Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa islam yayasan kesejahteraan sosial (LKS) Depok

(1)

Oleh :

AGA ERISTIYAN

NIM. 101070022900

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana

Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi

persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

AGA ERISTIYAN

NIM. 101070022900

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Diana Muti’ah, M.Si

Natris Indriyani, M.Si

NIP. 19671029 199603 2001

NIP. 150 411 200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

DEPOK, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 September

2010. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota,

Sekretaris Merangkap Anggota

,

Jahja Umar, Ph.D

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130 885 522

NIP. 19561223 198303 2001

Anggota

Dra. Netty Hartati, M.Si

Dra. Diana Muti’ah, M.Si

NIP. 19531002 198303

2 001

NIP. 19671029 199603 2001

Natris Indriyani, M.Si

NIP. 150 411 200


(4)

karena Semua itu

Adalah pelajaran dan akan menjadi rasa yang sangat

indah ketika mendapatkan keberhasilan”

Mario Teguh

Karena sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan,

Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan

_

QS Al-Insyirah : 5&6_

“Hanya Tindakan yang dapat menimbulkan

kekuatan”


(5)

(D)

Hubungan Persepsi tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam

Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok

(E)

74 halaman + v lampiran

(F)

Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja, motivasi

untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang motivasi

belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan

penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar di

antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana pelajar itu melakukan proses

pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah

tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran disekolah,

iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya

motivasi belajar siswa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada Hubungan Antara Persepsi

Tentang Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan

Sosial (YKS) Depok.

Persepsi tentang iklim kelas adalah suatu proses aktivitas seorang

siswa dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan

iklim kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau

motivasi yang negatif dalam proses belajar.

Proses tersebut dipengaruhi oleh aspek

keterlibatan,afiliasi,dukungan

guru,orientasi

tugas,kompetisi,

pengaturan

dan

organisasi,kontrol guru,kejelasan peraturan,inovasi. Motivasi belajar adalah : dorongan yang

ada pada setiap siswa dalam memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk

mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran.yang mencakup aspek

minat,kebutuhan,kenikmatan,rasa ingin tahu,pujian,tekanan sosial,hukuman.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskripsi korelasi untuk

mengetahui adakah hubungan antara persepsi tentang sekolah dengan minat bersekolah.

Responden penelitian berjumlah 60 orang yang ditentukan dengan teknik

probability

sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala persepsi

tentang iklim kelas dengan jumlah 29 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,841 dan skala

motivasi belajar yang berjumlah 24 item dengan nilai reliabilitas sebesar 0,786 dengan

menggunakan skala model Likert.

Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan teknik statistik

Pearson Product

Moment, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r tabel lebih besar dari nilai r hitung

yang berarti H

o

ditolak.Ditolaknya H

0

ini berarti tidak terdapat hubungan antara persepsi

tentang. iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan

Sosial (YKS). Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah pada penelitian yang akan

datang sebaiknya populasi yang diteliti lebih luas dan beragam agar hasilnya dapat

digeneralisasikan serta diperoleh pengetahuan dan informasi yang lebih beragam. Selain itu,

pada penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain, misalnya, motivasi

berprestasi dan Adversity Quotient, dan lain-lain.


(6)

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya, saya dapat

menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar, Ph.D.

2.

Pembantu Dekan I, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

3.

Dosen Pembimbing I, Dra. Diana Muti’ah, M.Si dan Dosen Pembimbing II Natris Indriyani,

M.Si atas seluruh nasehat, masukkan, motivasi, inspirasi serta saran dan kritik yang

membangun sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4.

Dosen penguji skripsi, Netty Hartati M.Si, terima kasih atas kritik, saran dan masukan yang

berguna untuk penulis.

5.

Untuk keluarga terutama Orang tuaku Bundaku, Ibu Nihaya dan Alm. Ayahku, Bapak A.

Sunarya yang selalu memberikan limpahan kasih sayang dan yang tak pernah berhenti

memberikan dukungan baik moril, spirituil maupun materil serta do’a yang selalu mengiringi

setiap langkah ini.

6.

Untuk Adikku Dennis Krisna Yudha, Zahra Dara Kasih, Terima kasih telah menjadi

adik-adik yang pengertian dan selalu memberikan dukungan penuh.

7.

Untuk My Wife , Mitra “TATA” Selvia, Teman sejati yang insya Allah Hingga di Sorga.

Tetaplah menjadi istri, sahabat sekaligus ibu dari buah hati kita Jelita Agatha Mardatillah

yang selalu menjadi penyemangatku.

8.

Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih tak

terhingga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

9.

Seluruh staf akademik, dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi,Bu Faozah, Bu Nur, Bu

Mega,Pak Deden, Bang alex, Bang Ayung serta bapak-bapak dan ibu-ibu yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan bapak dan ibu.


(7)

Norma. Semoga Allah memudahkan Jalan kita untuk menempuh kesuksesan Amin.

12.

Keluarga besar SMP Islam YKS Depok, Pak Firdaus M.Si, Pak Endan Kusnendar S.Pd, Pak

Nasrullah S.Ag dan guru-guru lainnya. serta Teman-teman Siswa siswi SMP Islam YKS,

terima kasih atas keikhlasan kalian membantuku.

13.

Keluarga Besar H.Shalihun. terima kasih atas dukungannya.

14.

Semua Guru-guruku dari TK,SD,SMP,SMA yang dengan ikhlas dan sabar telah memberikan

ilmu pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas amal baikmu. Amin

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang

telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, Desember 2010

Penulis,


(8)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Psikologi Oleh

AGA ERISTIYAN NIM : 101070022900

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Diana Mutiah, M.Si Dra. Natris Indriyani, M.Si

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Aga Eristiyan

NIM

: 101070022900

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

“Hubungan Persepsi Tentang Iklim

Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS)

Depok”

adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam

penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini

telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika

ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 15 September 2010

Aga Eristiyan

NIM: 101070022900


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III LEMBAR PERNYATAAN... IV MOTTO... V DEDIKASI... VI ABSTRAKSI... VII KATA PENGANTAR... VIII DAFTAR ISI... IX DAFTAR TABEL... XII DAFTAR LAMPIRAN... XIII

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah... 5

1.2.1 Batasan masalah... 5

1.2.2 Rumusan masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian…...……… 6

1.4.1 Manfaat teoritis... 7

1.4.2 Manfaat praktis... 7


(11)

2.1.2 Motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik ... 11

2.1.2.1 Motivasi intrinsik ……… 11

2.1.2.2 Motivasi ekstrinsik ...12

2.1.3 Prinsip-prinsip motivasi belajar………14

2.1.4 Fungsi motivasi belajar ………18

2.1.5 Bentuk-bentuk motivasi belajar………20

2.2 Persepsi …………......... 22

2.2.1 Definisi persepsi ………... 22

2.2.2 Proses terjadinya persepsi….... 29

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 29

2.2.4 Ciri-ciri persepsi………... 32

2.2.5 Perbedaan persepsi………33

2.2.6 Hakekat persepsi ………34

2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas ………...36

2.3 Iklim Kelas...………38

2.3.1 Pengertian iklim kelas...38

2.4 Kerangka berpikir ...42

2.5 Hipotesis... ………...43

BAB 3 METODE PENELITIAN... 43

3.1 Jenis Penelitian... 43


(12)

3.1.3.2 Definisi operasional variabel...47

3.2 Subyek Penelitian... ..49

3.2.1 Populasi dan sampel... 49

3.2.2 Teknik pengambilan sampel...50

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 50

3.3.1 Metode pengumpulan data... 50

3.3.2 Alat ukur penelitian...51

3.3.3 Teknik uji instrumen penelitian... .54

3.4 Teknik Analisis Data... ………... 61

3.5 Prosedur Penelitian... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 65

4.1 Gambaran Umum Responden...65

4.1.1 Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin... 65

4.1.2 Gambaran umum berdasarkan usia...65

4.2 Deskripsi Data...66

4.2.1 Kategorisasi skala iklim kelas...66

4.2.2 Kategorisasi skala motivasi belajar...67

4.3 Hasil Uji Hipotesis penelitian...………...68

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN...71


(13)

5.3.2 Saran praktis………... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Iklim Kelas

53

Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Belajar 54

Tabel 3.3 Hasil uji Validitas Skala Iklim Kelas 56

Tabel 3.4 Hasil uji Validitas Skala Motivasi belajar 58

Tabel 3.5 Blue Print Revisi Skala Iklim Kelas 59

Tabel 3.6 Blue Print Revisi Skala Motivasi Belajar 60

Tabel 3.7 Kaidah Reliabilitas Guilford 61

Tabel 4.1 Distribusi skor skala iklim kelas 66

Tabel 4.2 klasifikasi skor skala iklim kelas 66

Tabel 4.3 Distribusi skor skala Motivasi Belajar 67

Tabel 4.4 klasifikasi skor skala Motivasi Belajar 67


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya sering dilihat sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan atau rendahnya kualitas siswa sering dilihat sebagai ketidakmampuan pihak sekolah menyelenggarakan proses pendidikan. Dengan kata lain masyarakat banyak beranggapan bahwa sekolah adalah landasan dasar kualitas pendidikan. Pernyataan legal formal tersebut menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan bukan hanya bertumpu dan menjadi tanggung jawab sekolah, yang sebagian besar diselenggarakan oleh pemerintah. Peran serta aktif masyarakat dan keluarga sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pendidikan.

Setiap manusia mempunyai cita-cita untuk sukses didalam hidupnya. Salah satu cara untuk menggapai cita-citanya tersebut adalah dengan belajar di sekolah. Untuk menggapai cita-cita dibutuhkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat, dan daya dorong atau keinginan yang kuat yang ada di dalam diri manusia itulah yang disebut dengan motivasi. Motivasi yang terdapat di dalam diri manusia menyebabkan ia berusaha dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.


(16)

Para ahli mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya tetap sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam buku Psikologi belajar menyatakan bahwa : Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Oemar Hamalik, 1992 : 173).

Motivasi terkait dengan semua aktifitas manusia, misalnya motivasi bekerja, motivasi untuk hidup dan motivasi belajar, dalam hal ini penulis ingin meneliti tentang motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar.

Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Dengan motivasi belajar, setiap pelajar memotivasi dirinya untuk belajar bukan hanya untuk mengetahui tetapi lebih kepada untuk memahami hasil pembelajaran tersebut.

Motivasi belajar di antaranya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana pelajar itu melakukan proses pembelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggalnya, dan lingkungan sekolah tempat pelajar menuntut ilmu. Dalam hal ini penulis ingin melihat peran dari lingkungan yaitu lingkungan sekolah terhadap hasil belajar siswa. Dalam kaitannya dengan lingkungan pembelajaran


(17)

disekolah, iklim kelas merupakan bagian dari sekolah yang dapat mempengaruhi besar kecilnya motivasi belajar siswa.

M.Busril (2004) pernah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kontribusi iklim kelas terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 68 Bogor Jawa Barat dan menunjukan bahwa iklim kelas tidak sepenuhnya mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SMP tersebut. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi psikologis dan sosial di dalam kelas, pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang berharga.

Kondisi dimensi iklim kelas pada tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan kemungkinan akan dapat mempengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Melihat fenomena akhir-akhir ini sering kita jumpai banyaknya pelajar yang tidak masuk sekolah, padahal dari rumah mereka berangkat dan berpamitan dengan orang tua mereka seringnya pelajar yang ada di warnet ataupun pusat perbelanjaan pada jam-jam sekolah bisa saja menunjukan tidak adanya motivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka.

Mengenai iklim kelas tersebut tentunya setiap siswa mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam konteks psikologis yang disebut dengan persepsi.


(18)

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Desiderato,1976)

Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya dengan sesama manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas pun tidak lepas dari interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, melalui persepsi inilah siswa dapat membentuk motivasi yang ada pada dirinya untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Persepsi yang positif dalam pengajaran di kelas akan membuat siswa merasakan kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari materi lebih mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran, serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas

Studi lapangan yang dilakukan peneliti pada tanggal 5,6 dan7 Juni menemukan seringnya beberapa siswa-siswi SMP dari beberapa sekolah di Depok yang ketahuan berada di warnet dan pusat perbelanjaan di daerah Cinere dan Depok pada jam-jam pelajaran, peneliti mengetahui beberapa hal yang membuat mereka tidak termotivasi untuk belajar adalah penilaian siswa yang kurang baik terhadap hubungan mereka dengan guru dan tidak adanya kontrol yang ketat dari


(19)

orang tua di rumah serta tidak adanya dukungan dari teman-teman yang lain dalam hal kegiatan belajar di kelas.

Dengan adanya fenomena diatas dalam penelitian ini penulis mengambil judul ”Hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok”.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 1.2.1. Batasan Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada judul penelitian atau variabel yang diteliti yaitu mengenai :

Persepsi tentang iklim kelas yaitu: Suatu proses aktivitas seorang siswa dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan iklim kelas tempat siswa itu belajar yang dapat menimbulkan motivasi yang positif atau motivasi yang negatif dalam proses belajar.

Motivasi belajar yaitu: pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku siswa untuk mencapai prestasi belajar yang memuaskan. Yang terbagi menjadi dua bagian yaitu:

Motivasi intrinsik: Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa untuk belajar tanpa adanya pengaruh dari orang lain.

Motivasi ekstrinsik: Motivasi yang timbul pada diri siswa karena adanya pengaruh atau tekanan dari orang lain.


(20)

Subjek yang diteliti : Siswa kelas VIII SMP ISLAM Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok

1.2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang dirumuskan adalah : Adakah hubungan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) di Kecamatan Pancoran Mas Depok .

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Untuk mengetahui persepsi siswa tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial) Kecamatan Pancoran Mas Depok.

2. Untuk mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial) Kecamatan Pancoran Mas Depok.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai persoalan dalam lingkup pembelajaran dikelas, khususnya menyangkut pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar


(21)

siswa di SMP Islam YKS (Yayasan Kesejahteraan Sosial). Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya dalam bidang psikologi Pendidikan

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan praktis untuk mengetahui hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta pada khususnya, dan teman-teman siswa pelajar pada umumnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan skripsi ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Membahas teori persepsi tentang iklim kelas dan motivasi belajar. Terdiri atas: Pengertian motivasi, jenis-jenis motivasi, dan pentingnya motivasi dalam kegiatan


(22)

belajar, dan pengertian persepsi, pengertian persepsi tentang iklim kelas dan kemampuan dalam persepsi serta kerangka berfikir dan hipotesa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang jenis penelitian. pendekatan penelitian, metode penelitian, dan rancangan penelitian. Populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel. dan pengumpulan data. Instrumen penelitian, serta teknik uji instrumen.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Menguraikan gambaran umum subyek. presentasi data uji instrumen penelitian, uji persyaratan, dan uji hipotesis dan hasil pengujian hipotesis.

BAB V PENUTUP

Mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, diskusi hasilpenelitian, dan saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian lanjutan.


(23)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Dalam usaha untuk menjelaskan permasalahan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya, penulis akan mencoba membahas beberapa teori yang berkaitan dengan permasalahan ini, pembahasan mengenai hubungan persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Kecamatan Pancoran Mas Depok.

2.1. Motivasi

2.1.1. Pengertian motivasi belajar

Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Mc. Donald mengatakan bahwa, “Motivation is a energi change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.”: Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.


(24)

Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Pupuh Fathurohman 2007 : 19) Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan (daya penggerak) di dalam individu untuk melakukan kegiatan guna mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Setiap orang dalam hidupnya memerlukan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Dengan adanya kebutuhan tersebut akan mendorong adanya rangsangan (stimulasi) dan tingkah laku balas (respon).

Menurut M. Manulang (1992 : 56), motivasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Adalah setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut terdorong untuk berprilaku dan bertindak.

2) Adalah pengaruh kekuatan yang menimbulkan prilaku individu.

3) Adalah setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya prilaku seseorang.

4) Adalah proses dalam yang menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals).

Sedangkan menurut Wendell L. French New York (2000:95), motivasi adalah: “Penyebab seseorang untuk berbuat sesuatu dalam jalan tertentu atau cenderung pada tingkah laku spesifik”.


(25)

a. Dorongan dalam diri sendiri

b. Tingkah laku yang ditimbulkan dan terarah c. Tujuan yang ingin dicapai tingkah laku tersebut.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar.

Bukan hanya sekolah-sekolah yang berusaha memberi motivasi tingkah laku manusia kearah perubahan tingkah laku yang diharapkan. Orang tua atau keluarga pun telah berusaha memotivasi belajar anak-anak mereka. Kelompok yang berkecimpung dibidang “Manajement“ yang membuat rencana “Insentive” baru untuk meningkatkan produksi, adalah berusaha memotivasi perubahan-perubahan dalam tingkah laku.

Dari uraian diatas, ternyata kesadaran tentang pentingnya motivasi bagi perubahan tingkah laku manusia telah dimiliki, baik oleh para pendidik, para orang tua murid maupun masyarakat.

2.1.2 Motivasi intrinsik dan ekstrinsik


(26)

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Yang berhubungan dengan minat, kebutuhan, kenikmatan dan rasa ingin tahu (woolfolk 1993). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Seperti pujian, tekanan sosial dan hukuman. (woolfolk 1993). Sebagai contoh itu seseorang itu belajar,karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, sehingga akan


(27)

dipuji oleh pacarnya,atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik,atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Ada dua macam aspek motivasi yang bersifat statis adalah:

a. Merupakan kebutuhan pokok yang menjadi dasar bagi adanya harapan yang akan diperoleh dan hasil tersebut sebagai penyelenggara organisasi. b. Berupa alat perangsang yang diharapkan akan dapat memenuhi apa yang

menjadi kebutuhan pokok tersebut.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti.


(28)

2.1.3 Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain, aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsure jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya.

Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut.


(29)

Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya, motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang berminat untuk belajar belum sampai pada tataran motivasi karena belum menunjukkan aktivitas nyata. Minat merupakan kecenderungan psikologis yang menyenangi sesuatu objek, belum sampai melakukan kegiatan. Namun, minat adalah motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar maka dia melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagi dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang.

2. Motivasi Intrinsik Lebih Utama Daripada Motivasi Ekstrinsik Dalam Belajar

Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ekstrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ekstrinsik dalam pengajaran. Anak didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ekstrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecendrungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi intrinsik


(30)

sangat sedikit terpengaruh dari luar. Semangat belajarnya sangat kuat. Dia belajar bukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi, mengharapkan pujian orang lain atau mengharapkan hadiah berupa benda, tetapi karena ingin memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya. Tanpa diberikan janji-janji yang muluk-muluk pun anak didik rajin belajar sendiri. Perintah tidak diperlukan, karena tanpa diperintah anak sudah taat pada jadwal belajar yang dibuatnya sendiri.

3. Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik Daripada Hukuman

Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apapun jaga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek.

4. Motivasi Berhubungan Erat Dengan Kebutuhan Dalam Belajar

Kebutuhan yang tak bisa dihindari oleh anak didik adalah keinginan untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar. Karena bila tidak belajar berarti anak didik tidak akan mendapat ilmu pengetahuan. Bagaimana untuk mengembangkan diri dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki bila potensi-potensi tidak ditumbuh kembangkan


(31)

melalui penguasaan ilmu pengetahuan. Jadi, belajar adalah santapan utama anak didik.

5 Motivasi Dapat Memupuk Optimisme Dalam Belajar

Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi dihari-hari mendatang. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru bukan dihadapi dengan pesimisme, hati yang resah gelisah. Tetapi dia hadapi dengan tenang dan percaya diri. Biarpun ada anak didik yang lain membuka catatan ketika ulangan, dia tidak terpengaruh dan tetap tenang menjawab setiap soal item soal dari awal hingga akhir waktu yang ditentukan.

6. Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar

Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu. Selain memiliki bukunya, ringkasannya juga rapi dan lengkap. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca. Wajarlah bila isi mata pelajaran itu dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.


(32)

2.1.4 Fungsi Motivasi Dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan, seorang atau dua orang anak didik duduk dengan santainya di kursi mereka dengan alam pemikiran yang jauh entah kemana. Sedikitpun tidak tergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Kemiskinan motivasi intrinsik ini merupakan masalah yang memerlukan bantuan yang tidak bisa ditunda-tunda. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik. Sehingga dengan bantun itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Bila motivasi ekstrisik yang diberikan itu dapat membantu anak didik keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan baik oleh guru. Peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fngsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusip bagi anak didik.


(33)

Baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrisik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar.

Untuk jelasnya ketiga fungsi motivasi dalam belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut.

1. Motivasi Sebagai Pendorong Perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuaru yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar.

2. Motivasi Sebagai Penggerak Perbuatan

Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap raga dan jiwa. Akal pikiran berproses dengan sikap


(34)

pada yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsif, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandung.

3. Motivasi Sebagai Pengarah Perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeliksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, ttidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar.

2.1.5 Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar

Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan bila ada diantara anak didik yang kurang berminat mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu. Peranan motivasi ekstrinsik cukup besar untuk membimbing anak didik dalam belajar. Hal ini perlu disadari oleh guru. Untuk itu seorang guru biasanya


(35)

memanfaatkan motivasi ekstrinsik untuk meningkatkan minat anak didik agar lebih bergairah belajar meski terkadang tidak tepat. Drs. Wasty Soemantoe (1984) mengatakan, bahwa guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi dalam bimbingan belajar murid.

Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat, sesuai dengan target yang dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman mengenai kondisi psikologis anak didik sangat diperlukan guna mengetahui segala apa yang sedang dihadapi anak didik sehingga gairah belajarnya menurun.

Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, sebagai berikut.

1. Memberi Angka

Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh aspek kognitif. Bisa saja nilai itu bertentengan dengan efektif anak didik.


(36)

Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan/kehidupan sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan kepadda aspek kepribadian anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk formatif atau sumatif.

2. Hadiah

Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi, rangking satu, dua tau tiga dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan tinggi/universitas disebut sebagai mahasiswa teladan.sebagai penghargaan atas prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa supersemar pun mereka terima setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan. Hadiah berupa uang beasiswa supersemar diberikan adalah untuk memotivasi anak didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi.


(37)

Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajarran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan modern, yakni cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran.

4. Ego-Involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga beklerja keras dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah ssatu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya

5. Memberi Ulangan

Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk


(38)

memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak didik. Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana.

6. Mengetahui Hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak sesuai dengan harapan.

7. Pujian

Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan sekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerjaan anak didik.


(39)

8.Hukuman

Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efiktif. Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pedekatan edukatif dimaksud di sini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. Minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. Akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya dihari mendatang.

9. Hasrat Untuk Belajar

Hasrat untuk belajar adalah gejala psikologis yang tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan kebutuhan anak didik untuk mengetahui sesuatu dari objek yang akan dipelajarinya. Kebutuhan itulah yang akan menjadi dasar aktivitas anak didik dalam belajar. Tiada kebutuhan berarti tiada ada hasrat untuk belajar. Itu sama saja tidak ada minat untuk belajar.

10. Minat

Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang


(40)

menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.

Dari beberapa uraian diatas, nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.


(41)

2.2

Persepsi

2.2.1 Definisi persepsi

Persepsi (perception) merupakan tahap paling awal dari serangkaian pemroses informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung (Matlin,1989; Solso,1988).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses menginterpretasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Misalnya pada waktu seseorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan, atau mendengarkan suara tertentu, ia akan melakukan interpretasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan yang relevan dengan hal-hal itu.

Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari ‘persepsi’. Beberapa di antaranya adalah:

1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).

2. Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat


(42)

sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).

3. Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu (Bower).

4. Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).

5. Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial. Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson). 6. Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh

seorang individu (Krech).

7. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

Jadi persepsi merupakan proses kognitif seseorang yang melibatkan indera sensorisnya, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba perasa dan penciuman untuk menerima informasi yang datangnya dari lingkungan sekitarnya. Dan nantinya


(43)

informasi itu diproses untuk diberikan arti atau makna agar manusia bisa memahaminya.

2.2.2 Proses terjadinya persepsi

Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi. Secara alur dapat dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagaimana berikut:

1. Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat kealaman.

2. Stimulus kemudian dilangsungkan keotak oleh syaraf sensoris. Yang disebut proses pisiologis.

3. Diotak sebagai pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psikologis. (Bimo Walgito, 1989).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi pada prinsipnya selalu melibatkan dua proses yang saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Dua proses tersebut adalah bottom-up processing dan top-down processing. Hal ini berarti bahwa hasil suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom-up) dengan


(44)

pengetahuan yang tersimpan didalam pengetahuan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down).

Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua sumber informasi yang dapat digunakan untuk mempersepsi dunia luar secara tepat:

1. Informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu. 2. Pengetahuan serta pengalaman yang relevan yang dimiliki dan

telah tersimpan didalam ingatan seseorang.

Berdasarkan penjelasan yang telah di ungkapkan, bisa terjadi perbedaan seseorang dalam memberikan makna terhadap informasi yang ditangkap oleh panca inderanya. Hal ini disebabkan pemaknaan terhadap apa yang di tangkap oleh panca indera adalah subyektif. misalnya ada dua orang memperoleh stimulus (informasi) yang sama, tetapi kedua orang tersebut dalam memberikan makna (interpretasi) terhadap stimulus tersebut berbeda. Karena ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya perbedaan persepsi seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Robbins (2001) ada tiga, yaitu:

a. Orang yang melakukan persepsi

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang antara lain: 1. Sikap individu yang bersangkutan dengan objek persepsi

2. Motif / keinginan yang belum terpenuhi yang ada di dalam diri seseorang akan berpengaruh terhadap persepsi yang dimunculkan.


(45)

Fokus perhatian individu dipengaruhi oleh keterkaitan tentang sesuatu. Hal ini menyebabkan obyek persepsi yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh masing-masing individu.

4. Harapan.

Harapan dapat menyebabkan distorsi terhadap obyek yang di persepsikan. Atau dengan kata lain seseorang akan mempersepsikan suatu obyek atau kejadian sesuai dengan apa yang diharapkan pada orang tersebut.

b. Target atau objek persepsi

Karakteristik target / objek yang dipersepsikan bisa mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik orang yang dipersepsi baik itu karesteristik personal sikap maupun tingkah laku dapat berpengaruh terhadap perceiver, karena manusia dapat saling mempengaruhi persepsi satu sama lain. Guru yang berinteraksi dengan murid di kelas bertingkah laku selalu antusias, hangat, humoris, dan lain sebagainya akan berpengaruh terhadap persepsi siswa akan guru tersebut.

c. Faktor situasi

Yaitu situasi persepsi tersebut muncul. Konteks situasi saat melihat obyek baik berupa lokasi, cahaya, dan suasana sangatlah penting. Pada faktor situasi terhdap beberapa hal yang dapat memepengaruhi, antara lain:


(46)

Bagaimana lingkungan sosial memandang obyek persepsi seseorang ada kecenderungan sesuai dengan apa yang di persepsikan lingkungan sosialnya.

2. Konteks pekerjaan

Persepsi seseorang terhadap suatu peristiwa dalam lingkup pekerjaan 3. Waktu pada saat kapan objek persepsi tersebut kita persepsikan.

2.2.4. Ciri-Ciri persepsi

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna. Menurut Shaleh dan Muhbib (2005) ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi antara lain:

1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang), kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit,latar depan-latar belakang, dan lain-lain.

3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda dan lain-lain.


(47)

4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.

2.2.5. Perbedaan persepsi

Perbedaan persepsi menurut Sarwono (2000) dapat disebabkan oleh hal-hal dibawah ini:

1. Perhatian: biasanya tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian terhadap satu atau dua objek saja.

2. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan bila perbedaan persepsi.

3. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku pada suatu masyarakat berpengaruh pula pada persepsi.

4. Ciri kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi 5. Gangguan kejiwaan:

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja.


(48)

2.2.6 Hakekat persepsi

Persepsi ternyata banyak sekali melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal pembentukan proses persepsi, orang telah menentukan dulu apa yang akan diperhatikan. Setiap kali anda memusatkan perhatian lebih besar kemungkinannya anda akan memperoleh makna dari apa yang anda tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman lalu, kemudian hari akan diingat kembali.

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi dalam kemampuan kognitif yaitu: a. Kesadaran

Bila anda sedang merasa sangat bahagia, maka pemandangan yang terhampar jauh akan sangat luar biasa indahnya. Tetapi sebaliknya, jika anda sedang murung atau sedih, mungkin pemandangan yang indah itu akan membosankan dipandang.

b. Ingatan

Indera secara teratur akan menyimpan data-data yang dapat diterima oleh otak. Orang cenderung untuk terus menerus membanding-bandingkan penglihatan, suara dan pengindraan lainnya dengan ingatan-ingatan pengalaman lalu yang mirip.

c. Proses informasi

Seseorang sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu dan saat itu, lalu membuat interpretasi dan evaluasi.


(49)

Beberapa Psikolog melihat atensi memegang peranan dalam persepsi, walaupun sampai saat ini masih saja merupakan topik yang penuh perdebatan. Beberapa orang psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saring (filter) yang akan menyaring semua informasi pada titik-titik yang berbeda pada proses persepsi. Sebaliknya psikolog lain yakin bahwa manusia mampu memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka kehendaki untuk dipersepsikan secara aktif dengan mellibatkan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing. Atensi selalu aktif pada waktu tertentu, mula-mula ketika menerima masukan dari organ indra, kemudian ketika harus memilih dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan memberikan respon terhadap rangsangan itu, lalu bersiap-siap untuk mengambil langkah tindakan tertentu.

Menurut Daniel Kahneman bahwa kemampuan atensi tergantung pada sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang akan dilakukan. Bila kontrol kesadaran hanya sedikit dan sumber yang diperlukan juga sedikit seperti misalnya dalam mengendarai mobil (bagi pengemudi yang mahir) maka orang tersebut akan dapat melakukan banyak tugas lainnya sekaligus. Pengaruh yang penting di dalam atensi adalah kebutuhan, minat dan nilai, misalnya seorang guru yang sedang asyik mengajarkan pelajaran-pelajarannya, mungkin akan tidak mendengar sama sekali lonceng berbunyi tanda usai pelajaran, sebaliknya, murid yang sudah lapar dan ingin pulang, atau berbincang dengan temannya, justru sangat menyadari suara lonceng tersebut.


(50)

2.2.7 Peran persepsi terhadap iklim kelas

Manusia sebagai mahluk sosial yang dalam realitasnya melakukan berbagai interaksi dengan mahluk lain melalui berbagai situasi. Pendidikan dimana di dalamnya terjadi rangkaian peristiwa menuju terbentuknya manusia sehat jasmani dan rohani. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan dimana pengajaran bertujuan untuk pencapaian tujuan pendidikan dan terikat oleh situasi atau interaksi yang edukatif dalam bentuk hubungan bersama antara guru dengan murid.

Dalam proses persepsi setiap individu mempunyai kesan tersendiri atas kejadian atau peristiwa yang ditangkap oleh indera sensorisnya, sehingga bisa terjadi perbedaan antara individu A dengan individu B dalam pemberian arti tentang objek peristiwa yang ditangkap indera sensorisnya. Dunia pendidikan tidak terlepas dari terjadinya proses interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya. Persepsi dalam kaitannya dengan iklim kelas, guru merupakan objek yang sangat penting yang akan dipersepsi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi orientasi tujuan siswa. Dari model-model pembelajaran yang dikemukakan oleh Rameden (1992), Entwistle (1981) serta Cote dan Levine (2000) terlihat bahwa persepsi terhadap pengajar, lingkungan pembelajaran dan evaluasi merupakan hal yang mempengaruhi prestasi belajar secara tidak langsung.

Dalam kaitannya dengan orientasi tujuan, siswa akan lebih berorientasi pada tugas jika mempersepsi bahwa materi yang dipelajari menarik dan bermanfaat


(51)

dibandingkan jika ia mempersepsi bahwa materi tidak menarik dan tidak bermanfaat. (Woolfolk,2004). Orientasi belajar dapat dibentuk maupun diubah, tergantung dari lingkungan. Mengingat bahwa situasi kelas dapat membentuk orientasi tujuan siswa, guru berperan penting dalam memfasilitasi pengadopsian orientasi tujuan siswa. (Woolfolk,2004, Pintrich dan Schunk,1996).

Persepsi yang positif terhadap pengajaran akan membuat siswa merasakan kesenangan dalam belajar, mendorong mereka untuk mempelajari materi lebih mendalam dan pada akhirnya dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses belajar mengajar. (Church, Elliot dan Gable,2001). Selanjutnya faktor evaluasi sangat menentukan perilaku belajar siswa, karena pandangan mengenai evaluasi yang diberikan oleh guru akan mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih melalui orientasi yang diadopsi.

Faktor evaluasi berkaitan dengan situasi kelas yang terbentuk karena jenis evaluasi yang diberikan. Jika evaluasi menekankan pada perbandingan kemampuan kognitif secara sosial, siswa akan mengadopsi orientasi ego dan orientasi work avoidance. Sebaliknya jika evaluasi menekankan pada peningkatan diri, partisipasi, usaha dan pendekatan belajar secara efektif dari peserta didik, siswa akan mengadopsi orientasi task. (Ames dan Arcer,1998). Dalam penelitian ini persepsi mengenai iklim kelas merupakan persepsi yang dimiliki siswa terhadap pembelajaran, dalam hal ini pengajaran guru dan situasi belajar mengajar serta evaluasi yang di berikan guru.


(52)

2.3 Iklim Kelas

2.3.1 Pengertian iklim kelas

Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi motivasi inteligensi, bakat, minat, dan kondisi fisik. Faktor eksternal meliputi faktor sosial termasuk hubungan siswa dengan guru. Manajemen sekolah, kurikulum pendidikan serta sarana dan fasilitas sekolah (Purwanto, 1998). Lingkungan sekolah yang memberi pengaruh terbesar pada kondisi siswa dalam proses belajar disekolah adalah iklim didalam kelas (winkel,2005). Demikian juga menurut Kaluge (dikutip oleh Pudjibudojo & Rahayu, 2003), iklim kelas merupakan pengaruh terbesar bagi prestasi belajar siswa.

Menurut Oemar Hamalik dalam Ilmu Pendidikan, 1991, kelas adalah suatu kelompok orang-orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari seorang guru. Sebagai suatu kelompok sosial kelas pada hakikatnya adalah suatu unit sosial yang bersama-sama memiliki tujuan dan terbentuk secara formal yang berada di bawah suatu pimpinan, yaitu guru. Bloom (1964) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Hoy dan forsyth (1986) mengatakan bahwa iklim kelas adalah organisasi sosial informal dan aktifitas guru kelas yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Selanjutnya Hoy dan Miskell (1982) menambahkan istilah iklim seperti halnya keperibadian pada manusia. Artinya masing-masing kelas memiliki ciri (keperibadian) yang tidak sama dengan


(53)

kelas-kelas yang lain, meskipun kelas-kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau arsitektur yang sama. Moos (1979) juga menambahkan bahwa iklim kelas seperti halnya manusia, ada yang sangat berorientasi pada tugas, demokratis, formal, terbuka, atau tertutup.

Dengan berdasarkan pada beberapa pengertian iklim dan iklim kelas di atas, maka dapat dipahami bahwa iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan guru dan peserta didik atau hubungan antarp eserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.

Lingkungan fisik kelas mencakup kondisi dan materi fisik seperti ruangan kelas, dan ragam perlengkapan didalam kelas (Parsons,Hinson, &Brown, 2001). Sedangkan lingkungan sosial kelas merupakan iklim atau atmosfir psikologis dalam kelas, dan lingkungan sosial kelas juga disebut lingkungan psikologis atau iklim lingkungan kelas (Parsons, et al., 2001)

Persepsi siswa terhadap iklim lingkungan kelas juga mempunyai hubungan yang positif dengan pencapaian akademik siswa (Moos & Moos dikutip oleh Byer, 2000). Iklim kelas merupakan bagian dari sekolah atau institusi yang dapat memengaruhi motivasi belajar. Iklim kelas mengacu kepada berbagai dimensi psikologis dan sosial di dalam kelas, seperti tingkat formalitas, fleksibilitas, struktur, kecemasan, kontrol dari guru, aktivitas dan juga dorongan (Reilly dan Lewis, 1983).

Pada iklim kelas yang positif, siswa akan merasa nyaman ketika memasuki ruang kelas, mereka mengetahui bahwa akan ada yang memperdulikan dan


(54)

menghargai mereka, dan mereka percaya bahwa akan mempelajari sesuatu yang berharga. Namun sebaliknya, pada iklim kelas negatif, siswa akan merasa takut apabila berada di dalam kelas dan ragu apakah mereka akan mendapat pengalaman yang berharga.

Iklim kelas mencakup dimensi seperti keterlibatan, afiliasi, dukungan dari staf pengajar, orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian, kejelasan peraturan, kontrol staf pengajar, serta inovasi (Trickett dan Moss dalam Ramelan, 1989). Dimensi keterlibatan dan afiliasi merupakan dimensi yang bekaitan dengan siswa, apabila siswa terlibat secara aktif dalam setiap aktifitas di dalam kelas serta memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan sesama siswa maka akan tercipta iklim kelas yang positif.

Pada dimensi orientasi terhadap tugas, kompetisi, keteraturan dan pengorganisasian yang berkaitan erat dalam menciptakan sistem belajar yang kondusif. Siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu yang diimbangi dengan adanya persaingan untuk mencapai prestasi tersebut. Kejelasan peraturan, kontrol dari staf pengajar merupakan dimensi yang berhubungan dengan staf pengajar, kemampuan dari guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap siswa, memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di dalam kelas. Dan dimensi inovasi berhubungan langsung dengan guru sebagai pengajar harus berusaha mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa dikarenakan cara mengajar yang monoton.


(55)

Kondisi yang merupakan dimensi iklim kelas tersebut pada tiap-tiap kelas dapat bervariasi dan kemungkinan akan dapat memengaruhi motivasi belajar setiap siswa. Keterlibatan siswa dalam belajar di kelas merupakan dimensi dari lingkungan pembelajaran di kelas yang penting dalam mempromosikan motivasi akademik siswa (Zewin, 1983). Fouts, Chan, dan Biao (1993) menemukan bahwa persepsi keterlibatan siswa di kelas mempunyai hubungan positif dengan hasil belajar siswa (sikap mereka terhadap suatu mata pelajaran, sikap yang berhubungan dengan kenikmatan dalam mempelajari suatu mata pelajaran, dan lain-lain).

Knight and Waxman (1990) menemukan juga bahwa persepsi keterlibatan siswa di kelas mempunyai hubungan yang positif dengan self-concept terhadap akademik mereka. Dengan memanfaatkan beberapa hal yang menguntungkan dari persepsi siswa terhadap keanggotaan mereka di kelas, Schmuck and Schmuck (1992) tertantang untuk meneliti kesetiakawanan antar teman sekelas dapat mempromosikan self-esteem mereka secara positif.

Para siswa yang berorientasi pada student affiliation ditandai dengan adanya keinginan saling tolong menolong, saling membantu, dan saling mendukung di antara mereka di kelas, sehingga mereka akan percaya diri dalam memanfaatkan kemampuan akademiknya ( Van Egmond, 1960). Berkaitan dengan hal ini, Tu’u (2004), menyatakan pentingnya menciptakan suasana iklim lingkungan kelas sedemikian rupa sehingga terciptanya suasana yang kondusif bagi kegiatan belajar mengajar.


(56)

2.4 Kerangka Berpikir

Pendukung utama tercapainya tujuan pengajaran adalah suasana kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya. Karena itu segala macam tindakan pembinaan pendidikan sepatutnya diarahkan pada kelas. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individunya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasannya bertemu, berpadu dan berinteraksi dikelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, profesional dan harus terus menerus.

Iklim kelas yang kondusif akan berpengaruh dengan persepsi siswa, apabila siswa mempersepsikan bahwa iklim kelas tempat ia belajar sudah baik dan kondusif, maka akan timbulah motivasi untuk belajar dan menerima pelajaran, sebaliknya bila siswa mempersepsikan iklim kelas tempat ia belajar tidak baik dan kondusif maka siswa tidak akan termotivasi untuk belajar dan menerima pelajaran. Karena ketertarikan individu terhadap sesuatu yang diamati akan mempengaruhi pengamatannya, sehingga menghasilkan persepsi yang berbeda pada setiap individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi individu dalam melakukan suatu pekerjaan.


(57)

Berdasarkan teori-teori dan pendapat-pendapat yang telah penulis sajikan sebelumnya, maka secara ringkas penulis membuat kerangka pemikiran dalam gambar dibawah ini

Kerangka Berpikir Penelitian

2.5 Hipotesis

Dari kerangka berpikir tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

MOTIVASI

Persepsi positif terhadap iklim kelas

Persepsi negatif terhadap iklim kelas

-Motivasi Intrinsik -Motivasi ektrinsik


(58)

Ha : Ada hubungan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS).

Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar siswa di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS).


(59)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ketiga ini terdiri dari : Pendekatan penelitian dan Metodologi Penelitian; Variabel penelitian dan konseptual Operasional: Pengambilan Sampel; Teknik Pengumpulan Data; Uji Instrumen Penelitian; Metode Analisis Data; dan Prosedur Penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara Persepsi tentang iklim kelas dengan motivasi belajar di SMP Islam Yayasan Kesejahteraan Sosial (YKS) Depok. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif , karena pada data akhir akan dianalisis dengan penghitungan statistic. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka (Sugiono,2008). Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka ststistik.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode pada penelitian ini adalah dengan metode korelasional. Sevilla (1993) mengemukakan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu


(60)

populasi. Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat serta arah hubungan antara iklim kelas (Variabel Independen/bebas) dengan motivasi belajar siswa (variabel dependen/terikat).

3.1.3 Definisi konseptual variabel dan operasional variabel 3.1.3.1 Definisi konseptual variabel

Variabel penelitian adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai yang berdiri sendiri. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sevilla (1993) mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau hasil dari penelitian.

a. Variabel X (variabel bebas / Independent variabel)

Variabel bebas penelitian ini adalah persepsi tentang iklim kelas. Persepsi tentang iklim kelas yaitu segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar.. Indikator dalam penelitian ini meliputi aspek keterlibatan, afiliasi, dukungan guru, orientasi tugas, kompetisi,pengaturan tugas, kontrol guru, kejelasan peraturan, inovasi.


(61)

Variabel terikat dari penelitian ini adalah motivasi belajar. Motivasi belajar yaitu kecenderungan hati atau keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar yang bersumber dari diri individu itu sendiri maupun dari dorongan orang lain. Motivasi belajar pada penelitian ini meliputi aspek motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

3.1.3.2 Operasional variabel

Operasional variabel adalah sesuatu yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. (Kountour,2003). Berdasarkan konsep-konsep dan teori yang telah diuraikan, penulis merumuskan operasional variabel mengenai variabel-variabel dalam penelitian, yaitu:

a). Iklim kelas dioperasionalisasikan melalui skor skala iklim kelas yang terdiri dari aspek-aspeknya yaitu: 1)Keterlibatan ( involvement ) yang menjelaskan sejauh mana seorang siswa terlibat dalam setiap aktifitas yang ada di dalam kelas. 2) Afiliasi ( affilitiation ) sejauh mana seorang siswa memiliki hubungan interpersonal yang baik dengan sesama anggota kelas.3)Dukungan Guru (Teacher support ) hal yang menjelaskan sejauh mana seorang guru mampu memberikan dukungan serta masukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya. 4)Orientasi Tugas ( Task orientation ) menjelaskan sejauh mana siswa ditekankan bahwa penyelesaian suatu tugas adalah hal yang sangat penting demi mencapai suatu prestasi tertentu. 5)Kompetisi ( Competition ) menjelaskan sejauh mana siswa mampu berkompetisi atau


(62)

bersaing untuk mendapatkan prestasi tertinggi di kelas. 6) Pengaturan dan Organisasi menjelaskan hal yang berkaitan erat dalam penciptaan sistem belajar yang kondusif . 7) Kontrol Guru ( Teacher Control) kemampuan dari guru untuk mendukung dan memberikan perhatian terhadap siswa). 8) Kejelasan Peraturan ( Rule Clarity ) hal yang menjelaskan bagaimana guru mampu memberikan peraturan yang jelas untuk dijalankan sebagai kontrol di dalam kelas.9) Inovasi ( inovation ) guru sebagai pengajar harus berusaha mencari cara untuk menghindari kebosanan siswa dikarenakan cara mengajar yang monoton.

b). Motivasi belajar dioperasionalisasikan melalui skor skala motivasi belajar yang terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik beserta aspek-aspeknya yaitu:

a) Motivasi intrinsik 1). Minat. Sejauh mana seorang siswa mempunyai keinginan atau hasrat untuk belajar 2).Kebutuhan. sejauh mana seorang siswa menganggap belajar itu merupakan suatu kebutuhan untuk mengetahui suatu hal.3).Kenikmatan. hal yang menjelaskan sejauh mana seorang siswa memperoleh kenikmatan pada saat dirinya sedang menerima pelajaran dari guru. 4). Rasa ingin tahu. Menjelaskan bagaimana seorang siswa memiliki rasa ingin tahu apabila ada pelajaran yang belum dimengerti.

b) Motivasi ekstrinsik. 1) Pujian. Suatu tindakan atau perbuatan yang ditujukan kepada siswa untuk menghargai prestasinya dengan tujuan agar


(63)

lebih meningkatkan prestasi belajarnya. 2) Tekanan sosial. Suatu keadaan yang mengharapkan seorang siswa untuk selalu meningkatkan prestasi belajarnya 3). Hukuman. Hukuman bisa merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam, dan bertujuan memperbaiki sikap perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran

3.2 Subjek penelitian

Suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, sangat berkaitan dengan masalah sampel, yaitu bagaimana mengambil sampel dari suatu populasi sehingga hasil-hasil penelitian terhadap sampel tersebut dapat

melahirkan suatu kesimpulan yang dapat berlaku umum bagi seluruh populasi.

3.2.1 Populasi dan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya. Sugiono,(1999). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMP Islam YKS Kecamatan Pancoran Mas Depok. sebanyak 210 orang. Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi (Sevilla, 1993). Sedangkan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 siswa.


(1)

(2)

No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya tidak pernah mengerjakan

pekerjaan rumah dan lebih memilih menyalin pekerjaan rumah teman di sekolah

2. Saya senang membantu teman saya yang kurang memahami pelajaran 3. Saya malas mengikuti pelajaran apabila

ada guru yang kurang jelas dalam menyampaikan mata pelajaran

4. Saya akan mengatur waktu belajar saya sebaik mungkin

5. Meskipun saya sudah berusaha keras dalam belajar, saya pesimis bisa mendapatkan peringkat yang bagus dikelas

6. Saya orang yang sangat tenang ketika berada didalam kelas

7. Saya merasa tertekan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh guru

8. Saya merasa nyaman berada didalam kelas

9. Saya malas bergaul dengan teman sekelas dan lebih senang menyendiri 10. Semua guru yang mengajar di kelas

mampu menciptakan suasana yang nyaman dalam belajar

11. Saya malas mengerjakan pekerjaan rumah

12. Saya selalu bersaing secara sehat dengan teman-teman di kelas untuk mendapatkan ranking satu

13. Menurut teman-teman di kelas, saya adalah orang yang senang membuat gaduh

14. Saya tidak pernah bermasalah di kelas, sehingga guru tidak pernah

menghukum saya.

15. Peraturan yang ada didalam kelas, sering berubah-ubah dan tidak konsisten

16. Saya sering memberikan usulan-usulan yang positif tentang perencanaan kegiatan di kelas


(3)

berpariasi dalam menyampaikan materi pelajaran

18. Jelasnya peraturan-peraturan di kelas membuat siswa lebih terkontrol dalam bertingkah laku

19. Saya merasa suasana di kelas tidak nyaman dan selalu ingin cepat pulang 20. Saya mempunyai hubungan yang baik

dengan semua teman di kelas

21. Saya merasa guru-guru di kelas kurang memperhatikan saya

22. Saya merasa bertanggung jawab atas hasil belajar saya

23. Menurut saya, saya tidak mampu bersaing dengan teman-teman yang lain untuk mendapatkan peringkat di kelas

24. Saya sangat menghargai dan selalu baik terhadap teman-teman di kelas 25. Apabila saya melakukan kesalahan,

hukuman yang diberikan oleh guru saya anggap kelewatan dan berlebihan 26. Saat sedang ada diskusi di kelas, saya

orang yang aktif bertanya apabila ada pelajaran yang belum saya pahami 27. Saya tidak peduli apabila ada teman

yang bertanya tentang PR kepada saya 28. Guru-guru di kelas sangat sabar dan

mau membantu bila ada pelajaran yang belum saya mengerti

29. Meskipun akan diadakan ujian

semester, saya biasa-biasa saja dalam belajar

30. Saya ingin nilai-nilai saya menjadi yang terbaik di kelas

31. Saya tidak terlalu berkeinginan dalam menjalani peraturan-peraturan di kelas 32. Menurut saya hukuman yang diberikan

guru sangat wajar apabila ada murid yang tidak mentaati peraturan kelas 33. Saya tidak senang apabila ada guru yang pilih kasih dalam memberikan hukuman

34. Saya merasa semakin semangat belajar apabila guru menggunakan alat peraga ketika memberikan materi pelajaran


(4)

43. Saya merasa sering melanggar

peraturan di kelas sehingga saya sering dihukum oleh guru

44. Saya selalu berkonsentrasi ketika guru sedang memberikan materi pelajaran di kelas

45. Bila ada kegiatan di kelas, saya merasa tidak mau untuk ikut ambil serta

46. Bila ada nilai saya yang jelek, guru saya selalu memberikan dukungan agar nilai saya menjadi baik

47. Saya akan rajin belajar apabila sebentar lagi diadakan ujian semester

48. Saya merasa senang karena nilai saya menjadi yang terbaik karena itu semua hasil dari kesungguhan belajar saya 49. Saya sering mengobrol meskipun ada

guru di depan kelas yang sedang memberikan materi pelajaran

50. Disiplin tinggi yang diterapkan oleh guru dikelas membuat saya senang dan bersemangat mengikui pelajaran 35. Saya tidak suka apabila guru terlalu

sering menggunakan LKS dalam kegiatan belajar tanpa memberikan penjelasan secara langsung

36. Saya akan mentaati

peraturan-peraturan di kelas dan siap menerima sangsi apabila saya melanggarnya 37. Ketika ada diskusi di kelas, saya lebih

banyak diam meski ada pelajaran yang belum saya mengerti

38. Bila ada salah satu teman yang sakit, saya akan mengajak teman-teman yang lain untuk menjenguknya

39. Saya merasa tidak senang apabila ada guru yang tidak mau memotivasi murid bila mendapatkan nilai yang jelek 40. Bila ada pekerjaan rumah atau tugas

dari guru, saya tidak pernah menunda-nunda waktu untuk mengerjakannya 41. Saya tidak perduli dan termotivasi

apabila ada teman saya yang menjadi juara di kelas

42. Semua anggota kelas selalu menjalani peraturan yang ada dengan ikhlas


(5)

51. Saya merasa tidak senang apabila dihukum guru meskipun saya melakukan pelanggaran

52. Adanya hadiah tambahan berupa nilai membuat saya semakin semangat dalam belajar

53. Masukan ataupun usulan saya yang menyangkut tentang perencanaan kegiatan di kelas sering tidak diterima oleh teman-teman sekelas

54. Ketika ada murid yang melakukan kesalahan guru-guru di kelas tidak pernah pilih kasih dalam memberikan hukuman


(6)

Skala iklim kelas

Data responden

Nama : ... Jenis kelamin : ... Usia : ... Kelas : ...

Petunjuk pengisian :

Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang menggambarkan apa yang kamu alami dan

berhubungan dengan iklim kelas kamu setiap hari. Kamu diminta untuk memilih salah satu dari empat jawaban yang ada untuk menyatakan seberapa jauh pernyataan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan iklim kelas kamu. Jawaban yang diberikan sama sekali tidak ada hubungannya dengan nilai mata pelajaran di sekolah, dan terjamin kerahasiaannya. Bacalah dan pahami setiap pernyataan di bawah ini. Kemudian beri tanda check list (√) pada kotak yang menunjukkan pilihanmu.

Pilihan jawaban yang disediakan sebagai berikut :

SS

Sangat setuju

S

Setuju

TS

Tidak setuju

STS

Sangat tidak setuju

Contoh :

No. Pernyataan SS S TS STS

Setelah lulus SMP, saya ingin melanjutkan ke SMA Negeri favorit