dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara variabel CR dengan variabel Bond Rating secara statistik.
4. Berdasarkan pengaruh Firm Size terhadap Bond Rating sebesar 0,4429. Hal ini
diketahui bahwa nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan
antara variabel Firm Size dengan variabel Bond Rating secara statistik. 5.
Berdasarkan pengaruh Growth terhadap Bond Rating sebesar 0,0000. Hal ini diketahui bahwa nilai probabilitas lebih rendah dibandingkan tingkat signifikan 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel Growth dengan variabel Bond Rating secara statistik.
6. Berdasarkan pengaruh Produktivity terhadap Bond Rating sebesar 0,1546. Hal
ini diketahui bahwa nilai probabilitas lebih tinggi dibandingkan tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak
signifikan antara variabel Produktivity dengan variabel Bond Rating secara statistik.
4.7 Analisis Koefisien Determinasi
Menurut Kuncoro 2009:242, koefisien determinasi �
2
merupakan perangkat yang mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. Nilai koefisien determinasi
�
2
yang mendekati nol mencerminkan kemampuan variabel-variabel bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tidak bebas amat terbatas. Nilai
Universitas Sumatera Utara
koefisien determinasi �
2
yang mendekati satu mencerminkan variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel terikat. Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R
2
4.8 Pembahasan
= 0,731474. Nilai tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabel Return On Asset, Debt
Equity Ratio, Current Ratio, Firm Size, Growth dan Produktivity mampu menjelaskan Bond Rating secara simultan sebesar 73,14, sisanya sebesar 26,86 dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti bahwa Rasio profitability dapat diukur dengan return on asset yang merupakan rasio yang menunjukkan seberapa
mampu perusahaan menggunakan aset yang ada untuk dapat memperoleh laba ataupun keuntungan yang diukur dari total aktiva nya. Apabila laba perusahaan
tinggi maka akan memberikan peringkat obligasi yang tinggi pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa Return on
Asset berpengaruh negatif signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Yuliana 2011 yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi tidak terlalu mempengaruhi besar
kecilnya kemungkinan terjadinya gagal bayar. Karena tidak selamanya peringkat
Universitas Sumatera Utara
obligasi itu dilihat dari laba ataupun total aktiva yang dimiliki suatu perusahaan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. 2000 yang menyatakan bahwa
semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka akan semakin rendah resiko ketidakmampuan bayar suatu perusahaan yang menjadikan semakin baiknya peringkat
suatu perusahaan.
2. Pengaruh Leverage terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Syahyunan 2015 rasio leverage dapat diukur dengan debt to equity ratio yang membandingkan utang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya Jika rasio ini menunjukan angka yang tinggi
maka menunjukkan juga bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar utang default risk yang akan dihadapi perusahaan dan menjadikan semakin rendah peringkat
perusahaan yang diperoleh. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan Amilia dan Devi 2007 yang menyatakan
bahwa apabila rasio ini menunjukkan angka yang tinggi maka menunjukkan juga bahwa semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan,
maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para
investor termasuk peringkat yang akan diterima, karna kewajiban tersebut lebih
Universitas Sumatera Utara
diprioritaskan. Semakin tinggi risiko gagal bayar utang default risk yang akan dihadapi perusahaan dan tidak terlalu mempengaruhi peringkat perusahaan yang
diperoleh. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. 2000 yang menyatakan bahwa debt to equity ratio menunjukan angka yang tinggi maka akan
semakin rendah peringkat perusahaan yang diperoleh Adams et al.2000.
3. Pengaruh Likuiditas terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti 2011 bahwa Rasio likuiditas adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Tingkat likuiditas yang tinggi menandakan pelunasan kewajiban jangka pendek yang baik. Apabila kemampuan melunasi utang jangka pendek baik maka setidaknya
kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka panjang juga semakin baik Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa current ratio
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian dari Adrian 2011 dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap prediksi bond rating. Hal ini dikarenakan Pefindo dalam menilai likuiditas menggunakan laporan keuangan terbaru yang diterbitkan perusahaan
sebelum dilakukannya poses pemeringkatan, misalnya menggunakan laporan keuangan triwulan atau bahkan laporan bulanan sehingga diperoleh hasil penilaian
likuiditas yang terbaru sesuai keadaan sekarang current. Namun penelitian ini tidak
Universitas Sumatera Utara
sejalan dengan Adams et al. 2000 yang menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara
finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Brigham dan Houston 2010 bahwa Ukuran perusahaan firm size dapat diukur menggunakan total aset, penjualan ataupun
ekuitas. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas
perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aset yang kecil. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa firm size berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Variabel firm size berpengaruh tidak signifikan terhadap bond rating mendukung hasil penelitian Andry 2005 yang menyatakan ukuran perusahaan yang besar ataupun
kecil tidak terlalu mempengaruhi peringkat obligasi, karena bisa jadi perusahaan yang kecil tersebut memiliki aset yang besar hanya saja digunakan untuk membayar
kewajiban perusahaan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Adams et al. 2000. bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil potensi risiko ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan semakin kecil pula ketidakpastian yang dimiliki oleh investor mengenai prospek perusahaan ke depan,
sehingga besarnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya peringkat obligasi.
5. Pengaruh Growth terhadap Bond Rating
Brigham dan Houston 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Pertumbuhan
bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade dari rating berikutnya diberikan untuk perusahaan karena growth mengindikasikan prospek kinerja
cash flow masa dating dan meningkatkan nilai ekonomi. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa growth
berpengaruh positif signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Andry 2005 menyatakan bahwa pertumbuhan growth perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan grade
yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade.
Investor dalam memilih investasi terhadap obligasi akan melihat pengaruh growth atau
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan perusahaan apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.
6. Pengaruh Produktivity terhadap Bond Rating
Menurut teori yang diungkapkan oleh Gumanti 2011 bahwa Rasio poduktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dana perusahaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara parsial diketahui bahwa produktivity berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap bond rating pada perusahaan manufaktur
di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini sejalan dengan Alfiani 2013 yang menyatakan bahwa seharusnya perusahaan dengan produktivity yang tinggi cenderung akan mampu mnghasilkan laba
yang lebih tinggi sehingga perusahaan mampu membayar bunga obligasi secara periodik dan melunasi pokok pinjamannya.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Yuliana 2011 yang menyatakan bahwa
produktivity
secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Semakin tinggi tingkat produktivitas maka akan
semakin baik pula peringkat yang diberikan pada perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan