BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Secara serempak berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa secara simultan Profitabilitas, Leverage Likuiditas, Firm Size, Growth dan Produktivity berpengaruh signifikan
terhadap Bond Rating pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 2.
Secara parsial: a.
Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Bond Rating, Firm Size berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Bond Rating dan Growth
berpengaruh positif signifikan terhadap Bond Rating b.
Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap Bond Rating, Leverage berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Bond Rating dan Produktivity
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Bond Rating pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Hendaknya penelitian selanjutnya mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi Bond Rating karena variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu mempengaruhi variabel independen sebesar 73,14.
Universitas Sumatera Utara
2. Penelitian lebih lanjut diharapkan tidak hanya pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar Bursa Efek Indonesia namun menggunakan sampel perusahaan dari beberapa sektor lain agar jumlah sampel lebih banyak dan variatif.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan yang lebih
panjang agar hasil penelitian lebih variatif dan akurat.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Obligasi
Salah satu produk yang dikeluarkan pasar modal adalah obligasi. Obligasi dapat dijadikan sebagai solusi untuk perusahaan yang membutuhkan dana dalam
meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Bursa Efek Indonesia, obligasi bond merupakan surat utang jangka menengah panjang yang dapat dipindah tangankan
yang berisi dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan yang berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
kepada pihak yang membeli obligasi. Beberapa pengertian obligasi menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.
Menurut Keown, 2011 obligasi merupakan suatu jenis utang atau surat kesanggapun pembayaran dalam jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam dan berjanji untuk
membayar kepada pemegangnya dengan jumlah bunga yang tetap setiap tahunnya. Pendapat yang dikemukakan oleh Syahyunan, 2015 obligasi merupakan surat berharga
yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi bond issuer tersebut memperoleh pinjaman dana dari pembeli obligasi bond holder dan memiliki kewajiban membayar
kupon bunga secara berkala atas obligasi tersebut serta kewajiban melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Syahyunan juga mengatakan obligasi merupakan bagian dari instrumen fixed income yang cukup menarik bagi calon investor yang ingin mendapatkan keuntungan
tingkat suku bunga cukup kompetitif dibandingkan dengan deposito. Jenis suku bunga yang diberikan obligasi bisa berbentuk suku bunga tetap fixed rate dan suku bunga
mengambang floating rate. Periode jatuh tempo biasanya sekitar 5 tahun. Pembayaran suku bunga kepada pemegang saham obligasi bisa dilakukan dengan periode triwulan
atau semesteran. Menurut Brigham, 2010 obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan
yang cukup menarik bagi kalangan investor dipasar modal ataupun bagi perusahaan dalam mendapatkan dana untuk pengembangan perusahaan. Rivai et al. juga
mengatakan obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisikan kontrak antara pemberi pinjaman dan yang diberi pinjaman dimana surat obligasi merupakan
selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Menurut Darmadji, 2006 merupakan surat tanda utang kepada kreditor berupa perorangan atau lembaga seperti yang tertera pada surat obligasi yang didalamnya
tercantum bunga yang harus dibayarkan termasuk ketentuan pengembalian pokok dan angsuran pinjaman pada saat jatuh tempo.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa surat utang obligasi merupakan suatu instrumen keuangan dimana terdapat
kontrak perjanjian didalamnya antara investor dengan perusahaan yang menerbitkan
Universitas Sumatera Utara
obligasi dimana perusahaan penerbit bond issuer berjanji untuk membayar bunga dari dana yang telah dipinjamkan dengan jumlah yang tetap dan melunasi kewajiban
pokoknya pada jangka waktu yang telah ditetapkan. Pihak yang membeli obligasi bond holder akan mendapatkan keuntungan
melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Kemudian, jika emiten bond issuer mengalami kebangkrutan, maka pemegang
obligasi memiliki hak yang lebih tinggi atas kekayaan perusahaan dibandingkan pemegang saham Darmadji, 2006.
2.1.2 Jenis-Jenis Obligasi
Menurut Brigham dan Houston jenis-jenis obligasi dibagi menjadi beberapa kategori antara lain:
1. Berdasarkan Penerbitnya, obligasi terbagi menjadi:
a. Corporate Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
terbentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN ataupun badan usaha swasta. b.
Government Bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat suatu negara. Di Indonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara SUN dan
lainnya. c.
Municipal Bond yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik public
utility. 2.
Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga, obligasi terbagi menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara berkala namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat dituangkan secara
serkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya. c.
Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara berkala. d.
Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan tertentu seperti
average time deposit rata-rata tertimbang yaitu tingkat suku bunga deposit dari bank pemerintah atau bank swasta.
e. Combination Rate Bonds yaitu obligasi yang besarnya merupakan kombinasi
antara bunga tetap dan bunga mengambang. 3.
Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi, obligasi terbagi menjadi: a.
Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan kedalam bentuk saham perusahaan
penerbitnya. b.
Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam jumlah saham
perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Universitas Sumatera Utara
c. Collable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten bond
issuer untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum masa umur obligasi tersebut berakhir.
d. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengaharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu strike price sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya, obligasi terbagi menjadi:
a. Secured Bonds merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan
tertentu dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari pihak ketiga.
b. Unsecured Bonds yaitu obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan
tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 5.
Berdasarkan Nominalnya, obligasi terbagi menjadi: a.
Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam satu nominal, contohnya Rp 1 Milyar per lot.
b. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai nominal
yang lebih kecil. 6.
Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil, obligasi terbagi kedalam 2 kategori: a.
Conventional Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
Universitas Sumatera Utara
b. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini terdapat dua macam obligasi syariah, yaitu:
1 Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan yang diterima oleh investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan cara mengetahui pendapatan
emiten. 2
Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi yang menggunakan akad sewa sehingga kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak
awal obligasi diterbitkan.
2.1.3 Peringkat Obligasi Bond Rating
Dalam rangka melakukan investasi obligasi, ada acuan yang akan membantu para investor dalam menganalisa keputusan untuk berinvestasi terhadap perusahaan yang
menerbitkan obligasi. Acuan ini digambarkan dalam bentuk peringkat obligasi atau bisa disebut dengan penilaian terhadap obligasi suatu perusahaan.
Darmadji, 2006 mengatakan bahwa agar investor memiliki gambaran tingkat risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kupon maupun mengembalikan
pokok obligasi, dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar perusahaan penerbit obligasi, tingkat kemampuan dalam membayar kewajiban tersebut
dikenal dengan istilah peringkat obligasi bond rating. Maka dari itu, jika seorang investor memiliki keinginan melakukan investasi kedalam bentuk obligasi, maka
Universitas Sumatera Utara
investor tersebut harus memperhatikan peringkat obligasi sebagai salah satu bentuk informasi sebelum memutuskan berinvestasi dalam bentuk obligasi.
Peringkat Obligasi bond rating merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan sehingga menunjukkan tingkat aman suatu investasi obligasi
bagi investor. Tingkat aman dalam berinvestasi dapat ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Untuk itu,
dalam menentukan skala peringkat obligasi tersebut, diperlukan variabel-variabel yang mempengaruhi obligasi, kemudian dihitung. Dari perhitungan tersebut
ditemukan standar untuk mendapatkan peringkat tertentu Brigham, 2010. Menurut Brigham dan Houston 2010 terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
peringkat obligasi bond rating, yaitu: 1.
Rasio keuangan suatu perusahaan yang baik. Jika semakin baik rasio keuangan suatu perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat obligasinya.
2. Ketentuan hipotek. Jika obligasi dijamin dengan hipotek maka obligasi tersebut
memiliki nilai yang relatif tinggi terhadap jumlah utang yang diobligasikan,dan peringkatnya pun akan meningkat.
3. Ketentuan subornasi. Apabila obligasi disubornasikan ke hutang lain maka
obligasi tersebut akan diberi peringkat yang seharusnya diberikan jika tidak disubornasikan.
4. Ketentuan jaminan. Jika utang suatu perusahaan lemah dijamin oleh perusahaan
yang kuat biasanya kondisi lemah ini terjadi pada induk perusahaan, maka obligasinya akan diberikan peringkat yang sama oleh perusahaan yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
5. Dana pelunasan. Apabila obligasi memiliki dana pelunasan maka hal ini akan
menjadi nilai tambah dimata lembaga pemeringkat. 6.
Jatuh tempo. Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat dinilai kurang berisiko dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih panjang
dan hal ini akan mempengaruhi peringkatnya. 7.
Stabilitas laba dan penjualan emiten. 8.
Regulasi atau peraturan yang berkaitan dengan industri emiten. 9.
Anti trust yang berkaitan dengan gugatan yang ditujukan pada perusahaan. 10.
Operasi diluar negeri. 11.
Faktor lingkungan hidup dan tanggung jawab produk. 12.
Kewajiban atas produk. 13.
Kewajiban pension. 14.
Masalah ketenagakerjaan yang berpotensi muncul dimasa yang akan datang yang dapat memperlemah posisi perusahaan.
15. Kebijakan akuntansi.
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Hal ini
bertujuan agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang diterima dengan membeli obligasi Brigham, 2010.
Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia 1331DPNP Tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia, terdapat
tiga lembaga pemeringkat di Indonesia yaitu PT Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA
Universitas Sumatera Utara
Indonesia, dan PT Pemeringkat Efek Indonesia PEFINDO. Penelitian ini mengacu pada lembaga pemeringkat PT PEFINDO dikarenakan PEFINDO merupakan lembaga
pemeringkat tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1993 serta telah melakukan pemeringkatan terhadap lebih dari 500 perusahaan dan pemerintah daerah.
PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat pertama di Indonesia yang didirikan atas inisiatif BAPEPAM dan Bank Indonesia serta merupakan suatu lembaga penunjang
pasar modal di Indonesia. Sejak tahun 1996, PEFINDO telah melakukan kerja sama dengan salah satu perusahaan pemeringkat global yaitu Standard Poor’s SP.
PEFINDO juga merupakan lembaga pemeringkat satu-satunya di Indonesia yang memiliki default data dan default study yang dapat digunakan perusahaan termasuk
Bank Indonesia.
Table 2.1 Defenisi Peringkat Obligasi Bond Rating PT PEFINDO
Peringkat Arti
IdAAA Sekuritas utang dengan peringkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan
oleh PEFINDO. Kapasitas obligor superior relatif dibanding obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan
perjanjian.
IdAA Sekuritas utang dengan peringkat idAA hanya memiliki perbedaan yang tipis dengan
kualitas kreditnya yang sedikit berada dibawah peringkat tertinggi karena memiliki kapasitas obligor yang relatif sangat kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan
jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian, relatif dibanding dengan obligor Indonesia lainnya.
IdA
Sekuritas utang dengan peringkat idA menunjukkan kapasitas obligor yang kuat dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian
dibanding obligor Indonesia lainnya. Namun, sekuritas utang lebih rentan terhadap perubahan situasi dan ekonomi yang merugikan.
IdBBB Sekuritas utang dengan peringkat idBBB menunjukkan kapasitas obligor yang
memadai dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian dengan obligor Indonesia lainnya. Namun, perubahan kondisi
ekonomi dapat memperlemah kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
IdBB
Sekuritas utang dengan peringkat idBB menunjukkan kapasitas obligor yang agak lemah dibanding dengan obligor Indonesia lainnya dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka panjangnya yang sesuai dengan perjanjian. Obligor dihadapkan pada situasi dan kondisi keuangan, perekonomian serta bisnis yang tidak menentu
yang dapat mempengaruhi kapasitas obligor dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
IdB Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang
lemah
dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi
Universitas Sumatera Utara
keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
IdB Sekuritas utang dengan peringkat idB menunjukkan kapasitas obligor yang
lemah
dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dibanding dengan obligor Indonesia lainnya yang sesuai dengan perjanjian. Namun, adanya perubahan kondisi
keuangan, kondisi perekonomian, ataupun kemungkinan kerugian dalam bisnis akan memperburuk kapasitas obligor tersebut dalam memenuhi kewajiban keuangannya.
Lanjutan Tabel 2.1
IdCCC Sekuritas utang dengan peringkat idCCC menunjukkan keadaan obligor yang
rentan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya dan hanya
dapat bergantung pada keadaan bisnis dan kondisi keuangan yang membaik dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tersebut.
IdD Sekuritas utang dengan peringkat idD menunjukkan keadaan bahwa sekuritas
utang tersebut telah
gagal bayar ataupun perusahaan penerbit yang sudah
berhenti berusaha. Hasil peringkat dari idAA sampai idB dapat ditambahkan tanda plus+ ataupun minus- yang dapat menunjukan relatif kekuatan obligor dalam
suatu kategori peringkat.
Sumber: www.pefindo.com
Pefindo menyatakan peringkat obligasi suatu perusahaan dengan investment grade AAA,AA,A,dan BBB berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut baik.
Informasi tersebut akan direspon oleh investor dengan cara mengalokasikan dananya keperusahaan karena investor menganggap perusahaan tersebut dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Dan pefindo menyatakan suatu obligasi tersebut non investment grade BB,B,CCC dan D berarti pefindo menganggap kinerja perusahaan tersebut
mengalami penurunan. Jika terjadi penurunan peringkat obligasi maka investor tidak akan tertarik menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut atau bahkan akan
menjual saham yang dimiliki. Perubahan kemampuan perusahaan penerbit bond issuer dalam melunasi
kewajibannya dapat disebabkan oleh bencana alam atau kecelakaan industry industrial accident ataupun adanya perubahan peraturan serta pengambil-alihan takeover atau
restrukturisasi perusahaan. Risiko ini disebut dengan risiko peristiwa event risk dan
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan menurunnya peringkat obligasi perusahaan penerbit Syahyunan, 2015.
2.1.4 Risiko Obligasi
Sebagai salah satu produk pasar modal yang dijadikan sarana investasi, obligasi memiliki resiko yang patut untuk diperhatikan oleh para investor. Apabila terjadi
kenaikan pada suku bunga, maka harga obligasi akan turun sehingga dapat menyebabkan pembeli obligasi akan mengalami kerugian, tetapi sebaliknya jika terjadi
penurunan suku bunga, maka harga obligasi akan naik sehingga dapat menyebabkan penjual akan merugi. Menurut Syahyunan 2015 terdapat beberapa jenis resiko yang
ada pada obligasi, yaitu: 1. Risiko Gagal Bayar
Resiko gagal bayar default risk adalah ketidakmampuan perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut issuer membayar kembali utang pokok principal
dan bunganya sebagaimana yang dijanjikan. Biasanya obligasi pemerintah merupakan obligasi tanpa risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh
pemerintahnegara. Sedangkan pada obligasi perusahaan risiko gagal bayar bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin pada laporan
keuangannya, baik pada neraca maupun laporan laba ruginya. 2. Risiko Tingkat Bunga
Risiko tingkat bunga interest rate risk merupakan resiko yang disebabkan oleh adanya perubahan tingkat bunga interest rate. Bila tingkat bunga pasar naik, maka
Universitas Sumatera Utara
harga obligasi akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor akan merugi.
3. Risiko Inflasi Risiko inflasi inflation rate risk merupakan risiko yang ditimbulkan karena adanya
perubahan tingkat bunga interest rate.Faktor ini biasanya sulit untuk diprediksi. Inflasi memiliki hubungan langsung dengan harga obligasi, karena apabila inflasi di
suatu negara tinggi, maka suku bunga akan naik yang menyebabkan harga obligasi jatuh, begitupun sebaliknya.
4. Risk of Call Risk of Call atau sering juga disebut sebagai risiko ditarik kembali merupakan risiko
yang melekat pada pemegang obligasi bond holder, yaitu risiko yang terjadi akibat ketidakpastian antara arus kas dengan reinvestment risk yang menyebabkan
ditariknya obligasi sebelum tanggal jatuh temponya. Risiko ini juga dapat diartikan bahwa penerbit obligasi bond issuer memiliki kewenangan untuk membeli balik
repurchase obligasinya pada harga tertentu dan waktu tertentu sebelum masa jatuh tempo.
5. Risiko Likuidasi Risiko likuidasi liquidity risk merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh
pemegang saham dan obligasi dimana pemegang investor memiliki kemungkinan untuk mengalami kesulitan dalam menjual sekuritas yang dimilikinya karena
likuiditasnya yang rendah. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya sebuah obligasi atau tidak mudahnya menjual sebuah obligasi di pasar sekunder.
Universitas Sumatera Utara
6. Risiko Politik dan Peraturan Risiko politik dan peraturan political and regulatory risk merupakan risiko
investasi atau perubahan peraturan ataupun suasana politik pada suatu negara. Perubahan peraturan yang dimaksud dapat berupa berubahnya tingkat pajak ataupun
lingkungan hukum.
7. Risiko Usaha Risiko usaha business risk merupakan risiko yang berkaitan dengan kinerja
perusahaan, nilai atau harga pasarnya banyak ditentukan oleh kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang biasa disebut dengan faktor fundamental.
8. Risiko Maturitas Risiko maturitas ini adalah risiko yang berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi.
Secara umum, semakin lama jangka waktu sebuah obligasi, semakin besar pula tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitasnya.
9. Risiko Pasar Risiko pasar market risk merupakan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi pasar
secara keseluruhan. Risiko pasar merupakan risiko agregat yang terjadi di pasar dan akan membawa dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap para investor
yang ada di pasar. 10. Reinvestment Risk
Reinvestment risk yaitu risiko dimana hasil yang diterima di masa depan harus diinvestasikan kembali dalam suku bunga yang lebih rendah. Kupon yang diterima
Universitas Sumatera Utara
investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada coupon rate. Obligasi yang tidak memiliki reinvestment risk adalah zero coupun
bond. 11. Risiko Nilai Tukar Mata Uang
Risiko nilai tukar mata uang exchange rate risk merupakan risiko yang ditimbulkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata uang suatu Negara. Adanya potensi investasi
antar negara memungkinkan munculnya risiko akibat dari perubahan nilai tukar mata uang.
2.1.5 Profitabilitas
Rasio profitability
menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba, baik dari penjualan yang ada maupun dari total aset yang dimiliki
Gumanti, 2011. Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu perusahaan menggunakan aset
yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi
yang tinggi pula. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi berarti juga memiliki laporan
keuangan yang baik sehingga kecil kemungkinan terjadinya gagal bayar. Menurut Brotman Adams, 2000 semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan
semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ross, 2004 ratio profitability measure how efficiently the firm uses its assets and how efficiently the firm manages its operatin. Dalam hal ini, rasio
profitabilitas yang sering digunakan yaitu: Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity dengan rumus:
Profit Margin
Sales Income
Net =
The ratio is measure of profit for dollar in sales. Return On Assets
Assets Total
Income Net
=
The ratio is measure of profit per dollar of assets
.
Return On Equity
Equity Total
Income Net
=
The ratio is measure of how the stockholders fared during the year.
2.1.6 Leverage
Menurut Syahyunan 2015, “Leverage Ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata
lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan hutang atau
ekuitas”. Leverage Ratio yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah Debt to Equity
Ratio. Menurut Syahyunan 2015, ”Debt to Equity Ratio adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban”. Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa
semakin tinggi risiko gagal bayar utang default risk yang akan dihadapi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Jika nilai dari rasio ini tinggi artinya beban utang perusahaan juga tinggi, sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kembali kewajibannya jika dikaitkan dengan
aset atau modal perusahaan menjadi berat atau sulit. Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi risiko yang di hadapi perusahaan Gumanti, 2011. Menurut Ross
2004 long-term solvency ratios are intended to address the firms long-run ability to meet its obligations, or more generally its financial leverage. Rasio leverage yang
umum dipakai antara lain adalah Debt Ratio, Debt Equity Ratio, dan Time Interest Earned dengan rumus:
Debt Ratio
Asset Total
s Liabilitie
Total =
The ratio take into account all debt of all maturities to all creditors
.
Debt Equity Ratio
Equity Total
s Liabilitie
Total =
The ratio take into account all debt of equity all maturities to all creditors.
Time Interest Earned
Interest EBIT
=
The ratio measures how well a company has its interest obligations convered.
2.1.7 Likuiditas
Menurut Gumanti 2011 likuiditas adalah “rasio yang menunjukkan tingkat kelancaran suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu
alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio lancar current ratio”. Analisis keuangan dapat menggunakan beberapa rasio likuiditas untuk
Universitas Sumatera Utara
menilai apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban- kewajiban yang segera jatuh tempo Tandelilin, 2010.
Menurut Syahyunan 2015 Current Ratio adalah “kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia”. Dalam hal ini,
rasio likuiditas dapat dihitung dengan Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dengan rumus :
Current Ratio
Lancar g
U Lancar
Aktiva tan
=
The ratio it indicates the extent to which current liabilities are covered by those assets expected to be
converted. Quick Ratio
s Liabilitie
Current Inventory
Asset Current
− =
The ratio measure of the firm’s ability to pay off short- term obligations without relying on the
sale of inventories. Cash Ratio
s Liabilitie
Current Cash
=
The ratio it indicates the extent to which current liabilities are covered by those assets expected to be
converted to cash in the near future
2.1.8 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan firm size dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu
Universitas Sumatera Utara
yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil.
Bouzouita dan Young dalam Adams et al. 2000 menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki peringkat obligasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang
lebih kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin
kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan, sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin
tingginya peringkat obligasi. Sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan maka akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya peringkat obligasi yang diperoleh karena
semakin besarnya tingkat risiko yang dimiliki perusahaan. Rumus untuk menghitung Ukuran perusahaan:
2.1.9 Pertumbuhan
Brigham dan Houston 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial.
Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating berikutnya diberikan untuk perusahaan karena growth
mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa dating dan meningkatkan nilai
ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Andry, 2005 menyatakan bahwa pertumbuhan growth perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh
pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Investor dalam memilih
investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan
memiliki peringkat obligasi investment grade.
2.1.10 Produktivitas
Rasio produktivitas dapat mengukur seberapa efektif perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan produktivitas yang
tinggi dapat menghasilkn laba yang tinggi pula. Dengan demikian perusahaan dapat dengan lebih baik memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi produktivitas maka akan
semakin baik peringkat yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2
Deskripsi Penelitian Terdahulu
No Nama dan
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Metode
Analisis Data
Hasil penelitian 1
Abdullah Ash 2013
Determinants and Impacts of
Internal Credit Variabel Dependen
Peringkat Obligasi Variabel
Logit Regression
1. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa profitabilitas
Universitas Sumatera Utara
Rating Independen
1. Profitabilitas 2. Leverage
3. Firm Size 4. Intensitas
modal dan firm size
berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi 2. Sedangkan
Leverage dan intensitas modal
berpengaruh negative terhadap
peringkat obligasi
2 Yuliana
et al.2011
Analisis Faktor faktor Yang
Mempengaruhi Peringkat
Obligasi pada Perusahaan
Keuangan yang Terdaftar
di BEI. Variabel Dependen
peringkat obligasi Variabel
Independen
1. size, 2. leverage,
3. profitability, 4. activity,
5. market value
ratio, 6. maturity,
7. secure, 8. reputasi
auditor Analisis
Regresi Berganda
1. Secara parsial variabel size
profitability ROA, jaminan secure dan
reputasi auditor berpengaruh secara
signifikan terhadap prediksi peringkat
obligasi. 2. Serta secara
simultan variabel size, leverage, profitability,
activity, market valueratio, maturity,
secure, serta reputasi auditor berpengaruh
terhadap prediksi peringkat obligasi.
3
Adrian 2011
Analisis Faktor faktor yang
Mempengaruhi Peringkat
Obligasi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di BEI. Variabel
Dependen: peringkat obligasi
Variabel Independen
1. leverage, 2. profitabilitas,
3. likuiditas, 4. umur obligasi
Analisis Regresi
Logistik 1. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa likuiditas dan umur
obligasi berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi 2. Sedangkan
leverage dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap peringkat
obligasi.
4 Purwaningsih
2008 Pemilihan
Rasio Keuangan
Terbaik untuk Memprediksi
Peringkat Obligasi: Studi
pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di BEJ. Variabel
Dependen: peringkat obligasi
Variabel Independen
1. Leverage 2. Likuiditas
3. Profitabilitas 4. Solvabilitas
5. Produktivitas Analisis
Faktor dan Regresi
Backward Variabel yang dapat
digunakan untuk memprediksi
peringkat obligasi dengan regresi
backward yaitu rasio LTLA rasio
leverage, CFOTL rasio solvabilitas,
dan SFA rasio produktivitas,
Sementara dengan analisis faktor yaitu
rasio CACL rasio likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
No Nama dan
Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Metode
Analisis Data
Hasil penelitian 5
Andry 2005 Analisis Faktor
faktor yang Mempengaruhi
Prediksi Peringkat
Obligasi Variabel Dependen:
peringkat obligasi Variabel
Independen
1. growth, 2. size,
3. sinking fund, 4. secure,
5. maturity Analisis
Regresi Logit
1. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel growth, sinkingfund,
maturity dengan umur kurang dari
lima tahun dan auditor
mempengaruhi prediksi peringkat
obligasi, 2. Sementara size
dan secure tidak memiliki pengaruh
terhadap prediksi peringkat obligasi.
6 Adams et al.
2000 “The
Determinants of Credit
Ratings in the United
Kingdom Insurance
Industry” Variabel Dependen:
Peringkat obligasi Variabel
Independen
1. Kecukupan modal,
2. profitabilitas, 3. likuiditas,
4. pertumbuhan perusahaan,
5. ukuran perusahaan,
6. bentuk organisasi,
7. reasuransi kegiatan bisnis
Ordered Probit
Model 1. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel
likuiditas, profitabilitas dan
bentuk organisasi berpengaruh positif
signifikan terhadap peringkat obligasi
oleh A.M. Best, 2. Sementara
peringkat obligasi oleh SP
menunjukkan bahwa likuiditas
berpengaruh positif signifikan dan
kecukupan modal leverage
berpengaruh negatif signifikan.
2.3 Kerangka Konseptual 2.3.1 Profitability Terhadap Bond Rating