Pengertian Kebersihan Lingkungan Sekolah

prinsip dasar bagi penjagaan tubuh dari penyakit-penyakit menular ataupun dari hal-hal yang tidak semestinya akan menimbulkan bebagai macam penyakit. Perhatian Sunnah terhadap masalah kebersihan, sebagaimana juga perhatian Al- Qur’an adalah karena beberapa sebab: Pertama, Allah suka kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” Al-Baqarah: 222. Allah memuji penghuni masjid Quba’ dan memuji kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa masjib Quba’, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang- orang yang bersih.” al-Taubah: 108. Karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan. Sampai ada kata-kata yang terkenal di kalangan umat Islam yang mengatakan: “Al- nazhafat min al-iman kebersihan itu sebagian daripada iman.” Sebagian orang- orang Islam menganggap kata-kata ini sebagai hadis, padahal ini bukan hadis. Sebenarnya hadis yang sahih berbunyi: “Al-thuhur syathr al-iman Rowahul Muslim .” Kebersihan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebersihan maknawi, yakni kebersihan dari syirik, munafi, dan akhlak yang tidak baik dan juga kebersihan inderawi, yakni kebersihan perorangan dan kebersihan umum. Kedua, Kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Sebab kesehatan adalah bekal individu dan kekayaan bagi anggota masyarakat. Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang melemah. Di samping itu mengingat badan adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh bersikap sembrono atau lengah terhadap kewajiban yang harus diberikan kepada badannya agar badan itu bisa tahan terhadap penyakit. Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya kamu mempunyai hak terhadap badanmu.” 25 Adapun manfaat menjaga kebersihan pada dasarnya kembali kepada beberapa sebab, antara lain:

1. Menjaga kebersihan itu sendiri lebih efektif dalam mencegah timbulnya

berbagai penyakit, seperti: kolera, tipus, penyakit kuning daripada mencegah atau memberantas setelah berkembang menjadi wabah. Umumnya di negara-negara berkembang tidak begitu kualitasnya dalam pelayanan makanan umum misalnya kantin, lebih mudah dijumpai jika meloncong ke berbagai negara terbelakang dan mudah dijumpai tempat kotor dan berbagai wabah berjangkit di dalamnya.

2. Sesungguhnya kantin-kantin seperti itu tidak akan menarik pembeli dan

tidak higienis serta tidak steril terbebas dari penyakit. Jika setiap makanan tertentu sebagai penyebar penyakit maka menjaga kebersihan dari lingkungan kotor adalah suatu keharusan.

3. Sekalipun sains modern begitu pesat perkembangannya, faktanya

lingkungan kotor seperti jamban kotor dan sarang-sarang penyakit lainnya dengan mudah kita jumpai. Suatu masalah bagi Depertemen Kesehatan untuk mengentaskannya. 26 Demikian halnya dengan kebersihan lingkungan sumber air, rumah dan jalan yang merupakan kebutuhan manusia dan digunakan setiap harinya. Kebersihan perkara itu semua mempengaruhi tingkat kehigienisan atau kesehatan kehidupan manusia. Lingkungan yang kotor disamping tidak sedap dipandang mata, juga memungkinkan terjadi sarang penyakit. Sebaliknya, lingkungan yang bersih akan memberikan keindahan dan memungkinkan memberikan kesehatan 25 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004, hal. 366 26 Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, h.202 bagi para penghubi lingkungan. Oleh karena itu, kebersihan lingkungan menjadi sangat penting untyk terwujudnya kesehatan bersama. 27

4. Lingkungan Sekolah

Istilah ekologi mula-mula digunakan oleh Erns Haeckal seorang pakar ilmu hayat. Istilah ini berasal dari Yunani, oikos artinya rumah dan logos artinya ilmu. Dengan demikian secara etimologi ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumahnya, atau diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup atau sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungnnya. 28 Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusiaindividu. Lingkungan itu sebenarnya mancakup segala mateil dan stimuli di dalam dan di luar individu manusia. oleh karena itu lingkungan dapat diartikan secara psikologis dan sosio-kultural. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu sejak dalam kelahiran sampai kematian. Stimulasi ini misalnya berupa: interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas intelektual. Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan pelakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup masyarakat, latuhan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan dan penyuluhan adalah termasuk dalam lingkungan ini. 29 27 Hario Tilarso, Pandan Peningkatan Kesehatan Santri, Jakarta: CV. Kuta Boloh Manunggal, 2005, h. 30 28 Otto Sumarwotto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Jamabatan, 1999 22. 29 Wasty Soemanto, M. Pd., Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT. Rneka Cipta, 2003, Cet. Ke-4, h. 84 Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di dalam atau diluar individu bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangan. 30 Menurut Sartain, ahli psikologi Amerika, sebagaimana di kutip oleh Hasbullah yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini, yang dengan cara-cara tertentu memprngaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan. 31 Pada dasarnya lingkungan mencakup: a. Tempat lingkungan fisik, yaitu keadaaan iklim, keadaan tanah, dan keadaan alam b. Kebudayaan lingkungan budaya, dengan warisan budaya tertentu, seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmup pengetahuan, pandangan jidup, dan keagamaan c. Kelompok hidup bersama lingkungan sosial atau masyarakat, seperti keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan. Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun di dalamnya terdapat faktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pengaulan merupakan unsur lingkungan yang turut serta mendidik seseorang. Pengaulan semacam itu dapat terjadi dalam: 1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek atau adik dan saudara-sudara lainnya dalam suatu keluarga. 2. Berkumpul dengan teman sebaya. 3. Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa atau dimana saja. 32 Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan pakaian, keadaan, rumah, alat permainan, buku-buku, dan alat 30 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. Ke-1, h.34 31 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h.32 32 Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, h.63 peraga dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-lingkungan tersebut terdiri dari dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan lingkungan organisasi pemuda yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Lingkungan pendidikan atau lingkungan sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangannya. Lingkungan yang bersifat fisik dapat berupa tempat tinggal, tempat ibadah, tempat berolahraga, tempat bermain, dan sabagainya. Sedangkan lingkungan yang bersifat non-fisik dapat berupa adat istiadat, pola hubungan, pola komunikasi, pola pergaulan, dan lain sebagainya. 33 Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus manerima pelajaran yang sama. Lingkungan sosial lingkungan pergaulan antara manusia, antara pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak paserta didik siswa maupun para pendidik guru, dan pihak lainnya. Tiap orang memiliki karakteristik masing-masing sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. karateristik ini meliputi karateristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik dan lain-lain. Sedangkan karateristik psikis seperti sifat sabar, marah, jujur, kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh serta kemampuan psikomotorik, seperti cekatan dan terampil. 34 Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berfikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan perangkat-perangkat lunak, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktifitas-aktifitas pengembangan dan penerapan kemampuan berfikir. Tetapi aktivitas manusia dalam memenuhi 33 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h.33 34 Nana Syaodih Sukkmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Jakarta: Remaja Resdokarya, 2003, h. 4 kebutuhan dan segala keinginannya yang sangat variatif, pada umumnya tidak mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung lingkungan terhadap aktivitas kehidupan. Hal inilah yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan, yang pada giliran berikutnya mengundang timbulnya berbagai bencana yang menghimpit kehidupan. Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidk mendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin dapat menyelami jiwa anak itu sedalam-dalamnya. Ia tak mungkin dapat mencurahkan perhatiannya kepada seorang anak saja. Baginya anak isstu tak lain daripada seorang murid di antara sekian banyak murid yang lain, yang diserahkan kepadanya. Ia mengajarkan dalam satu atau beberapa tahun, dan muridnya itupun selau berganti-ganti dari tahun ke tahun. Di sekolah guru merasa bertanggung jawab tertama tehadap pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapat nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid- muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Malahan di luar sekolah juga ia hars betindak sebagai pendidik. 35 Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada umumnya di sekolah, khususnya pembelajaran di kelasjam pelajaran sangat sedikit dan singkat, sedangkan porsi yang ada pada ruang lingkupnya sangat luas. Mengingat pentingnya beragama bagi semua orang, dalam pembentukan manusia yang berakhlak mulia, kehidupan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani di era global di mana batas budaya, wilayah negara, transformasi informasi yang begitu cepat mendunia yang tidak dapat dibendung dan dibatasi oleh batas ruang dan waktu. Hal ini yang akan berdampak pada semua aspek kehidupan, khususnya di bidang 35 Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, h. 73 pendidikan. Maka tugas guru agama dalam dunia pendidikan harus berperan aktif untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Langkah berikutnya adalah, mendidik siswa bersifat dan berjiwa bersih. Dalam kehidupannya siswa diharapkan selalu menjaga kebersihan lingkungan nya dengan tidak membuang sampah atau limbah sembarangan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran di di daratan, laut maupun udara. Konsep ini merupakan integrasi ajaran Islam dengan pendidikan lingkungan yang bisa diterapkan di sekolah. Hal lain yang bisa dilakukan, melalui pendidikan agama, memberikan pengetahuan tentang penanggulangan pencemaran baik di darat, air atau udara. Seperti: 1. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan 2. Menyebarkan kesadaran pada masyarakat yang dapat meringankan beban hidup. 3. Merencanakan riset, sehingga dapat menemukan kegunaan limbah dan pengurangan pencemmaran terhadap lingkungan. 4. Memperbaiki lahan kritis serta lahan yang tidak produktif menjadi produktif melalui penanaman tanaman. 5. Menghindari penebangan pohon dan merusak lingkungan. 6. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lingkungan-lingkungan di atas sangat berpengaruh dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Semakin baik suatu lingkungan yang ada dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah, maka akan mempermudah suatu kagiatan belajar mengajar. Lingkungan dapat diciptakan oleh orang-orang yang ada pada suatu lembaga pendidikan di mana saja, asalkan adanya kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, termasuk katerlibatan aktif para siswa didik, karena lingkunga sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedus. Sisea- siswi, guru-guru, dan administator hidup bersama dan melaksanakn pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik. 5. Sifat dan Ciri-ciri Sekolah Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dalam keluarga. Dilihat dari karakterisriknya, sekolah mempunyai ciri-ciri, antara lain: 1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan 2. Sekolah memberikan keterampilan dasar 3. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan 5. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial 6. Sekolah mentransmisi kebudayaan 7. Sekolah membentuk manusia yang sosial. 36 Di samping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut: a. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang pendidikan b. Usia siswa anak didik di suatu jenjang relatif beragam c. Waktu pendidikan relatif lam, sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan d. Isi pendidikan materi lebih banyak yang bersifat pengetahuan umum e. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang. Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Tumbuh sesudah keluarga b. Lembaga pendidikan formal c. Lembaga pendidikan yang tidak bersifat alami. 37 36 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Pekembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet.1, h. 34 37 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h.34-35

6. Tujuan Pendidikan Terhadap Lingkungan Hidup

Pendidikan Lingkungan Hidup adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu. Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan factor-faktor sebagai berikut: 1. Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan. 2. Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku. 3. Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan. 38 Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain atau dibangun untuk membantu pelajar meningkatkan produktifitas belajar mereka sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat digambarkan dengan, kemudahan para pelajar dalam berfikir, berkreasi juga mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang bersih sangat mendukung sehinggatimbul ketertiban dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Berbeda halnya dengan pelajar yang memiliki sebuah lingkungan belajar yang kotor, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga tidak timbul rasa semangat pada proses belajar mengajar dikarenakan lingkungan yang kotor dan tidak konduktif dan efektif. 38 http:id.shvoong.comsocial-scienceseducation2188650-tujuan-pendidikan-lingkungan- hidup

B. Hasil Penelitian yang Relavan

Setelah penulis mengkaji relavan dengan melihat skripsi yang telah lalu tentang kebersihan penulis menemukan dengan menggunakan penelitian kualitatif bahwa Ahmad Erwan dengan skripsi yang berjudul “Kajian Hadits-hadits Tentang Kebersihan Makanan, Sumber Air, Rumah d an Jalanan” menyimpulkan bahwa Nabi menganjuran bahwa segala aspek kehidupan harus selalu bersih. Kebersihan atau hegienitas dalam tinjauan hadits adalah sebagai ibadah sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta cara untuk menjaga kesehatan. Ummat manusia hendaknya tidak menggangap ajaran kebersihan hanya sekedar slogan atau motto tetapi dijadikan pola hidup yang mendidik manusia hidup bersih dan sehat. Skripsi yang disusun oleh Abdul Hakim dengan judul skripsi Hubungan Prestasi Belajar Siswa dengan Kesadaran Terhadap Lingkungan menyimpulkan bahwa “ Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi product moment menyatakan bahwa prestasi belajar terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan kesadaran terhadap lingkungan ” . Skripsi yang disusun oleh Faizatul Ulwiyah dengan judul skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Siswa Tentang Air Bersih dengan Sikap Hidup Sehat menyimpulkan bahwa “ Kontribusi pengetahuan dalam pembentukan sikap, koefisien determinasi diperoleh 70,56, hal ini berarti cukup besar kontribusi yang diberikan pengetahuan siswa tentang air bersih dalam pembentukan sikap hidup sehat siswa, sedangkan 29,44, pembentukan sikap siswa untuk hidup sehat didukung oleh faktor lain, minsalnya: kebiasaan, tempat, dan keadaan. ” Pengetahuan siswa tentang air bersih yang didapat siswa di sekolah mendukung pembentukan sikap siswa dalam hidup sehat, tetapi tidak menutup kemungkinan faktor lain juga berperan dalam pembentukan sikap hidup sehat.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan agama Islam dan kebersihan lingkungan sekolah di atas, dapat diketahui bahwa kebersihan sekolah sangat penting, di dalam Hadits telah di jelaskan bahwa kebersihan itu adalah sebagian dari Iman. Di dalam salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu fiqih juga telah diajarkan oleh guru agama terhadap muridnya untuk selalu menjaga kebersihan. Allah SWT sangat menyukai segala sesuatu yang bersih, apabila di dalam kehidupan seseorang itu selalu menjaga kebersihan maka ia akan selalu hidup sehat dan nyaman serta terhindar dari segala macam penyakit. Di lembaga pendidikan juga sangat berpengaruh kepada seluruh pendidik dan peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, karena apabila disekolah tersebut kotor maka ketika sedang berlansungnya proses belajar mengajar tidak pernah merasa kenyamanan dan optimal serta akan menggaggu proses mengajar menjarkan dan akan mengakibatkan rugi bagi orang yang disekitarnya karena mereka tidak pernah akan konsentrasi dalam belajar. Dan adapun yang menjaga kebersihan bukan hanya Tanggung jawab seorang petugas kebersihan sekolah saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh orang yang ada di lingkungan tersebut. Jadi, menurut penulis, jika kebersihan dalam lingkungan terpelihara , maka kenyamanan dan keharmonisan masyarakat seseorang yang berada di lingkungan sekitarnya akan tercipta. Terutama di lingkungan sekolah karena jika di sekolah kebersihannya terjaga maka proses belajar mengajar akan optimal dan berjalan sesuai apa yang diiginkan.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan teoriritis yang dapat dipertegas atau ditolak secara empiris 39 . Dapat juga dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya sangat sementara. 40 39 Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, Jakarta: Galia Indonesia, 1983, Cet.6, h. 274 Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat hubungan yang di signifikan antara pendidikan agama Islam dan kebersihan lingkungan sekolah. Ha : Terdapat hubungan yang di signifikan antara pendidikan agama Islam dengan kebersihan lingkungan sekolah. 40 Sutrisno Hadi, Metedologi Research 1, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas UGM. 1980, H. 63 34

BAB III METEDOLOGI PENELITAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2012 hingga selesai pada semester ganjil tahun ajaran 20122013 2. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan yang terletak di jalan komplek Villa Bintaro Indah Jombang, Tangerang-Selatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah penelitian deskriftif kuantitatif. Penelitian deskriftif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data empiris, kemudian diolah menggunakan statistik guna menjawab permasalahan yang ada atau tidak adanya hubungan dua variabel yang diteliti dan prediksi tentang berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap veriabel terikat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang memerlukan angka-angka dalam meneliti variabel namun data dan angka tersebut dijelaskan secara deskriftif. Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriftif. hal ini agar penulis dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran yang sebenarnya mengenai objek yang diteliti yaitu gambaran tentang hubungan pendidikan agama Islam dengan kebersihan lingkungan sekolah

A. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek penulisan yang memiliki kualitas dan karakteristikan tertentu yang ditetapkam penulis untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun dalam penulisan ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan. Populasi dalam penelitian ini terdiri atas populasi target dan populasi terjangkau. Populasi SMP Negeri 6 adalah seluruh siswa kelas VIII yang berjumlah 245 siswa. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakter sama dengan populasi. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengambilan sampel, yaitu Probability Sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang memberi peluang sama pada seluruh anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Adapun dalam penelitian ini adalah 50 orang siswa dari kelas VIII yang dijadikan sampel untuk mewakili seluruh kelas VIII yang ada di SMP Negeri 6 Tangerang Selatan. Jumlah dari keseluruhan responden adalah 50 orang siswa. Teknik yang digunakan adalah penentuan sampel secara simple random sampling, yakni teknik pengambilan sampel secara acak sederhana.

B. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dan instrument dalam penelitian dalam bentuk non tes yaitu menggunakan wawancara dan angket. Instrumen non tes dalam bentuk wawancara yakni cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dalam wawancara ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai seputar sekolah dan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari sumber lainnya. Kemudian angket ini dalam bentuk quesioner yang diperuntukkan kepada siswa, untuk mendapatkan informasi mengenai sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Adapun kisi-kisi angket sebagai berikut: Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel X yaitu Pendidikan Agama Islam Dimensi Indikator No. Item ∑ Item Pendidikan Agama Islam X 1 Religius 2 Disiplin 3 Mengingatkan arti kebersihan 4 Memberikan contoh atau suri teladan terhadap anak murid 5 Menerapkan arti kebersihan 1, 2 3 4, 6, 7 5, 8, 12 9, 10. 11, 13, 14, 15 2 1 3 3 6 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel Y yaitu Kebersihan Lingkungan Sekolah Dimensi Indikator No.Item ∑ Item Kebersihan Lingkungan Sekolah Y 1 Keadaan lingkungan sekolah dan sekitarnya 2 Menjaga kebersihan 3 Tanggung jawab 4 Disiplin 16, 19, 21, 25 17, 23, 26 22, 18, 30 20, 24, 28 27, 29 4 3 3 3 2

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian lapangan field research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu, kemudian disebarkan kepada responden, untuk mendapatkan jawaban secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk di isi untuk dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap kebersihan lingkungan di sekolah. Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan. Angket tersebut disusun dengan 4 alternatif jawaban, yang terdiri atas selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.