perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
F. Penelitian Yang Relevan
Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan jenjang
pendidikan dan pendapatan keluarga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian yang berhubungan dengan masalah
sampah telah dilakukan oleh beberapa orang di daerah lain. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Sri Sulestri 2001 dalam penelitian
yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Domestik di Kartosuro”. Hasil penelitian adalah
terdapat hubungan positip dan signifikan antara tingkat pendidikan dan pengelolaan Sampah domestik di Kartosuro. r hitung r tabel atau 0,783
0,153 pada tarap signifikansi 5. Penelitian yang dilakukan oleh Sutoto 2002 dalam penelitian yang
berjudul ”Sikap dan Partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Perumahan Studi Komparatif di Perumahan Baturan dan Songgolangit”. Hasil
dari penelitian adalah ada perbedaan antara sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah di Baturan dan Perumahan Songgolangit. Tingkat sikap responden
antara dua perumahan dengan perbedaan keberhasilan dalam pengelolaan sampah di perumahan Baturan 68,75 dan di perumahan songgolangit 64,70
pada tingkat signifikansi 5 nilai t tabel = 2,032 dan t hitung 3,243.
G. Kerangka Berpikir
Bahwa lingkungan sosial budaya merupakan bagian yang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
terpisahkan dari makhluk hidup. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan usaha untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan. Selain
itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu baik secara formal, informal maupun nonformal.
Menurut pendapat peneliti bahwa sikap seseorang dalam pengelolaan sampah ada hubungannya dengan jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan.
Jenjang pendidikan yang berupa pendidikan formal dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Sebaliknya, semakin rendah jenjang pendidikan
seseorang maka semakin rendah pula sikap kepedulainnya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Pendapatan merupakan besarnya penghasilan seseorang yang diperoleh setiap bulan yang dapat diukur dengan nilai uang. Besar kecilnya pendapatan
seseorang berbeda-beda atau tidak sama tergantung dari jenis pekerjaan dan jumlah jam kerja yang ditekuni. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah urmah tangga. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan
atau skema, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
Bagan 3. Skema kerangka berpikir penelitian tentang hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010.
Lingkungan Sosial Budaya
Jenjang Pendidikan Formal: ·
Tidak Tamat SD ·
SD ·
SLTP ·
SLTA ·
Perguruan Tinggi Pendapatan Keluarga:
· Kurang dari Rp 500.000
· Rp 501.000 - Rp 1.000.000
· Rp 1.001.000 - Rp 1.500.000
· Rp 1.501.000 - Rp 2.000.000
· Lebih dari 2.000.000
Sikap Kepala Keluarga Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga
Penyimpanan Sampah
Sementara Pengumpulan
sampah Pembuangan
Pemusnahan sampah
Kondisi Lingkungan Hidup yang Bersih, Sehat, dan Nyaman
Pemindahan
Pengangkutan
sampah
Makhluk Hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
Dari skema kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tak lepas dengan sampah. Karena
sampah adalah barang sisa-sisa yang merupakan kotoran dari aktivitas manusia. Untuk melakukan penanganan masalah sampah orang cenderung pada pola pikirnya
dan masalah dana yang dikeluarkan untuk penanganannya. Sikap seseorang dalam hal ini kepala keluarga dalam pengelolaan sampah
dipengaruhi oleh jenjang pendidikannya dan pendapatan yang diperolehnya. Jenjang pendidikan merupakan faktor yang mengandung unsur kognitif, afektif dan konatif
terhadap seseorang untuk bertindak. Sedangkan besar pendapatan merupakan faktor yang dilihat dari ekonomi seseorang. Dengan pendapatan itu seseorang dapat
bersikap apatis terhadap sampah tetapi dapat pula bersikap aktif memerangi sampah. Berdasarkan dari hal tersebut di atas dapat dilakukan kajian sikap kepala
keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga ditinjau dari jenjang pendidikan dan pendapatan.
1. Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
Jenjang pendidikan yang terdapat pada pendidikan formal sekolah adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan Anonim, 2003:5.
Jenjang pendidikan kepala keluarga kemungkinan erat hubungannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang maka cenderung semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
diperolehnya sehingga semakin tinggi pula dukungannya terhadap lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
2. Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga
Pendapatan kepala keluarga dimungkinkan memiliki hubungan erat dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
Pendapatan kepala keluarga yang berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan merupakan penghasilan keluarga yang berbentuk uang dalam jangka
waktu satu bulan. Dengan demikian semakin besar pendapatan kepala keluarga maka cenderung semakin besar kesempatan dan kemampuan yang diperoleh
sehingga semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga
Jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga diduga mempunyai hubungan erat dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah
rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang dan semakin besar pendapatan kepala keluarga, maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh
dan semakin banyak kesempatan dan kemampuan yang diperoleh sehingga semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam
pengelolaan sampah rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori, landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis sehagai berikut:
1. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala
keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
2. Ada hubungan yang positip antara besarnya pendapatan keluarga dengan sikap
kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
3. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga
secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan alasan karena permasalahan
ini belum pernah diteliti di tempat ini. Selain itu harapan peneliti dapat memperoleh data dengan mudah dan akurat, serta dapat memberikan kontribusi
yang positip terhadap perkembangan dan kemajuan pembangunan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yaitu dimulai pada awal bulan Maret 2010 sampai akhir bulan September 2010, terhitung mulai
disusunnya proposal sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penelitian dapat diselesaikan dalam
waktu yang lebih cepat atau lebih lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Rencana waktu penelitian tersusun dalam jadwal kegiatan penelitian Time
schedule dalam Tabel 1 pada lampiran 1 halaman 126.