HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CANDISARI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI DESA CANDISARI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Oleh : Suprapto S820809032

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

DI DESA CANDISARI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010

Disusun oleh :

Suprapto S820809032

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004 Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Siswandari, M.Stats.

NIP 19590201 198503 2 002

…………... ..………

Pembimbing II Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd.

NIP 19500930 197603 1 004


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DI DESA CANDISARI KABUPATEN

GROBOGAN TAHUN 2010

Disusun oleh :

Suprapto S820809032

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. …………... ………

Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si. ……….. ………

Anggota Penguji 1. Prof.Dr.Siswandari, M.Stats. ……….. ………

2. Prof.Dr. Sigit Santoso, M.Pd. ……….. ………

Mengetahui Ketua Program

Studi PKLH

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP. 19500930 197603 1 004

……….. ………

Direktur Program Psacasarjana

Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004


(4)

ABSTRACT

Suprapto, S820809032. 2010. The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010. Thesis: Magister Program of Sebelas Maret University Surakata.

The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.

Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and

Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in

managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.

The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there

is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that

is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159.


(5)

ABSTRACT

Suprapto. S820809032. "The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010". Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. Supervisor II: Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. Thesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Magister Program, Sebelas Maret University, 2010.

The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage.

Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and

Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in

managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method.

The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there

is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that

is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat

yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159

(2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang

pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Suprapto. S820809032. ”Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010”. Pembimbing I: Prof. Dr. Siswandari,M.Stats. Pembimbing II: Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. Tesis. Surakarta : Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, 2010.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat

yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159

(2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang

pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi

adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2.

Kata Kunci : Hubungan, Jenjang Pendidikan, Pendapatan, Sikap Kepala

Keluarga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Desa Candisari, Kabupaten Grobogan, Tahun 2010


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia pada hakekatnya senantiasa tergantung pada lingkungannya. Untuk membina kesejahteraan hidup manusia diperlukan empat macam kebutuhan hidup yakni pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan hidup manusia selalu meningkat seirama dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan budayanya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya.

Bersamaan dengan meningkatnya pembangunan dan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, produksi sampah dan limbah hasil aktivitas manusia juga semakin meningkat. Usaha yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah bagaimana cara membuang dan memusnahkan sampah tersebut. Akan tetapi di kemudian hari timbul masalah baru, karena lahan tempat pembuangan sampah semakin sempit. Perlu disadari bahwa sampah adalah hasil aktivitas manusia, dan yang perlu dipikirkan dengan secara cermat adalah bagaimana manusia penghasil sampah dapat mengendalikannya, sehingga sampah tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia.

Sampah yang paling sulit diatasi adalah sampah yang tidak dapat membusuk karena penanganannya harus dibakar ataupun didaur ulang (recycling). Sampah yang dapat didaur ulang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi sehingga bermanfaat bagi umat manusia. Untuk penanganan daur ulang sampah diperlukan


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

teknologi dan biaya yang cukup tinggi.

Pengelolaan masalah sampah rumah tangga berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Keikutsertaan seseorang yang berpartisipasi dalam menanggulangi sampah karena sampah memiliki kesamaan dengan virus penyakit yang ditimbulkan setiap hari, dan ini dipengaruhi oleh faktor keadaan masyarakat sosial ekonomi (Yuli Soemirat Slamet, 2002:154). Faktor sosial ekonomi masyarakat dapat berbentuk jenjang pendidikan seseorang dan besar pendapatan perbulan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap penanganan sampah yang ada di lingkungannya.

Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang turut mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap pengelolaan sampah. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah. Misalnya orang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) hanya mengetahui sebatas bahaya yang ditimbulkan dari sampah. Sedangkan orang yang berpendidikan lebih tinggi berdasarkan pengalaman biasanya telah mengetahui tentang sampah seperti jenisnya, asalnya, karakteristiknya dan juga bagaimana upaya penanganannya. Berdasarkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya orang akan lebih aktif dalam melakukan upaya penanggulangan pengelolaan sampah, bahkan tidak hanya memikirkan sampah di rumahnya sendiri tetapi juga berfikir untuk kepentingan yang lebih luas.

Tingkat pendapatan keluarga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penanganan sampah. Orang yang memiliki pendapatan rendah, cenderung melakukan penanganan sampah untuk ditangani sendiri secara sangat


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sederhana, maka penanganan sampah yang dilakukan hanya sebatas kemampuan kerjanya. Sedangkan orang yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan penanganan masalah sampah menggunakan sarana peralatan yang lebih baik dengan meminta bantuan orang lain (pembantu). Mereka akan menyediakan tempat sampah di dalam maupun di luar rumah serta membayar orang lain untuk menangani sampah di sekitarnya. Maka penanganan sampah yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dana yang dimilikinya untuk membayar jasa orang lain serta menggunakan sarana peralatan yang diperlukan dalam penanganan sampah rumah tangga.

Berkaitan dengan faktor sosial ekonomi tersebut dapat diketahui tentang sikap kepala keluarga terhadap penanganan sampah. Sikap seseorang terhadap sampah merupakan kepedulian untuk penanganan sampah selanjutnya. Sikap dari orang yang mengerti bahaya sampah akan berbeda terhadap orang yang belum mengerti bahaya sampah. Orang yang telah mengerti tentang bahaya sampah dalam kehidupannya cenderung melakukan penanganan membersihkan dan membuang sampah dari lingkungannya dengan segera. Sebaliknya orang yang belum dan kurang mengerti bahaya sampah akan cenderung menimbun sampah walaupun pada akhirnya akan membuang dan memusnahkannya.

Sesuai yang dikemukakan oleh Widodo dan Haryono (2000:4) bahwa pengelolaan limbah rumah tangga merupakan cara untuk menciptakan kondisi rumah tangga yang bersih, sehat dan indah.

Mengenai pengelolaan sampah rumah tangga ini belum semua anggota masyarakat sadar dan tahu. Seperti halnya dengan sebagian masyarakat di Desa


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang pendidikannya menengah ke bawah, pendapatannya kurang dari cukup maka sikap di dalam pengelolaan sampah rumah tangga kurang baik (banyak sampah-sampah yang menumpuk di pekarangan dan berceceran di sekitar rumah serta saluaran air).

Supaya mereka dapat menerima dan mau mengelola sampah dengan baik dan benar maka menuntut kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk membahas hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepalakeuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

2. Adakah hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Pembatasan Masalah

Permasalahan kesadaran terhadap kesehatan / sanitasi lingkungan khususnya pengelolaan sampah rumah tangga merupakan persoalan yang sangat komplek, karena menyangkut sikap kepedulian seseorang atau kelompok masyarakat yang berhubungan dengan jenjang pendidikan dan pendapatan.

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan tidak terlalu luas maka masalah-masalah yang diteliti dibatasi sebanyak tiga variabel, yaitu:

1. Jenjang pendidikan kepala keluarga. Jenjang pendidikan adalah tingkat pendidikan yang dicapai kepala keluarga yang meliputi pendidikan dasar (tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar), pendidikan menengah (SLTP, SLTA), pendidikan tinggi (Diploma. Sarjana, Magister, Doktor).

2. Pendapatan kepala keluarga. Pendapatan kepala keluarga adalah penghasilan kepala keluarga yang berbentuk uang tunai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Pendapatan kepala keluarga berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan. 3. Sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sikap adalah

merupakan kesediaan dan kehendak keluarga untuk bereaksi terhadap obyek tertentu (pengelolaan sampah rumah tangga). Sikap seseorang (anggota masyarakat) dapat teratur dalam bentuk perasaan (afektif), pemikiran (kognitif) dan tindakan (konatif). Hasil reaksi seseorang (anggota masyarakat) terhadap obyek tertentu dapat bersifat mendukung atau tidak mendukung secara sukarela atau secara terpaksa, secara positip atau negatip menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju.


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang akan diteliti maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

2. Adakah hubungan antara besarnya pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian

Sebelum mengadakan suatu penelitian atau penyelidikan ilmiah terlebih dahulu peneliti menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Fungsi dari penetapan tujuan ini adalah untuk memberikan arahan terhadap penelitian tentang apa yang nantinya akan diperoleh. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Permasalahan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan masalah yang sangat kompleks yang menuntut setiap warga masyarakat untuk dapat memahami dan mengelola atau menanganinya dengan baik dan tepat. Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuaan dan teknologi khususnya dalam pengelolaan sampah domestik (sampah rumah tangga) yang baik, sehingga:

a. Timbulnya sumber sampah rumah tangga (domestik) dapat diminimalkan atau dikurangi.

b. Dapat dihindarkan dampak negatif dari sampah rumah tangga.

c. Dapat digunakan digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah Desa Candisari: memberikan sumbangan informasi bagi Kepala Desa Candisari Kabupaten Grobogan dalam hal penanganan sampah rumah tangga.

b. Bagi lembaga terkait: sebagai bahan masukan kepada lembaga-lembaga terkait terhadap kebersihan dan kesehatan, khususnya pengelolaan sampah rumah tangga dalam rangka memperbaiki lingkungan hidup di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sehingga tercipta kondisi lingkungan yang baik, bersih, dan sehat bagi masyarakat desa.

c. Bagi peneliti: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan sampah rumah tangga sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

9

A. Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidup

Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Sudarjo BW,1994:4). Lingkungan hidup di sini merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam nonhayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Menurut Prabang Setyono (2008: 1-2) pengertian lingkungan dijelaskan bahwa lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau komunitas organism hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.


(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor dari lingkungan tersebut.

Penggolongan faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (Zoer’aini Jamal Irwan,1984 dalam Prabang Setyono, 2008): (1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfir, hara mineral, air, tanah, api. (2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik.

Faktor lingkungan biotik dan abiotik / fisik saling berhubungan yang disebut sebagai suatu ekosistem. Apabila komponen-komponen dalam lingkungan hidup dalam keadaan seimbang, maka akan membentuk suatu ekosistem lingkungan hidup yang seimbang pula. Konsep penelilian lingkungan berarti merupakan suatu usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan menjaga kemampuan lingkungan hidup agar dapat mendukung kehidupan manusia secara berkesinambungan, pada tingkat kehidupan yang lebih baik.

2. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Sudarjo BW,1994:4).

Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :

a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;

b. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana;

c. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup;

d. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang;

e. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

(Sudarjo BW,1994:4).

Menurut Otto Sumarwoto (2001: 95) ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup meliputi : (1) Pengelolaan rutin. (2) Perencanaan dini terhadap pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi perencanaan pembangunan. (3) Perencanaan lingkungan hidup berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat suatu proyek pembangunan yang sedang direncanakan. (4) Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Manusia secara rutin mengelola lingkungannya. Pembuangan sampah dan pembuatan saluran pembuangan sampah dari dapur dan kamar mandi merupakan contoh kegiatan pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) lingkungan memberikan ruang untuk hidup, sebagai tempat tinggal dan melakukan fungsi kehidupan. 2) lingkungan merupakan sumber daya hayati dan non hayati, baik yang dapat


(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui, 3) Lingkungan sebagai penyedia dan pendukung kehidupan organisme lain.

3. Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan menurut Sudarjo BW (1994:5) dapat didefinisikan sebagai berikut: ”Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

Lingkungan tidak mengenal batas. Pada prinsipnya, lingkungan (air, udara, tanah, sosial, dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem. Misalnya air tidak dapat dipisahkan dengan nyata dari udara, karena di dalam udara terdapat uap-uap ataupun bintik-bintik air. Begitu pula terdapat gas-gas yang terlarut di dalam air. Udarapun terdapat di dalam tanah. Karenanya, apabila udara mengandung sulfur dioxida, maka bila hujan turun, maka air hujan akan bersifat asam, dan air permukaan menjadi asam pula (Yuli Soemirat Slamet, 2002:36).

Pencemaran lingkungan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan makhluk hidup. Pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pencemaran lingkungan menimbulkan perubahan terhadap kualitas dan fungsi lingkungan yang kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan keperuntukannya.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Macam-macam Pencemaran lingkungan

a. Berdasarkan Tempat Terjadinya

Berdasarkan lingkungan atau tempat yang mengalami pencemaran, secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara.

1) Pencemaran Air

Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi.

Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga,

paku air, dan enceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.


(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengertian pencemaran air dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/I/1988, Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa:

”Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

(Sudjoko,dkk, 2008: 3.27)

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa air tercemar adalah air yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum, pertanian, perikanan, dan lain-lain.

Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain :

a) Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan makhluk hidup di sungai. Jika makhluk hidup di sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Hendaknya tidak membuang sisa obat ke sembarang tempat. Adapun pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan

tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan

mengancam kelestarian bendungan. Bendungan akan cepat dangkal, pertumbuhan serta perkembangbiakan makhluk hidup air akan terganggu dan akhirnya mati karenanya.

b) Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai dan akhirnya kelaut. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur.

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.


(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya

pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur.

c) Limbah Industri

Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh industri yang tidak disertai dengan pengolahan limbah sebelumnya. Limbah industri ini disebabkan karena adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air tanpa diolah terlebih dahulu. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas).

Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d) Penangkapan Ikan Menggunakan Racun

Penduduk yang tinggal dipingiran pantai banyak

menggantungkan hidupnya melalui laut. Para nelayan tersebut ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan) atau potas (racun) untuk menangkap ikan di laut. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan berbagai jenis makluk hidup yang ada di dalam air. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain: terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen, terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi), pendangkalan dasar perairan, punahnya biota

air.

2) Pencemaran tanah

Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah.

Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah


(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng.

Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga terbentuklah humus dari sampah organik. Sampah-sampah tersebut tergolong Sampah-sampah yang mudah terurai. Sedangkan Sampah-sampah anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga puluahn bahkan ratusan tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat dijadikan kompos. Kedua adalah sampah yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaan ulang = reuse). Misalnya, kaleng bekas

kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga beban lingkungan menjadi berkurang. Pencemaran tidak mungkin dihilangkan, yang dapat kita lakukan adalah mencegah dampak negatif dan mengendalikannya. Selain penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan pengurangan


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahan atau penghematan (reduce), dan melakukan pemeliharaan (repair).

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain: terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah), berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi keseimbangan ekologi.

3) Pencemaran Udara

Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsur-unsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat.

Pencemaran udara banyak disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.

a) CO2

Pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara dengan polutan atau zat-zat yang dihasilkan dari kegiatan manusia maupun alam itu sendiri. Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari

pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi, juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera

diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.


(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b) CO

CO atau karbonmonoksida dapat mencemari lingkungan disekitar rumah. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di dalam mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di dalam garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.

c) CFC

CFC atau biasa disebut dengan gas chloro fluoro carbon

merupakan salah satu gas yang berbahaya dalam pencemara udara. Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini digunakan misalnya untuk pembuatan busa kursi, untuk AC atau freon, pendingin pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang

membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan

ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Karena itu penggunaan zat CFC harus dibatasi dan digunakan sebaik mungkin.

d) SO, SO2

Gas belerang atau SO dan gas belerang oksida atau SO2 di udara

dihasilkan oleh pembakaran fosil baik minyak maupun batubara. Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam. Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedung dan jembatan juga cepat rusak.

e) Asap Rokok

Zat yang mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok secara

langsung. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi

menghirup asap rokok di suatu ruangan. Baik perokok aktif maupun perokok pasif, keduanya memiliki resiko yang tinggi. Jadi, merokok di


(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat mengganggu kesehatan orang lain. Akibat yang ditimbulkan rokok adalah terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan (bronkhitis, asma, dan kemungkinan kanker paruparu).

b. Berdasarkan Macam Bahan Pencemarnya

Pencemaran lingkungan menurut macam bahan pencemarnya, dibedakan menjadi berikut ini:

1) Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan

radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.

2) Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, Salmonella thyposa.

3) Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet. 4) Pencemaran Suara : kebisingan.

c. Berdasarkan Tingkat Pencemaran

Pencemaran lingkungan berdasarkan tingkat pencemarannya,

pencemaran dibedakan menjadi:

1) Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan

gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor. 2) Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis. 3) Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.

Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang didalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Dampak Pencemaran Lingkungan

Dampak pencemaran bagi manusia secara menyeluruh dapat terjadi apabila kadar CO2 di udara naik akibat pembakaran bahan bakar minyak,

batubara, dan kebakaran hutan. Gas CO2 ini akan berkumpul di atmosfer bumi.

Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari

bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya, suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek

rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal dari pembusukan kotoran hewan.

Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global (global warming).

Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia.

Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia.


(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Punahnya Spesies

Sebagaimana telah diuraikan di atas, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar, adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.

b. Peledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.

c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.

d. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.

d. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. Ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada keturunannya.

e. Pemekatan Hayati

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati, dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition.

f. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca

Terbentuknya lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.

6. Beberapa Upaya Dalam Menanggulangi Pencemaran Lingkungan

Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.


(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut:

a. Membuang sampah pada tempatnya

Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran airnya terhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk. Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, dapat meyebabkan banjir pada musim hujan.

Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampah-sampah tersebut dipisahkan antara Sampah-sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat didaur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.

b. Penanggulangan limbah industri

Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.

c. Penanggulangan pencemaran udara

Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik. Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor.

d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar

Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya

jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap

kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke

atmosfer.

e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai

Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk ke perairan. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak negatif yang


(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penggunaan obat anti hama tanaman. Jika penggunaannya melebihi dosis yang ditetapkan akan menimbulkan pencemaran. Selain dapat mencemari lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya organisme tertentu yang dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang membantu penyerbukan tanaman. Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem pertanian.

f. Pengurangan pemakaian CFC

Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar ratusan tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global.

B.Sampah Rumah Tangga

1. Pengertian Sampah

Para ahli telah banyak mengemukakan tentang pengertian sampah. Untuk dapat memahami arti sampah dapat ditelaah dari beberapa pengertian sampah dari beberapa ahli dan sumber.

”Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat” (Gumbira Sa’id, 1987: 9). Sampah yang dihasilkan dalam kegiatan setiap hari di rumah oleh kepala keluarga dan anggota keluarga adalah sampah rumah tangga yang umumnya berbentuk keadaan limbah padat. Yuli Soemirat


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Slamet (2002:152) memberikan batasan bahwa sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. ”Sampah (waste)

adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa proses industri” (Wied Harry Apriadji, 2000 : 1). Bahar (1986:5) menyatakan bahwa sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik refuse)

biasanya berupa sisa-sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa barang yang berbentuk padat yang telah digunakan manusia yang tidak berguna lagi dan jika tidak segera diatasi dapat mengganggu kehidupan manusia.

”Sampah ialah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang yang merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna” (Anonim, 1987: 21).

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia dan binatang tidak digunakan lagi, misalnya kegiatan manusia dalam pembuatan bungkus makanan dari plastik, daun atau kertas, potongan-potongan dan sisa plastik, daun atau kertas yang tidak digunakan dibuang sebagai sampah. Hasil kegiatan binatang yang tidak digunakan misalnya sisa-sisa makanan binatang seperti rumput, jerami dan kotoran binatang dibuang sebagai sampah.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang


(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berbentuk padat (Anonim,2008). Pengertian sampah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa pengertian sampah adalah limbah padat yang berasal dari lingkungan pemukiman, bukan bahan berbahaya dan beracun, yang dianggap tidak berguna lagi.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah satu-satunya penghasil sampah, karena sampah dapat dihasilkan oleh proses secara alamiah yang terjadi di muka bumi. Selanjutnya bahan yang berbahaya dan beracun tidak termasuk dalam kategori sampah.

2. Pengertian Rumah Tangga

Pengertian rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga terdiri dari:

a. Suami, isteri, dan anak.

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf (1) karena hubungan darah, perkawinan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga.

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Rumah tangga dalam ilmu sosial didefinisikan sebagai bagian terkecil dari masyarakat. Rumah tangga merupakan bagian yang sangat penting pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.

3. Pengertian Sampah Rumah Tangga

Pengertian sampah rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dalam rumah tangga, tidak


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

termasuk tinja dan sampah spesifik yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosisal, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Adapun yang dimaksud sampah spesifik meliputi :

a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; c. Sampah yang timbul akibat bencana;

d. Puing bongkaran bangunan;

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau f. Sampah yang timbul secara tidak periodik (Anonim,2008:4)

Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud sampah rumah tangga adalah sampah yang timbul akibat kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga .

4. Jenis-Jenis Sampah

Yuli Soemirat Slamet (2002:152) menyatakan bahwa sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk. Sampah yang tidak membusuk adalah plastik, kertas, logam, karet, bahan bangunan bekas, dan kaca. Sedangkan sampah yang membusuk seperti sayuran, daging, daun, dan zat-zatorganik yang tidak terpakai lainnya.

Sampah dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimia sebagai berikut : a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian dan lainnya.

b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya.


(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Sampah yang berupa debu/abu, dan

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Menurut Azrul Azwar (1996 : 54) menjelaskan bahwa macam sampah dikenal beberapa cara pembagian : (1) Jenis sampah berdasarkan zat pembentuk yakni : Sampah organik dan, Sampah anorganik. (2) Jenis sampah berdasarkan atas dasar sifat yakni : Sampah yang mudah membusuk, Sampah yang tidak mudah membusuk, Sampah yang mudah terbakar, Sampah yang tidak mudah terbakar.

5. Sumber Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 bahwa yang dimaksud dengan ”sumber sampah adalah asal timbulnya sampah” (Anonim,2008:2).

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa sumber sampah segala sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya sampah.

Sampah perlu diketahui sumber atau asalnya karena sebagai upaya untuk melakukan penanganan secara terprogram. Ada beberapa sumber atau asal sampah antara lain :

a. Sampah domestik yaitu sampah yang berasal dari tempat pemukiman, biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu rumah atau bangunan perumahan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, dan bekas pembungkus yang berbentuk sampah basah (garbage) dan sampah


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat. Sarana pelayanan masyarakat adalah tempat-tempat : hiburan umum, parkir, pelayanan kesehatan, gedung pertemuan, pantai sebagai tempat rekreasi dan jalan umum. Sampah yang dihasilkan pada tempat-tempat tersebut biasanya berupa sampah anorganik dan organik.

c. Sampah dari tempat umum. Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan

banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan, seperti pasar, toko, tempat penginapan, warung/ restoran/ kafe. Jenis sampah yang dihasilkan misalnya sisa sayuran, sisa makanan, sisa pembungkus makanan, dan sampah kering seperti sisa bahan bangunan dan abu.

d. Sampah alami yaitu sampah yang dihasilkan dari akbiat bencana alam, seperti sampah yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan.

e. Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Jenis sampah industri tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Misalnya pada industri keramik maka sampah yang dihasilkan adalah potongan atau pecahan-pecahan keramik.

6. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang baik tidak akan berdampak negatif pada kesehatan lingkungan yang merugikan bagi kehidupan manusia serta tidak menjadi tempat perantara perkembangbiakan penyakit dan juga tidak mencemari udara, air dan tanah. Namun sering dijumpai sampah tidak pada tempatnya sehingga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah yang tidak dikelola secara baik dapat berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya


(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mikroorganisme, yang dapat menimbulkan bau busuk dan dampak negatif pada kesehatan lingkungan.

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistemis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah” (Anonim, 2008: 2).

Definisi Pengelolaan sampah menurut Yuli Soemirat Slamet (2002:156) dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Untuk mencegah terjadinya penyakit, Konservasi sumber daya alam, Mencegah gangguan estetika (keindahan), Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan kembali, Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.

Dijelaskan oleh Yuli Soemirat Slamet bahwa Kenyataan yang ada pada saat sekarang sampah sulit dikelola oleh karena beberapa hal antara lain: ”Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan; meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan; meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetiknya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus; kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidakmampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktor yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah; semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akan sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan sampah;


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan, Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas; sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan; pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa hingga saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah; pengelolaan sampah di masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor-faktor non teknis, seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

(Yuli Soemirat, 2002: 156).

Pengelolaan sampah dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu lingkungan yang bersih, sehat dan aman serta semua faktor-faktor lingkungan berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya sedikit tanpa mengganggu atau merugikan faktor-faktor lingkungan. Hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Sumber atau sarana yang digunakan misalnya : tenaga kerja (man), biaya (money), pelayanan (service), waktu (time), bahan-bahan

pokok (materials), peralatan atau mesin (machine), dan cara kerja (method).

Dalam pengelolaan sampah diperlukan adanya manajemen personalia yang baik. Yang dimaksud dengan manajemen personalia menurut Edwin Flippo bahwa:

”Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan , organisasi dan masyarakat” (Flippo, 1996 : 5).


(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampah yang baik diperlukan perencanaan dan pengorganisasian secara terintegrasi oleh pemerintah bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan nyaman.

Selanjutnya di dalam buku yang berjudul ”Pembuangan Sampah” yang diterbitkan oleh Proyek Pembangunan Pendidikan Tenaga Sanitase Pusat Jakarta disebutkan bahwa:

”Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat” (Anonim, 1987 : 30).

Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam pengelolaan sampah hendaknya dilakukan pengaturan kegiatan-kegiatan: (1) Penimbunan sampah, (2) Penyimpanan sampah sementara, (3) Pengumpulan sampah di bak sampah atau container, (4) Pemindahan atau pengangkutan sampah, (5) Pemrosesan dan pembuangan sampah, (6) Pemusnahan sampah.

Keenam tahapan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan suatu cara yang terbaik bagi kesehatan masyarakat dengan mempetimbangkan prinsip-prinsip: (1) Ekonomis, (2) Teknik yang dapat digunakan, (3) Perlindungan alam, (4) Keindahan, (5) Sikap masyarakat.

7. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah (Anonim, 2008 :10).

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga pada intinya meliputi dua kegiatan pokok yaitu kegiatan untuk mengurangi sampah dan kegiatan untuk menangani sampah.

a. Pengurangan Sampah

Kegiatan pengurangan sampah dimaksudkan agar jumlah atau kuantitas pertambahan timbulnya sampah dapat ditekan atau diperkecil. Dengan kata lain bahwa kegiatan pengurangan sampah bertujuan untuk memperlambat atau mengurangi frekuensi timbulnya sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu :

1). Pembatasan timbulan sampah

Sampah yang timbul pada setiap hari dapat dikurangi dengan cara meminimalisasikan barang atau material yang dipergunakan. Semakin sedikit barang atau material yang kita gunakan maka akan semakin sedikit pula sampah yang dihasilkan.

2). Pendaurulangan sampah

Yang dimaksud pendaurulangan sampah adalah memanfaatkan barang yang sudah tidak berguna untuk diolah menjadi barang-barang baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan kata lain bahwa kegiatan pendaurulangan ini bertujuan untuk mengurangi sampah dengan cara mengolah sampah menjadi barang baru lain yang dapat dimanfaatkan kembali oleh manusia, misalnya sampaah dari ember plastik yang sudah


(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rusak dapt diolah kembali menjadi ember plastik baru atau barang baru lain yang dapat dimanfaatkan kembali.

3). Pemanfaatan kembali sampah

Dalam penelitian ini yang dimaksud pemanfaatan kembali sampah adalah memanfaatkan atau menggunakan suatu barang lebih dari satu kali, misalnya botol minuman aqua yang airnya sudah habis dapat digunakan kembali sebagi tempat air minum. Air yang dimasukkan ke dalam botol ini disebut sebagai air isi ulang. Dengan melakukan isi ulang botol air, maka dapat diperoleh setidaknya dua keuntungan. Keuntungan pertama dapat mengurangi timbulnya sampah. Keuntungan yang kedua harga air lebih murah.

b. Penanganan Sampah

Kegiatan penanganan sampah dimaksudkan untuk menangani keberadaan sampah yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Kegiatan penanganan sampah bertujuan agar sampah yang timbul di lingkungan rumah tangga tidak mengganggu kesehatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan:

1). Pemilahan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan atau sifat sampah.

2). Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara.

3). Pengangkutan sampah dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan atau tempat penampungan sementara ke tempat pemrosesan terakhir.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4). Pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karakteristik dan komposisi serta jumlah sampah.

5). Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

8. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Umum

Sistem operasional pengelolaan sampah mencakup juga sub sistem pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh skala ekonomis atau ” economies of

scale”, maka dalam perencanaan dan implementasinya hendaklah mengupayakan

peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya. Sistem pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukkan pilihan pemrosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan pemukiman atau perumahan, perusahaan atau industry, tempat-tempat umum maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebagaimana terlihat dalam bagan berikut, mulai dari tahap awal yaitu pengumpulan atau pewadahan sampah dilakukan pengolahan dan pemrosesan sampah, sehingga sampah yang akan diurug ke dalam tanah dapat diminimalkan. Bagan di bawah ini menggambarkan pengembangan atau pergeseran sistem pengelolaan persampahan.


(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomis, misalnya bila diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai ekonomis ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih mengedepankan prinsip agar sistem yang dipilih dapat berkesinambungan.

Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah di Desa Candisari adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai Bagan 1. Pergeseran Pola Pengelolaan Persampahan

(http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Pola Eksisting

Pengumpulan / Pewadahan

Pemindahan/ Pengangkutan

Pemusnahan/ Pengurugan

Pola Yang Sebaiknya Diterapkan

Pemindahan/ Pengangkutan

Lokasi TPA

Pengolahan Pemrosesan

Pengolahan Pemrosesan

Pemusnahan/ Pembuangan

Residu Pengumpulan/


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampah organik. Jenis sampah dengan prosentase organik yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastik, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.

9. Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu

Sistem pengelolaan sampah secara terpadu merupakan perpaduan dan pengembangan dari sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat secara umum. Sampah yang berasal dari sumber timbunan sampah dipilah atau dipisahkan menurut jenis dan karakterisitik sampah atau source

reduction. Selanjutnya pada tahap pengumpulan sampah juga dilakukan

pemilahan sampah sesuai jenis dan karakteristik sampah. Pemilahan sampah juga dilakukan setelah sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan dan pemrosesan akhir. Pengolahan dan pemrosesan akhir meliputi kegiatan daur ulang, pengomposan atau composting, pemusnahan residu daur ulang dan

pengoposan di sanitary landfill dan incenerator. Hasil pemusnahan di sanitary

landfill dan icenerator berupa abu dapat digunakan sebagai campuran kompos

dan pembuatan barang baru atau produk lain misalnya batako. Hasil industri daur ulang, komposting, dan batako dapat diamanfaatkan oleh konsumen.

Sistem pengelolaan sampah terpadu seperti dijelaskan pada uraian tersebut di atas, secara konseptual dapat digambarkan seperti pada bagan berikut.


(49)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bagan 2. Skema Konseptual Pengelolaan Sampah Terpadu (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga memerlukan kemampuan manajemen operasional yang baik. Untuk mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan

peningkatan dalam mutu pelayanannya. Sistem pengelolaan yang

dikembangkan harus sensitif dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan

Sumber Timbunan Sampah (Terjadi Pemilahan/

Source Reduction)

Bahan Daur Ulang

Industri Daur Ulang

Pembuatan Produk Lain Misal: Batako Residu Pengumpulan (Ada Pemilahan)

Sanitary Landfill (SLF) Dan Insinerator Pengangkutan Konsumen Pemilahan Residu Komposting Sebagai Bahan Campuran Kompos Abu


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah (waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang

tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai.

Sebagian besar sampah sebetulnya belum cocok dikatakan sampah, karena nilai gunanya belumlah betul-betul habis. Sebagai contoh sebagian besar sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik bagi tanaman. Contoh lain misalnya plastik bekas juga dapat didaur ulang menjadi barang plastik lainnya.

Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah:

”(1) Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis

berdasarkan jenisnya. (2) Pemadatan sampah (baling). (3) Pemotongan sampah. (4) Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan

rekayasa. (5) Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio. (6) Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan energi panas”.

(http//wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)

Secara teknis keberhasilan cara-cara meminimalisasikan sampah tersebut banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah dipisah, gerobak sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju


(51)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini konsep meminimalisasikan dinilai kurang begitu efisien.

Melihat komposisi sampah di Desa Candisari yang sebagian adalah sisa-sisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam mini. Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk pengomposan atau biogasifikasi. Di Desa Candisari, dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan seresah dari pepohonan dapat mudah kering dan hancur. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas dari bakteri, serta tidak berbau yang tidak enak. Alasan utama kegagalan pengomposan selama ini adalah pemasaran.

Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya penggunaan komposter individual. Sampah-sampah dapur ditampung ke dalam

sebuah bak penampung atau container yang mampu menampung sampah dalam

kurun waktu yang cukup lama. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos yang perlu penanganan lebih lanjut. Sampah juga merupakan sumber biomassa sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing. Khususnya untuk pakan cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang berasal dari dapur.

10. Pengeloalan Sampah Berbasis Peran Serta Masyarakat


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Ada hubungan yang positif dan siginifikan antara jenjang pendidikan dan

pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan dimilikinya jenjang pendidikan dan pendapatan yang tinggi oleh kepala keluarga maka akan dapat memotivasi kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Model Persamaan garis

regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2

B. Implikasi

1. Implikasi Teoretis

Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah teruji kebenarannya dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010. Hipotesis dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan mempengaruhi sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010. Dengan adanya hubungan yang posistif secara terpadu antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala keluarga yang tinggi diharapkan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dapat meningkat dan semakin baik, sehingga dapat menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

Hasil penelitian mendukung teori tentang perubahan sikap yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993: 121) sepeti dalam kutipan berikut.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

”perubahan sikap terjadi melalui komunikasi antara individu dan orang-orang lainnya. Perubahan sikap disebabkan oleh faktor-faktor predisposisi yang dimiliki oleh individu, prinsip-prinsip belajar, peran serta individu dalam kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian”.

Berdasarkan kutipan tentang teori perubahan sikap tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan seseorang dapat mengubah sikap orang tersebut terhadap suatu obyek tertentu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sikap seseorang atau individu berbeda-beda menurut jenjang pendidikan yang dimiliki oleh individu tersebut. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Hasil penelititan ini juga mendukung teori tentang perubahan sikap yang menyatakan bahwa:

”Kedudukan kelompok juga berpengaruh pada derajat keakraban kelompok. Terdapat kecenderungan di mana kelompok atas yang berada pada status yang lebih tinggi memiliki derajat keakraban yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan kedudukan kelompok yang statusnya lebih rendah, asalakan pembentukan kelompok-kelompok itu berdasarkan kemampuan (abilitet) para anggota”. (Oemar Hamalik, 1993: 118).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa derajat sikap kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh status sosial orang tersebut. Status sosial seseorang antara lain ditentukan oleh jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut. Kaitannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga, maka orang yang memiliki pendapatan yang lebih besar akan ia akan lebih akrab dengan lingkungannya. Dengan kata lain semakin


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Memperbaiki sikap dan kebiasaan yang kurang baik mengenai pengelolaan

sampah serta memberi contoh kepada seluruh anggota keluarga serta masyarakat luas untuk bertindak ramah terhadap lingkungan guna menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

d. Memberikan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa pengelolaan

sampah rumah tangga bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga dan petugas kebersihan semata, tetapi menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga sebagai bagian dari kehidupan rumah tangga.

e. Masyarakat hendaknya aktif dalam mengikuti penyuluhan yang diadakan di

desa sehubungan dengan pengelolaan sampah seta kebersihan dan kesehatan lingkungan.

f. Memilah sampah sesuai dengan jenis- jenis sampah, agar dapat daur ulang,

diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali.

g. Diusahakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dan menekan

timbulnya sampah yang lebih banyak dengan menggunakan peralatan yang dapat digunakan secara berulang-ulang.

h. Sebaiknya setiap orang warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan berpendidikan yang lebih tinggi. Bagi warga yang tidak mampu dan atau sudah berkeluarga dapat menempuh pendidikan di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara dengan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

besar pendapatan seseorang maka semakin besar pula derajat sikap kepeduliannya terhadap pengelaolaan sampah rumah tangga.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan kepala keluarga akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman dan pengembangan daya pikir serta untuk menentukan sikap dan mengambil tindakan dalam menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.

Selain jenjang pendidikan yang dimiliki tak kalah pentingnya adalah besarnya pendapatan yang dimiliki oleh kepala keluarga. Dalam penelitian ini besarnya pendapatan kepala keluarga memiliki pengaruh positif terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Usaha menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga akan lebih mudah tercapai jika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi.

Dengan adanya perpaduan dari jenjang pendidikan dan pendapatan yang tinggi dari kepala keluarga akan dapat merangsang timbulnya sikap positif bagi kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga guna menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman.

Berdasarkan uraian di atas maka sebaiknya kepala keluarga berpendidikan yang lebih tinggi dengan cara menempuh pendidikan di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara dengan jenjang


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selain itu guna menciptakan menciptakan sikap kepedulian kepada masyarakat yang lebih tinggi terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, sebaiknya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

.

C. Saran

Untuk mencegah meluasnaya dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah rumah tangga di lingkungan pemukiman penduduk, maka pada kesempatan ini penulis hendak memberikan saran yang bersifat membangun berdasarkan pada teori-teori yang ada dan hasil di lapangan sebagai berikut.

1. Kepada masyarakat khususnya kepala keluarga di Desa Candisari

Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan

a. Di setiap depan rumah juga di dalam ruangan rumah perlu disediakan tempat sampah. Diusahakan tempat sampah tersebut diberi tutup agar bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah tidak menyebar secara meluas.

a. Sampah yang sudah menumpuk sebaiknya ditutup tanah atau dipindahkan ke

Tempat Pembuangan Sampah (TPA).

b. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di selokan, parit, sungai, kolam

atau saluran air lainnya karena dapat menyumbat aliran air, menimbulkan bau busuk yang mengganggu pernapasan dan sebagai sarang penyakit.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

i. Sebaiknya semua warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan khususnya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga.

2. Kepada Pemerintah

a. Diharapkan mengangkat pegawai sebagai petugas untuk memilah-milah

sampah sesuai dengan jenis sampah agar dapat daur ulang, diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali.

b. Diharapkan membangun penambahan tempat penampungan sampah

sementara di daerah-daerah serta menambah armada pengangkut sampah rumah tangga ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

c. Diharapkan dapat memberi bantuan bak penampung sampah atau container

kepada rakyat agar dapat menampung sampah dalam waktu yang lama.

d. Diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan dengan biaya yang lebih

terjangkau oleh masyarakat luas agar dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangga lebih tinggi pula.

e. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pendapatan

yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangga lebih tinggi pula.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Balitanya, Di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara Tahun 2009

3 76 66

PARTISIPASI ANGGOTA RUMAH TANGGA DAN CARAPENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA PARTISIPASI ANGGOTA RUMAH TANGGA DAN CARA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN.

0 2 13

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KEPALA KELUARGA DENGAN RUMAH SEHAT DI DESA DUWET Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga dengan Rumah Sehat di Desa Duwet Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGGUNAAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Dengan Penggunaan Garam Beryodium Di Desa Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

0 1 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGELOLAAN GARAM DI DESA JONO KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN.

0 1 8

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan , Sikap, dan Akses tentang Pengelolaan Sampah dengan Perilaku Pembuangan Sampah Pada Ibu Rumah Tangga Sekitar Sungai Cibogo, Desa Jipang, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes pada tahun 2011.

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN,PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN POLA MAKAN KELUARGA DI KELURAHAN JATISOBO, KECAMATAN POLOKARTO, KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 4

Produk Hukum | Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum PP No.81 TH 2012

0 0 35

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA DENGAN KESADARAN TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

0 0 2

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA

0 1 35