apabila: 1.
Perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah tersebut telah dikenai sanksi pembatasan
kegiatan usaha; 2.
Perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah tersebut memberikan informasi kepada OJK
bahwa menurut pertimbangannya perusahaan diperkirakan tidak mampu memenuhi kewajibannya atau akan menghentikan pelunasan kewajiban yang
jatuh tempo; 3.
Menurut pertimbangan OJK, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah tersebut
diperkirakan tidak mampu memenuhi kewajiban atau akan menghentikan pelunasan kewajiban yang jatuh tempo;
4. Menurut pertimbangan OJK, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah tersebut melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan di bidang perasuransian atau secara finansial dinilai tidak sehat; atau
5. Menurut pertimbangan OJK, perusahaan asuransi, perusahaan asuransi
syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah tersebut dimanfaatkan untuk memfasilitasi danatau melakukan kejahatan keuangan.
80
Penunjukan dan penetapan penggunaan pengelola statuter diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuanagan Nomor 41POJK.052015 Tentang Tata Cara
Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan untuk selanjutnya disebut POJK Pengelola Statuter pada Pasal 2 ayat 3 berbunyi, penunjukan dan
penetapan penggunaan pengelola statuter selain dilakukan berdasarkan ketentuan UU Perasuransian, dapat pula dilakukan apabila berdasarkan penilaian OJK,
perusahaan perasuransian memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.
kondisi keuangan lembaga jasa keuangan dapat membahayakan kepentingan konsumen, sektor jasa keuangan, danatau pemegang saham;
2. penyelenggaraan kegiatan usaha lembaga jasa keuangan tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan; 3.
lebaga jasa keuangantelah dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha; 4.
lembaga jasa keuangan dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk memfasilitasi danatau melakukan tindak pidana di sektor jasa keuangan;
5. pemegang saham, direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas
syariah lembaga jasa keuangan diduga melakukan tindak pidana di sektor jasa keuangan yang dapat mengganggu oprasional pada lembaga jasa keuangan
yang bersangkutan;
80
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Perasuransian, Pasal 62 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
6. direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah lembaga jasa
keuangan dinilai tidak mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di lembaga jasa keuangan; danatau
7. lembaga jasa keuangan tidak memenuhi perintah tertulis untuk mengganti
direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah. Menurut POJK Pengelola Statuter Pasal 3 ayat 1, pada saat penunjukan
dan penetapan penggunaan pengelola statuter dilakukan oleh OJK maka: 1.
Pengelola statuter mengambil alih seluruh wewenang dan fungsi direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah perasuransian.
Pengambilalihan seluruh wewenang dan fungsi direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah perasuransian berlaku sejak tanggal mulai
berlakunya masa tugas pengelola statuter yang ditetapkan oleh OJK.; dan 2.
Direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah perasuransian dinyatakan nonaktif. Yang dimaksud dengan “nonaktif” adalah direksi,
dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah masih menjabat namun tidak dapat melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai direksi,
dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah. Pernyataan nonaktif ini ditetapkan dengan keputusan dewan komisioner yang disampaikan kepada
direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah. Sedangkan ayat 2 menjelaskan bahwa, sejak pengambilalihan wewenang
dan fungsi direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah, direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah:
1. Dilarang menjalankan wewenang dan fungsi selaku direksi, dewan komisaris,
danatau dewan pengawas syariah.
Universitas Sumatera Utara
2. Wajib membantu pengelola statuter dalam menjalankan wewenang, fungsi,
dan tugasnya. Direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah nonaktif
dilarang mengundurkan diri selama wewenang dan fungsinya diambil alih oleh pengelola statuter.Karena direksi dan komisaris non aktif dianggap pihak yang
paling mengetahui keadaan keuangan dan oprasional perusahaan asuransi yang sedang diambil alih kepengurusannya oleh pengelola statuter.
Otoritas Jasa Keuangan dapat mengaktifkan kembali sebagian atau seluruh direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah nonaktif setelah
penggunaan pengelola statuter berakhir.Dalam hal OJK mengaktifkan kembali sebagian direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah setelah
penggunaan pengelola statuter berakhir, OJK memberikan perintah tertulis kepada perusahaan asuransi untuk menyelenggarakan rapat umum pemegang saham
untuk menunjuk direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah. Apabila OJK tidak mengaktifkan kembali seluruh direksi, dewan komisaris,
danatau dewan pengawas syariah, OJK memberikan perintah tertulis kepada pengelola statuter untuk menyelenggarakan rapat umum pemegang saham untuk
menunjuk direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah yang baru sebelum penggunaan pengelola statuter berakhir.
Otoritas Jasa Keuangan menunjuk orang perseorangan atau badan hukum sebagai Pengelola Statuter.
81
81
Peraturan Otoritas Jasa Keuanga Nomor 41POJK.052015 Tentang Tata Cara Penetapan Pengelola Statuter Pada Lembaga Jasa Keuangan, Pasal 5 ayat 1.
Orang perseorangan yang dapat menjadi Pengelola Statuter harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memenuhi persyaratan yang setara dengan direksi, dewan komisaris,
danatau dewan pengawas syariah perasuransian sesuai dengan wewenang dan fungsi yang diambil alih, berdasarkan penilaian OJK. Penilaian OJK
dilakukan tanpa melalui proses uji kemampuan dan kepatutan.; dan 2.
Tidak memiliki benturan kepentingan dengan perusahaan asuransi yang akan dikelola, pemegang saham, direksi, dewan komisaris, danatau dewan
pengawas syariah dari perusahaan asuransi yang akan dikelola.
82
Direksi, dewan komisaris, dewan pengawas syariah, danatau pegawai perusahaan asuransi yang tidak menyebabkan perusahaan tersebut bermasalah dapat ditunjuk
sebagai pengelola statuter. Badan hukum yang dapat menjadi pengelola statuter adalah usaha
perasuransian sejenis dan tidak memiliki benturan kepentingan dengan pemegang saham, direksi, dewan komisaris, danatau dewan pengawas syariah dari
perusahaan asuransi yang akan dikelola. Contohnya sesama asuransi umum, sesama perusahaan asuransi syariah, sesama perusahaan asuransi jiwa.Dalam hal
pengelola statuter berbentuk badan hukum, anggota direksi, anggota dewan komisaris, anggota dewan pengawas syariah, danatau pegawai badan hukum
yang ditugaskan untuk menjalankan wewenang, fungsi, dan tugas pengelola statuter harus memenuhi persyaratan diatas.
83
B. Tugas dan Kewenangan Statuter dalam Pengawasan Industri Perasuransian.