Usaha Perasuransian Sebagai Lembaga Keuangan Menurut Hukum Positif di Indonesia

20

BAB II USAHA PERASURANSIAN MENURUT HUKUM POSITIF DI

INDONESIA

A. Usaha Perasuransian Sebagai Lembaga Keuangan Menurut Hukum Positif di Indonesia

1. Pengertian asuransi Verzekering bahasa Belanda disebut pula dengan asuransi atau juga berarti pertanggungan. Ada 2 pihak terlibat di dalam asuranis yaitu: yang satu sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu akan terjadi. Suatu kontrak prestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggung itu, diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan itu tidak terjadi. 15 Menurut Mehr dan Cammack asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.Sedangkan menurut Mark R. Green asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan 15 Djoko Prakoso, Hukum Asuransi Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu. C. Arthur William Jr dan Richard M. Heins mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: a. Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung. b. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial. Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulakan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadiakan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu. 16 16 Pengertian dan ketentuan tentang asuransi di Indonesia telah dimuat dalam beberapa dokumen, antara lain Burgerlijke Wetboek atau sering di singkat BW, yang kemudian dikenal menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk selanjutnya disebut KUHPerdata. Dalam Pasal 1774 KUHPerdata, pengertian asuransi dinyatakan sebagai berikut: “Suatu persetujuan untung–untungan kansovereenkomst adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”. http:dokumen.tipsdocumentsmakalah-hukum-asuransi.html diakses 04 Februari 2016. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pengertian asuransi juga termuat dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang selanjutnya disebut KUHD yang berbunyi: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari suatu evenemen peristiwa tidak pasti”. Tahun 1992 usaha perasuransian telah memiliki ketentuan sendiri dengan disahkannya UU Usaha Perasuransian dan sejumlah peraturan pendukungnya, yakni Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri, serta peraturan-peraturan lainnya yang sifatnya teknis. Pengertian asuransi dalam UU Usaha Perasuransian terdapat dalam Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”. Tanggal 17 Oktober 2014 Pemerintah mengesahkan UU Perasuransian untuk menggantikan UU Usaha Perasuransian mengingat undang-undang ini sudah lama dan tidak lagi cukup untuk menjadi dasar peraturan indurtri Universitas Sumatera Utara perasuransian yang sudah berkembang. Pengertian asuransi menurut UU Perasuransian terdapat pada Pasal 1 angka 1, berbunyi sebagai berikut: “Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk: a. memberi penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau b. memberikan pembayaran yang didasarkan kepada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan danatau didasarkan pada hasil pengelolaan dana”. Definisi-definisi asuransi diatas dapat dilihat bahwa asuransi memiliki empat unsur, yaitu: a. Pihak tertanggung, yang berjanji akan membayar premi kepada penanggung, karena bersedia memberikan ganti rugi bila peristiwa terjadinya risiko yang tidak pasti, benar-benar terjadi. b. Pihak penanggung, yang berjanji akan memberikan ganti rugi yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, yang akan diderita oleh tertanggung. c. Obyek pertanggungan, berupa harta benda, hidup dan meninggalnya seseorang, danatau kepentingan lainnya. Universitas Sumatera Utara d. Peristiwa terjadinya risiko, yang tidak pasti, dimana, kapan dan besarnya, dampak kerugian yang timbul, yang sebenarnya juga tidak diharapkan oleh tertanggung dan penanggung. 17 2. Perkembangan perasuransian a. Sebelum masehi Pada jaman kebesaran Yunani di bawah kekuasaan Alexander The Great seorang pembantunya yang bernama Antimenes memerlukan banyak uang untuk guna membiayai pemerintahan pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang tersebut Antimenes mengumumkan kepada para pemilik budak supaya mendaftarkan budak-budaknya dan membayar sejumlah uang tiap tahun kepada Antimenes. Sebagai imbalanya, Antimenes menjanjikan kepada mereka jika ada budak yang melarikan diri, maka dia akan memerintahkan supaya budak itu di tangkap, atau jika tidak ditangkap akan dibayar dengan uang sebagai gantinya. 18 Apabila ditelaah dan diteliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari pemilik budak adalah semacam premi yang di terima dari tertanggung, sedangkan kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar ganti kerugian karena karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang dipikul oleh penanggung. Perjanjian ini dengan Asuransi Kerugian. 19 Scheltema menjelaskan bahwa pada zaman Yunani banyak juga orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada Pemerintah Kotapraja dengan janji bahwa pemilik uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai wafatnya dan bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan.Jadi, perjanjian ini mirip 17 Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 131-132. 18 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 1. 19 Ibid. Universitas Sumatera Utara dengan asuransi jiwa.Apabila ditelaah dengan teliti, maka dapat dipahami bahwa perjanjian-perjanjian tersebut merupakan peristiwa hukum permulaan dari perkembangan asuransi kerugian dan asuransi jiwa. 20 b. Abad pertengahan Peristiwa-peristiwa hukum yang telah diuraikan diatas terus berkembang pada abad pertengahan.Di Inggris sekelompok orang yang mempunyai profesi sejenis membentuk satu perkumpulan yang disebut gilde. Pekumpulan ini mengurus kepentingan anggota-anggotanya dengan berjanji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilde akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada ke-9 dan mirip dengan Asuransi Kebakaran. Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjut berkembang di Denmark, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12.Pada abad ke-13 dan pertengahan abad ke-14 perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat.Akan tetapi, tidak sedikit bahaya yang mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut.Keadaan ini untuk mencari upaya yang dapat mengatasi kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut.Inilah perkembangan asuransi kerugia laut. 21 c. Sesudah abad pertengahan Sesudah abad pertengahan, bidang asuransi laut dan kebakaran mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama di negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris pada abad ke-17 dan prancis abad ke-18 serta sampai ke 20 Ibid., hlm 1-2. 21 Ibid.,hlm. 2-3. Universitas Sumatera Utara Belanda.Perkembangan pesat asuransi ini sampai ke negara-negara seberang laut terutama daerah-derah jajahan mereka. 22 Pada waktu pembentukan Code de Commerce Prancis awal abad ke-19, asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van Koophandel Nederland, disamping asuransi laut dimasukan juga asuransi kebakaran, asuransi hasil panen, dan asuransi jiwa. Sementara di Inggris, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut Marine Insurance Act yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas konkordansi, Wetboek van Koophandel Nederland diberlakukan pula di Hindia Belanda melalui Staatsblad Nomor 23 Tahun 1947. 23 d. Abad ilmu dan teknologi Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian.Kegiatan usaha tidak hanya bidang perasuransian, tetapi juga bidang penunjang asuransi. Pembangunan bidang prasarana transportasi sampai daerah pelosok mendorong perkembangan sarana tranformasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang dari suatu daerah ke daerah bahkan ke negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas juga makin meningkat, sehingga kebutuhan perlindungan terhadap barang muatan dan jiwa penumpang juga meningkat.Keadaan ini mendorong perkembangan perusahaan asuransi kerugian dan asuransi jiwa serta asuransi sosial. 24 Perkembangan usaha perasuransian mengikuti perkembangan ekonomi masyarakat.Makin tinggi pendapatan per kapita masyarakat, makin mampu masyarakat memiliki harta kekayaan dan makin dibutuhkan pula perlindungan 22 Ibid.,hlm. 4. 23 Ibid. 24 Ibid. Universitas Sumatera Utara keselamatannya dari ancaman bahaya.Karena pendapatan masyarakat meningkat, maka kemampuan membayar premi asuransi juga meningkat.Dengan demikian, usaha perasuransian juga berkembang. 25

B. Prinsip, Jenis dan Fungsi Asuransi