Pendidikan Agama Islam Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan

Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh ciptaanKu; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya. 2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus mengadakan interrelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firmannya:             Artinya: “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat ”. 3. Meyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak religiusnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberi kemampuan untuk beragama. Firman Allah yang menyadarkan manusia sebagai hamba-Nya yang harus beribadah kepada-Nya antara lain:                                Artinya: ”yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui ”. Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai kahlifah di atas bumi dan yang terbaik di antara makhluk lain akan mendorong untuk melakukan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat. 12

4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. dengan dasar ini akan memberikan arah bagi peleksana pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat karena itu, dasar yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yng terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Quran dan Sunnah Hadis. MenetapkanAl- Quran dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yng didasarkan pada keimanan semata. Namun justru terdapat kebenaran yang terdapat dalam kedua tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Quran tidak ada keraguan padanya QS. Al- Baqarah ayat : 2.           Artinya : “ Kitab Al-Qur’anini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. 12 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Isam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, Cet ke 1, h.23-26 Ia tetap terpelihara kesuciannya dan kebenarnnya.QS. Ar-Rad ayat: 9.       Artinya: “yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha besar lagi Maha tinggi”. Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Kepribadian Rasul sebnagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik. 13

5. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah berungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimana dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang ta dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain. 13 Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, Praktis, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, h.34-35 c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik alam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya. e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. f. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 14

6. Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam

Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu Guru Agama perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnyan kesatuan keluarga dan masyarakat, sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaan. 15

A. Pengertian Kebersihan Lingkungan Sekolah

1. Pengertian kebersihan

Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan keadaan lahiriyah suatu benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan sebagainya. Terkadang bersih digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci. Dalam hukum Islam, setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan”, yaitu: 1. Nazafah, atau nazif, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air. 14 Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet.4, h. 21-22 15 Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, Cet.4, h. 23 2. Taharah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan lahiriyah dan batiniyah. 3. Tazkiyah, mengandung arti ganda yaitu membersihkan dari sifat atau perbuatan tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan sifa- sifat yang terpuji. 16 Sedangkan dalam istilah fiqaha taharah berarti kebersihan dari sesuatu yang khusus yang di dalamnya terkandng makna ta’abbud menghambakan diri kepada Allah. Ia merupakan salah satu perbuatan yang dicintai Allah. 17 Thaharah ialah suatu kalimat bahasa Arab yang berarti bersuci, bersih atau kebersihan. Islam ataupun syara’ menuntut umatnya supaya bersuci dan bersih, sama halnya bersih di dalam diri ataupun di luar diri. Tiada satu agama pun di dunia ini yang lebih banyak menitikberatkan tentang kebersihan ini selain dari Islam. Islam sangat menitikberatkan kebersihan jasmani dan rohani. 18 Sebagaimana Allah menyatakan pijian-Nya pada sekelompok orang. Allah berfirman dalam surat al-Taubah: 108, yaitu:           Artinya: “ Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih Kebersihan yang dimaksud adalah baik kebersihan inderawi yang bisa diinderadirasakan yakni kebersihan pribadi kebersihan umum, maupun kebersihan maknawi yang hanya diketahui oleh nurani, yaitu bersih dari sifat syirik, munafik, dengki dan sifdat tercela lainnya. 19 16 Tim Lembaga Penelitian UIJ, Konsep Agama Tentang Bersih dan Implikasi dalam Kehidupan Masyarakat Islam, Jakarta: Universitas Universitas Islam Jakarta, 1993, h. 14 Pustaka Al-Kautsar, 2004, terj. Samson Rahman, MA. h.3 17 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004, terj. Samson Rahman, MA. h.3 25 Abu Muhammad Izzuddin, Beberapa Permasalah Hukum Dalam Islam, Kuala Lumpur: PT. Batu Caves, 1996, Cet.1, h. 292 19 Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, h. 365 Kebersihan merupakan suatu kegiatan atau kebiasaan membersihkan sesuatu yang dianggap kotor, supaya menjadi bersih. hanya standar bersih ini tidak sama tergantung pada tingkat pendidikan, kebiasaan dan mungkin juga dana yang dimiliki. kebersihan pada masa ini, bukan hanya sekedar untuk menghindari menjangkitkan suatu penyakit tetapi kebersihan sudah merupakan suatu kebutuhan hidup yang erat hubungannya, ketertiban untuk mencapai hidup sehat, bersih indah, nyaman dan tenteram. 20 Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi, juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienis yang baik. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, dan berbagai sarana umum. 21 Memperhatikan masalah kebersihan adalah merupakan salah satu unsur penting dalam perilaku beradab. Hal ini tidak pernah diajarkan dalam agama dan falsafah apapun. Islam menganggap kebersihan sebagi suatu sistem peradaban dan ibadah. Karena itu kebersihan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seorang muslim. 22 Demi terciptanya lingkungan yang indah dan sehat adapun cara mengatasinya yaitu sebagai berikut: 1. Membuang sampah pada tempatnya 2. Mengadakan lomba kebersihan 20 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004, terj. Samson Rahman,, MA. h.3 21 http:hendrariahdo.wordpress.com20111208penelitian-tentang-kebersihan-lingkungan- sekolah 22 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004, hal. 361 3. Memberi sanksi bagi siswa yang membuang sampah sembarangan. 4. Menyiram air seni kalau setelah buang air kecil.

2. Kebersihan dalam Pandangan Islam

Islam menganjurkan agar kita mengartikan kebersihan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan Islam mengkatagorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap muslim. Dalam kitab-kitab Syariah selau diawali dengan bab al-thaharah yakni kebersihan. Dengan demikian fikih pertama yang dipelajari umat Islam ialah masalah kebersihan. Bagi umat Islam kebersihan adalah kunci harian yang disebut shalat, dan dalam Islam shalat adalah kunci surga. Shalat seorang muslim tidak sah selama ia tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan hadas besar dengan mandi. Dalam sehar i, wudhu’ dilakukan babarapa kali dengan maksud untuk membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran, keringat, da dan debu; minsalnya adalah wajah juga mulut dan hidung dan kepala, serta kedua tangan, kaki dan . telinga. Allah SWT berfirman:                                                                  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air kakus atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. Al-Maidah: 6. Lebih dari itu semua, Qur’an dan Sunnah telah menggalakkan kebersihan dan menganjurkan umat Islam agar menjadi umat yang membiasakan hidup bersih. Allah SWT berfirman:        Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri ”. Al-Baqarah: 222. Dan Allah memuji penghuni masjid Quba’ dalam firman-Nya: “ Di dalamnya ada orang-orang yang ingin mebersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih Al-Taubah: 108. 23 Agama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat dan melebihi Islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebershan manusia, kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya. hingga tersebar kata-kata seperti ha dits di atas “Kebersihan itu sebagian dari Iman”. Padahal para pemuka agama di abad pertengahan seperti pendeta di Barat melakukan taqarrub kepada Allah dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air. Samapai di antara mereka ada yang mengatakan; semoga Allah memberikan rahmatnya pada sang pebdeta fulan, sebab dia telah hidup selama lima puluh tahun dengan tidak pernah membasuh kedua kakinya. Ajaran kebersihan tidak hanya sekedar slogan, motto atau teori belaka. Tetapi harus juga dijadikan pola hidup praktis yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa. Ajaran kebersihan dalam Islam antara lain terlihat dari persyariatan ibadah shalat yang dilakukan setiap hari. Shalat dapat menyucikan lahiriyah melalui wudhu yang merupakan syarat sah sebelum melaksanakannya. Di samping itu juga, dapat pula menyucikan batiniyah melalui pengesaan Allah SWT. 24 Islam juga memperhatikan masalah kebersihan makanan dan minuman. Kebersihan memiliki dampak keindahan dengan bersihnya pakaian juga kebersihan lingkungan atau apa yang diistilahkan oleh para dokter sebagai kesehatan lingkungan termasuk kebersihan sumber air, rumah dan jalan merupakan persoalan mendapatkan perhatian serius dari Rasulullah dan dijadikan 23 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004, hal. 190-191 24 A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 18 prinsip dasar bagi penjagaan tubuh dari penyakit-penyakit menular ataupun dari hal-hal yang tidak semestinya akan menimbulkan bebagai macam penyakit. Perhatian Sunnah terhadap masalah kebersihan, sebagaimana juga perhatian Al- Qur’an adalah karena beberapa sebab: Pertama, Allah suka kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” Al-Baqarah: 222. Allah memuji penghuni masjid Quba’ dan memuji kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa masjib Quba’, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang- orang yang bersih.” al-Taubah: 108. Karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan. Sampai ada kata-kata yang terkenal di kalangan umat Islam yang mengatakan: “Al- nazhafat min al-iman kebersihan itu sebagian daripada iman.” Sebagian orang- orang Islam menganggap kata-kata ini sebagai hadis, padahal ini bukan hadis. Sebenarnya hadis yang sahih berbunyi: “Al-thuhur syathr al-iman Rowahul Muslim .” Kebersihan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebersihan maknawi, yakni kebersihan dari syirik, munafi, dan akhlak yang tidak baik dan juga kebersihan inderawi, yakni kebersihan perorangan dan kebersihan umum. Kedua, Kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Sebab kesehatan adalah bekal individu dan kekayaan bagi anggota masyarakat. Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang melemah. Di samping itu mengingat badan adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh bersikap sembrono atau lengah terhadap kewajiban yang harus diberikan kepada