Upaya Pustakawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Menjadi Pustakawan Cyber

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

(S.IP)

Universitas Islam Negri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

Abdul Bayu Asmara NIM. 1110025000056

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/ 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Abdul Bayu Asmara NIM: 1110025000056, “Upaya Pustakawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjadi Pustakawan cyber”.

Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi pustakawan FKUI di era cyber, serta bagaimana upaya pustakawan FKUI sehingga mampu dan memahami dunia teknologi di perpustakaan meskipun latar belakang pendidikanya bukan di bidang TI, sehingga mereka bisa dikatakan pustakawan cyber. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik dalam pengambilan data adalah melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu, kompetensi pustakawan FKUI di bidang TI sudah cukup baik walaupun secara kuantitas tidak semuanya mampu dengan baik namun secara kualitas ada beberapa orang yang sudah menguasai TI dengan baik, dan ada beberapa upaya-upaya yang dilakukan oleh pustakawan FKUI dalam pembelajaran mereka menjadi pustakawan cyber, dengan memanfaatkan sumber belajar seperti membaca buku, membaca di internet, mengikuti seminar dan bergabung di komunitas merupakan upaya-upaya mereka dalam meningkatkan kompetensi mereka di bidang TI.

Kata kunci:

Pustakawan, Pustakawan cyber, Cybrarian, Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


(6)

ii

Abdul Bayu Asmara NIM: 1110025000056 “ Librarian Efforts library Faculty of Medicine, University of Indonesia into CybrarianDepartment of Library Science, Faculty of Adab and Humanities, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2015.

This research aims to find out the competence of FKUI librarian in the cyber era, and their efforts to be familiar with the technology development in libraries, despite their education background is not in IT, so they as cybrarian. This study used a descriptive and qualitative approach. Techniques in data collection is by interview and observation. The results finding indicate that competence of FKUI librarians in term of IT skill are generally quite good, although not all afford quantity but in quality well there are some people who have mastered IT well, and there are some efforts made by the FKUI in their learning librarian cybrarian, by utilizing learning resources such as reading a book, read on the internet, seminars and join a community of their efforts to improve their competence in the field of IT.

Keywords:

Librarian, Cybrarian, Library of the Faculty of Medicine, University of Indonesia.


(7)

iii AssalamualaikumWr.Wb

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya, kita semua selaku pengikutnya yang diharapkan selalu mendapat safaatnya di dunia maupun di akhirat.

Skripsi yang penulis buat sesungguhnya tidak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kata sempurna serta masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, namun berkat semangat, dorongan, dan motivasi dan bantuan dari orang-orang terdekat dan banyak pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan.

Selama pembuatan dan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memberikan bantuan. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Pungki Purnomo M.LIS, Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak nasihat dan bantuan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.

2. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan yang telah banyak memberikan masukan dan nasihat selama penulis belajar hingga menyelesaikan skripsi.

3. Siti Maryam, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran nya untuk membimbing penulis selama masa kuliah.

4. Ade Abdul Hak, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi.Tak lupa motivasi dan dukungan yang beliau berikan kepada penulis, membuat penulis yakin untuk dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

5. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan, mendidik dengan sabar dan memberikan banyak motivasi kepada penulis.

6. Achmad Bentara dan Aliani Orang tua yang penulis sayangi yang selalu dengan sabar memberikan bantuan kepada penulis, semoga hal ini dapat sedikit membuat mereka bangga dan bahagia, serta adik-adik yang penulis sayangi mampu menghilangkan kepenatan penulis, Bima Adisukma dan Bella Ananda.


(8)

iv

8. Para karyawan karyawati perpustakaan, Bapak Satpam, Bapak Petugas Kebersihan, Mas Penjaga Parkir yang telah penulis kenal dan memberikan banyak bantuan selama penulis berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga Besar Jipers 2010 B, yang telah bersama penulis menjalani perkuliahan di dalam kelas, selama empat tahun kebelakang dalam suka dan duka, saling memotivasi dan memberikan dukungan kepada penulis, Anggun, Faris, Ari, Rifki, Kahfi, Onay, Wawa, Tama, Dimas, Awan, Unul, Yeni, Lona, Ina, Nenden, Echa, Novi, Aaf, Putri, Dea, Dita, Fitri, Fandini, Nita, Wida, Ninu.

10.Keluarga besar Jipers khususnya keluarga Jippes, Rifky, Laga, Ndus, Kirdun, Ijul, Bang Rok, Piye, Eko, Apri dan seluruh keluarga Jipers yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

11.Sahabat kecil yang berarti besar, Wawan, Uje, Dendi, Duan, Tea, Elita, dan Yesi yang telah menemani serta memberikan dukungan kepada penulis selama bertahun-tahun,.

12.Bowo dan Aming, sahabat berbagi nikotin dan cafein, terimakasih atas canda tawa yang mengisi kegalauan penulis di saat penulisan skripsi ini, serta nasihat yang diberikan kepada penulis

13.Monica Harfiyani, S.Pd, sahabat, teman berbagi, pendukung setia yang bawel dan tukang ngambek bagi penulis. Terimakasih atas, waktu selama 12 tahun belakangan, tenaga, pikiran, kasih sayang dan segala hal yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik berkat dukungan dan motivasi yang diberikan.

Jakarta, 25 Maret 2015

Abdul Bayu Asmara


(9)

iv

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pendidikan Luar Sekolah ... 8

1. Pendidikan Informal dan Non Formal ... 8

2. Wadah Kegiatan Belajar Luar Sekolah ... 9

B. Perpustakaan dan Pustakawan Cyber ... 11

1. Perpustakaan Digital ... 11

2. Perpustakaan Cyber ... 13

3. Kompetensi ... 17

4. Pustakawan ... 18

5. Kompetensi Pustakawan ... 20


(10)

v

7. Kompetensi Pustakawan Cyber ... 26

C. Hubungan Antar Konsep ... 27

D. Penelitian Sejenis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 30

B. Informan ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 30

D. Teknik Analisis Dat ... 31

BAB IV PROFIL OBJEK PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Profil Objek Penelitian ... 32

1. Tentang Perpustakaan FKUI ... 32

2. Keanggotaan ... 33

3. Layanan Perpustakaan FKUI ... 35

4. Pustakawan dan Staff ... 46

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 47

1. Kompetensi IT Pustakawan FKUI ... 47

2. Upaya Pustakawan FKUI ... 58

BAB V PENUTUP ... 67

A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Teknologi yang berkembang pesat pada zaman ini menyentuh segala bidang tak terkecuali perpustakaan, dengan adanya teknologi ini segala informasi dan prinsip kepustakawanan serta sistem manajemen perpustakaan pun menjadi sangat terbantu. Tidak hanya kegiatan nya yang dari manual menjadi digital, namun koleksinya pun sudah tidak lagi berbentuk fisik dalam sebuah buku atau media tercetak saja, melainkan mencakup media lainnya seperti microfilm, CD, piringan hitam, tape/kaset, slide, dan berbagai macam media lainnya. Seiring berkembangnya teknologi informasi terutama peralatan elektronik yang dapat difungsikan menyerupai komputer dan alat pembaca e-book semisal Ipad, PDA, Blackberry, PC tablet, dan lain sebagainya, maka bahan pustaka sebagai sumber informasi mulai beralih dari bentuk tercetak menjadi elektronik atau digital seperti buku elektronik (e-book) dan jurnal elektronik (e-journal).

Era cyber space segera terwujud, ditandai dengan berbagai penyempurnaan sistem akibat lajunya perkembangan teknologi informasi dan komputer, serta tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya efisiensi dan globalisasi. Semuanya serba otomatis, cepat, dan efisien. Menurut penulis cyber bisa diartikan dimana semua terbentuk dalam sebuah system, dimana yang menjadi tulang punggungnya adalah


(12)

teknologi serta dunia maya atau internet, jadi perpustakaan cyber adalah dimana sebuah perpustakaan sudah menerapkan teknologi sebagai tulang punggungnya dalam menyediakan layanan.

Perpustakaan konvensional yang biasanya dikeluhkan dengan keterbatasan koleksi, dan jam buka tidak lagi menjadi masalah, karena perpustakaan ibarat pusat informasi dengan koleksi tanpa batas dan tidak mengenal waktu jam buka. Kapanpun dan dimanapun diperlukan, perpustakaan cyber siap melayani. Namun apalah daya kecanggihan teknologi yang ada di perpustakaan bila itu semua tidak dikelola dengan baik atau tidak didukung dengan sumber daya manusia yang cakap dalam menggunakan ataupun menerapkanya. Pustakawan sebagai man behind the machine memegang peranan utama, bagaimanapun juga pelayanan sebagai pintu gerbang utama memegang kendali atas paradigma sebuah perpustakaan. Untuk itu perlu adanya suatu peningkatan citra pustakawan, maka tidak akan berguna kecanggihan apapun dalam sebuah perpustakaan jika pustakawanya tidak bisa menggunakanya atau tidak bisa menerapkanya dengan optimal karena sumber daya manusia merupakan faktor paling penting dalam hal ini dimana perpustakaan adalah sebuah lembaga yang berorientasi pada layanan.

Adanya era perpustakaan cyber maka harus ada pula yang namanya pustakawan cyber untuk mengikuti perkembangan perpustakaan tersebut. Pustakawan cyber adalah pustakawan yang mampu mengoperasikan sistem teknologi informasi dan internet yang ada di perpustakaan maupun di luar perpustakan untuk memberikan atau


(13)

menelusur informasi demi meningkatkan layanan perpustakaan terhadap pemustaka.

Di Indonesia perkembangan ini juga menjadi sebuah masalah lain Khusunya di dunia perpustakaan, perkembangan yang sulit diikuti serta faktor lain seperti dana misalnya belum pula sarana dan prasarana membuat pustakawan sulit berkembang ke arah yang diinginkan. Di sisi lain penguasaan dan pemanfaatan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi masih terbatas, masih jauh ketinggalan dari negara lain. Pustakawan yang kebanyakan lahir di era yang berbeda dengan pemustaka sekarang yang lahir di era digital, membuat pustakawan mau tidak mau harus melakukan berbagai upaya peningkatan kompetensi diri dibidang teknologi dan internet untuk menjadi pustakawan cyber. Adanya tuntutan pengembangan kompetensi itu maka pustakawan dituntut pula mempunyai kompetensi baru, lingkungan dimana pustakawan bekerja banyak dalam hal akses ke berbagai informasi, peningkatan kecepatan dalam memperoleh informasi, kompleksitas yang lebih besar dalam menemukan, menganalisis dan menghubungkan informasi, teknologi yang terus berubah dan beradaptasi. Diluar kompetensi atau skill manajemen informasi, interpersonal, dan manajemen informasi, kini untuk menjadi pustakawan cyber.

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu perpustakaan tertua yang ada di lingkungan Universitas Indonesia. Perpustakaan dua lantai ini menyediakan buku


(14)

kedokteran, jurnal terbitan dalam dan luar negeri, serta berbagai penelitian yang dihasilkan sejak dulu. Fasilitas ini bertambah lengkap dengan adanya koneksi internet. Melalui FKUI Official Digital Library yaitu salah satu bentuk layanan koleksi perpustakaan dalam format digital ini memberikan akses bagi mahasiswa kedokteran, dokter umum, spesialis, hingga para konsulen untuk mempelajari ilmu kedokteran seluas-luasnya dan meng-upgrade pengetahuan medis dengan berbagai jurnal kedokteran terbaru. Perpustakaan FKUI ini juga dilengkapi dengan FKUI-DVL Medical Journal Center yaitu layanan koleksi jurnal medis yang dimiliki oleh perpustakaan FKUI yang dapat diakses oleh seluruh mahasiswa FKUI. Sistem ini dijalankan dan dikelola dengan baik oleh salah satu pustakawan disana yang sudah mahir dalam bidang teknologi dan dunia cyber.

Namun ada kekhawatiran lain yang timbul ketika si pustakawan ini sudah tidak bekerja lagi disana atau sudah berpindah tugas, siapa yang akan menjalankan dan mengelola sistem tersebut, maka dari itu diharuskanya ada re generasi kompetensi terhadap pustakawan yang lain agar sistem yang ada tetap berjalan dengan baik dan semestinya.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang upaya peningkatan kompetensi diri atau upaya pembelajaran pustakawan FKUI untuk mengimbangi perkembangan teknologi yang ada di perpustakaan FKUI, dalam rangka memberikan layanan yang jauh lebih baik melalui teknologi yang ada dan upaya menjadi pustakawan cyber. Penelitian tersebut penulis tuangkan dalam


(15)

sebuah skripsi berjudul “Upaya Pustakawan Perpustakaan Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia Menjadi Pustakawan Cyber” B. Pembatasan dan Perumusan masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penulisan yang lebih luas dari skripsi ini maka penulis membatasinya sebagai berikut:

a. Kompetensi IT pustakawan di Perpustakaan FKUI di era cyber. b. Upaya pustakawan FKUI untuk menjadi pustakawan cyber. 2. Perumusan Masalah

Melihat dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas, sebagai berikut:

a. Bagaimana kompetensi IT pustakawan di perpustakaan FKUI di era perpustakaan cyber?

b. Bagaimana upaya pembelajaran pustakawan perpustakaan FKUI menjadi pustakawan cyber?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kompetensi pustakawan FKUI di era perpustakaan cyber

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan pustakawan di perpustakaan FKUI untuk menjadi pustakawan cyber.

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada dunia pustakawan khususnya di era digital ini supaya para pustakawan mampu menjadi


(16)

pustakawan cyber dalam rangka mengikuti perkembangan teknologi di dunia perpustakaan dengan tujuan untuk memberikan layanan yang lebih baik lagi.

2. Memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis tentang upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengikuti perkembangan teknologi di dunia perpustakaan.


(17)

D. Sistematika penulisan

Dalam sitematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari bab I sampai dengan BAB V dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penilitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Literatur. Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang berkaitan dengan pustakawan dan kompetensi yang dimiliki dalam bidang teknologi dan informasi.

BAB III Gambaran Umum Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Bab ini akan membahas tentang gambaran umum perpustakaan FKUI, sejarah singkat sampai dengan support mereka dalam pernerapan teknologi di perpustaakaan FKUI.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini membahas tentang hasil penelitian, tentang upaya menjadi seorang pustakawan cyber.

BAB V Penutup. Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah melakukan penelitian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

8 BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Pendidikan Luar Sekolah

1. Pendidikan Informal dan Non Formal

Pendidikan informal tidak hanya paling tua, tetapi menurut sejarahnya juga paling banyak kegiatan dan paling luas jangkauanya. Manusia yang baru dilahirkan, perlu memperoleh pendidikan dari orang tua mereka guna mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sampai menjadi dewasa, namun juga sebagai manusaia dewasapun dapat berlaku proses pendidikan bagi dirinya guna meningkatkan sesuatu yang telah dimilkinya.informal dapat dilakuakan kapan saja dan dimana saja, dapat terlaksana kapan saja yang berarti pendidikan informal tidak terikat pada jam hari atau bulan tertentu. Pendidikan formal bisa dikatakan memang tidak di organisasi secara structural dan sama sekali tidak mengenal tingkatan umur maupun keterampilan dan pegetahuan.1

Pendidikan nonformal adalah peningkatan dari penididikan informal, dalam keadaan terbatas pendidikan informal dapat berlangsung terus menerus, akan teteapi tidak demikian dalam masyarakat yang sudah kompleks, dengan system pembagian kerja yang tajam, maka pendidikan informal kurang memberikan kepuasan pada manusia yang membutuhjkan pendidikan yang diperlukan mereka. Pendidikan

1

Soelaiman Joesoef, konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,1992) hlm.63-65


(19)

informal yang selama ini berlangsung, dirasa kurang efektif dan efisien baik bagi anak didik maupun pendidikan itu sendiri, sehingga diperlukan peningkatan. Di lain pihak untuk memberi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan maka diperlukan orang-orang yang pandai dalam member dan melatih orang lain, dimana orang-orang ini seperti ini tidak bisa lagi dipenuhi oleh orang tua atau orang-orang pada umumnya. Uraian tersebut melahirkan system pendidikan nonformal yang semakin kompleks, tidak hanya isinya namun juga sasaran populasinya.2

2. Wadah Kegiatan Belajar Luar Sekolah

Satuan pendidkan luar sekolah adalah wahana untuk melaksanakan program-program belajar dalam usaha menciptakan suasana yang menunjang perkembangan peserta didik dalam kaitanya dengan peluasan wawasan peningkatan keterampilan dan kesejahteraan keluarga, oleh karena itu bentuk-bentuk kegiatan pendidikan luar sekolah meliputi:

a. Kursus

Kursus adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Kursus tetap memenuhi unsure-unsur belajar seperti warga belajar, sumber belajar, program belajar, tempat belajar dan fasilitas, belajar. Sistem pengajaran dapat berupa ceramah, diskusi, latihan, praktek dan penugasan. Dan pada akhir kursu ada evaluasi untuk menentukan keberhasilan.

2


(20)

b. Kelompok Belajar

Kelompok belajar adalah lembaga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu tergantung kepada kebutuhan warga belajar. Program belajar dapat berupa paket-paket belajar dan dapat disusun bersama antara sumber belajar dan warga belajar. Sumber belajar dapat berperan sebagai tutor/fasilitator dan dapat pula sebagai pendidik.

c. Pusat Pemagangan

Pusat pemagangan adalah suatu lembaga kegiatan belajar mengajar yang merupakan pusat kegiatan kerja sehingga warga belajar dapat belajar dan bekerja, dalam hal ini ada dua macam:

1. Apprenti Peship

Peserta didik belum memiliki bekal keterampilan tertentu hingga ia belajar suatu keterampilan dan kemudian memanfaatkan keterampilan tersebut untuk bermata pencaharian.

2. Internaship

Peserta didik telah memiliki keterampilan tertentu sehingga mereka sebenarnya bekerja-belajar dan oleh karena itu mereka mengetahui bagaimana bermata pencaharian.3

3


(21)

Pusat Kegiatan Belajar Luar sekolah, antara lain: a. Keluarga

Keluarga adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh sesorang, dimana proses belajar yang terjadi tidak berstruktur, dan pelaksanaanya tidak terikat oleh waktu.

b. Belajar Mandiri

Dipihak lain setiap individu dapat belajar sendiri dimanapun dan kapanpun melalui buku-buku, bacaan ilmiah, modul, buku paket dan lain sebagainya.

c. Kegiatan Lain

Seringkali terdapat adah lain yang kegiatanya dapat menunjuang kegiatan pendidikan luar sekolah. Kegiatan ini dapat meliputi penyuluhan, seminar, dakwah, lokakarya, diskusi panel, dan sebagainya.4

B. Perpustakaan dan Pustakawan Cyber 1. Perpustakaan Digital

Sebelum adanya perpustakaan cyber kita telah mengenal perpustakaan digital terlebih dahulu karna dari perpustakaan digital ini lah perpustakaan cyber muncul. Perpustakaan digital Pada dasarnya sama saja dengan perpustakaan konvensional, hanya saja perpustakaan digital menggunakan prosedur kerja berbasis komputer serta sumber daya digital. Perpustakaan digital menawarkan kemudahan bagi para pemakai untuk mengakses informasi atau seumber-sumber dalam


(22)

bentuk elektronik dengan menyenangkan. Pengguna bisa menggunakan sumber informasi tanpa harus memikirkan jam operasional perpustakaan yang ada pada perpustakaan konvensional. 5

Belum ada standar sebagai acuan untuk mendefinisikan secara jelas perpustakaan digital, namun banyak definisi yang beredar seperti berikut: perpustakaan digital adalah sistem dimana perpustakaan menggunakan media elektronik dalam menyampaikan informasi dan sumber-seumber yang dimilikinya. Media elektronik tersebut bisa berupa komputer, telepon, internet, dan sebagainya.6

National Science Foundation akhirnya mendaftar tiga karakteristik utama perpustakaan digital yaitu yang pertama, Memakai teknologi yang mengintegrasikan kemampuan menciptakan, mencari, dan menggunakan informasi dalam berbagai betuk di dalam sebuah jaringan digital yang tersebar luas,

“Digital libraries are a set of electronic resources and associated technical capabilities for creating, searching, and using information. In this sense they are an extension and enhancement of information storage and retrieval systems that manipulate digital data in any medium (text, image, sounds) and exist in distributed network”

Sedangkan yang kedua adalah, Memiliki koleksi yang mencakup data dan mendata yang saling mengaitkan berbagai data, baik di lingkungan internal maupun eksternal

5

Abdur rahman Saleh, Membangun Perpustakaan Digital Step by step, (Jakarta: Sagung seto, 2010) hlm. 2.


(23)

(The content of digital libraries includes data, metadata that describes various aspects of the data, and metadata that consist of links or relationships to other metadata, whether internal or external to digital library)”

Dan yang ketiga adalah, Merupakan kegiatan mengoleksi dan mengatur sumber daya digital yang dikembangkan bersama-sama komunits pemakai jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi komunitas tersebut. Oleh sebab itu, perpustakaan digital merupakan integrasi berbagai institusi, seperti perpustakaan, museum, arsip, dan sekolah yang memilih, mengoleksi, mengelola, merawat, dan menyediakan informasi secara meluas ke berbagai komunitas,

“Digital library are constructed –collected and organized- by (and for a community of users and their functional capabilities to support the information needs and uses of that community. In this sense they are an extension, enhancement, and integration of a variety of information institution as physical places where resources are selected, collected, organized, preserved, and accessed in support of a user community. These information institutions includes, among other, libraries, museums, archives, and schools, but digital libraries also extend and serve other community settings, including classrooms, offices, laboratories, homes, and public spaces”

Ketiga karakteristik di atas akhirnya melengkapi pengertian dasar tentang perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang melibatkan infrastruktur dalam pengertian lebih luas daripada sekadar penggunaan teknologi informasi.7

2. Perpustakaan Cyber

Sebelum tahun 1994 dan ketersediaan internet, media perpustakaan benar-benar terikat oleh tempat, ukuran, koleksi, dan waktu, namun kini

7 Putu Laxman pendit, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya Karsa


(24)

dengan adanya ketersediaan internet, kemampuan untuk merancang dan membangun perpustakaan yang awalnya hanya ada dalam mimpi bisa dilakukan dengan semalam. Ukuran koleksi yang tidak terbatas, penyiangan dan akuisisi bisa dilakukan dengan sekali klik di berbagai lokasi. Bhan- bahan koleksi yang bisa di akses di lokasi internet setiap hari dan setiap saat yang di inginkan yang ditawarkan oleh perpustakaan cyber.8

Sulit untuk menyepakati sebuah definisi yang tepat dari “perpustakaan

cyber” bahkan penelitian dari asosiasi perpustakaan pun tidak dapat mendefinisikannya dengan ringkas, namun dengan mengidentifikasi karakteristk umum untuk sebuah perpustakaan cyber, yaitu:

a. Perpustakaan cyber lebih dari satu entitas

b. Menggunakan teknologi yang menghubungkan banyak sumber daya c. Hubungan antara berbagai perustakaan cyber dan layanan informasi

yang transparan kepada pengguna

d. Koleksi tidak terbatas terhadap materi cetak dan juga mencakup format materi tidak pernah didistribusikan dengan format cetak

Perpustakaan cyber adalah sebagai perpustakaan yang tidak dibatasi oleh ruang, lokasi geografis, atau jenis tertentu dari sistem komputer. Perpustakaan cyber bisa sesederhana sebagai halaman rumah yang dihubungkan dengn koleksi elektronik, database,dan sumberdaya internet lain yang sudah ada. Menerapkan ini dibutuhkan keahlian professional dalam memilih mengelompokan dan mengevaluasi bahan untuk

8


(25)

pencantuman di perpustakaan cyber yang selanjutnya bisa disebut dengan pustakawan cyber. Pustakawan cyber perlu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kurikulum dan isi yang dapat di akses seperti teks dan situs internet. Unsur-unsur ini merupakan blok bangunan untuk apa yang disebut perpustakaan cyber. Alasan utama untuk menciptakan perpustakaan cyber adalah bahwa itu adalah sarana yang paling efektif untuk menyampaikan informasi, jauh lebih daripada yang mungkin di masa lalu.9

Perpustakaan cyber genereasi pertama salah satunya adalah proyek Gutenberg Mantan perpustakaan digital yang terdidi dari ribuan buku teks lengkap seperti Red Badge of Courage, The Scarleet Letter, dan War of the World yang telah dikonversi dari format cetak ke format digital dan dapat diakses scara gratis. Ruang lingkup koleksi proyek Gutenberg cenderung klasik dan buku-buku yang diterbitkan sebelum tahun 1920, buku yang ditulis cenderung klasik dan buku-buku yang tidak lagi dilindungi oleh undang-undang hak cipta yang ada dan berada dalam domain publik.

Perpustakaan cyber generasi pertama lainya adalah The On-Line Page adala perpustakaan yang menyediakan akses ke ribuan buku yang bisa dibaca pengguna di internet, Markus Ockerbloom pemilik situs ini, juga menambahkan arsip serial. Sebuah situs yang memberikan akses gratis ke artikel teks lengkap dari majalah, membuat tambahan lain yang berguna untuk perpustakaan dan pengguna. Kedua perpustakaan cyber diatas

9


(26)

dianggap perpustakaan cyber generasi pertama karena karakteristik sebagai berikut, mereka tidak menawarkan mesin pencari yang mendukung beberapa jalur akses. Proyek Gutenberg memungkinkan pengguna untuk mencari indeks judul dan penulis untuk mengkonfirmasi jika mereka ingin mengakses buku dalam database, tapi tidak mendukung Boolean atau isi pencarian. Pengguna tidak dapat merumuskan strategi pencarian, mereka tidak mencari berdasarkan nama, karakter atau

masukan istilah sastra seperti “ironisnya” dan menerima daftar judul

sastra yang berisi contoh-contoh dari istilah tersebut, mereka hanya mencari buku dengan indeks atau daftar isi. Perpustakaan cyber generasi kedua. Perpustakaan cyber generasi kedua mengandung bahan dan format yang tidak pernah diterbitkan dalam bentuk cetak dan hanya ada dalam format elektronik seperti email dan faks. Aspek yang paling penting adalah bagaimanapun mereka terus berbagi dengan generasi pertama, kebanyakan dari mereka masih berbasis untuk pengguna. The American Memory Project (http://rs6.loc.gov/amhome.html) yang di sponsori oleh Library of Congress, adalah contoh generasi kedua yang baik. Pengguna dapat menelusuri bebas melalui koleksi dan pameran sejarah budaya amerika yang berisi full teks, pamphlet, brosur, broadsides, buku harian, laporan, surat, lagu, gambar, poster, video klip, dan banyak lagi. Koleksi yang dicari dengan kata kunci judul, dan subjek, dan mendukung logika Boolean. Perpustakaan cyber generasi ketiga. Banyak dari perpustakaan cyber generasi ketiga berbagi semua elemen dan fitur dari generasi kedua namun ada tiga pengecualian.


(27)

Generasi ketiga menganakan biaya untuk mengakses dan menetak isi, memberikan ruang kerja pribadi untuk menyorot dan menjelaskan teks dan secara otomatis menghasilkan catatan kaki dan bibliografi, dua tambahan terakhir membuat perpustakaan cyber semakin interaktif, dan ini adalah karaktersitik yang membadakan perpustakaan cyber generasi ketiga.10

Dalam dua tahun terakhir, tiga vendor dan satu lembaga pendidikan telah merancang perpustakaan cyber yang menawarkan koleksi berisi buku-buku teks lengkap, artikel, dokumen dan sumber-sumber primer dalam berbagai bidang studi. Koleksi masing-masing perpustakaan dapat dicari dari berbagai jalur akses termasuk daftar isi, kata kunci, subjek, penulis dan judul. Mesin pencari mereka mendukung perangkat lunak canggih yang memungkinkan pengguna untuk mencari seluruh isi item dengan logika Boolean dan kosakata yang tidak terkontrol. Mereka mendukung catatan secara online mengambil dalam teks dan meminjamkan untuk mentransfer isi tekstual menjadi sebuah dokumen dan dioalah dengan menggunakan Cutting dan Paste.11

3. Kompetensi

Kompetensi adalah seseorang yang menguasai pekerjaannya, memiliki motivasi, mempunyai kemampuan, memiliki keterampilan serta secara konsisten menjalankan tanggung jawab dengan standar yang ditetapkan. Menurut Nanan khasanah, ciri-ciri kompetensi ada dua jenis yaitu:

10

Ibid, hlm 80-82.


(28)

1. Kompetensi profesional yaitu yang terkait dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan perpustakaan dan informasi.

2. Kompetensi Individu, yang, menggambarkan satu kesatuan perilaku dan nilai yang dimiliki pustakawan agar dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.

Kompetensi profesional merupakan hal penting yang harus di miliki oleh pustakawan dalam membangun suatu perpustakaan, keterampilannya dalam bidang teknologi informasi harus bisa bersaing dengan kompetensi yang lain melalui komitmen belajar dan pengembangan pendidikan berkelanjutan. Sedangkan kompetensi individu yaitu seorang pustakawan harus mempunyai sifat positif, fleksibel dalam menerima setiap perubahan dan mampu menjadi partner yang baik dalam setiap proses aktivitas.12

12

Nanan Khasanah. “Kompetensi pustakawan di Era Perpustakaan Digital”. Disampaikan dalam Pelatihan perpustakaan Digital untuk pustakawan di lingkungan PMPTK


(29)

4. Pustakawan

IPI atau Ikatan Pustakawan Indonesia pada kode atiknya memberikan pengertian pustakawan yaitu, pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Sosok pustakawan yang ideal khusunya di Indonesia adalah,

a. Aspek Profesional

Pustakawan Indonesia berpendidikan formal ilmu perpustakaan. Pustakawan dituntut gemar membaca, terampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas luas, berorientasi kedepan, mampu menyerap ilmu lain, objektif (berorientasi pada data), generalis disatu sisi, tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu dipihak lain, berwawasan lingkungan, mentaati lingkungan, mentaati etika profesi pustakawan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya dibidang kepustakawanan dan mampu melaksanakan penelitian serta penyuluhan.

b. Aspek Kepribadian dan Perilaku

Pustakawan Indonesia harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral pancasila, mempunyai tanggung jawab sosial, dan kesetiakawanan, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas tinggi terhadap profesi, luwes, komunikatif, dan bersikap suka melayani, ramah dan simpatik, terbuka terhadap kritik dan saran. Selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu


(30)

dan teknologi,disiplin tinggi dan menjunjung tinggi etika kepustakawanan Indonesia.13

5. Kompetensi Pustakawan

Pustakawan yang ideal setiaknya memiliki kompetensi dasar terkait bidang-bidang pusdokinfo, kompetensi pustakawan yang harus dimiliki antara lain,

a. Skill Manajemen Informasi

1. Pencarian Informasi (Information Seeking)

- Mendefinisikan kebutuhan informasi

mengidentifikasikan kebutuhan pemkai, mengenali beragan jenis penggunaan informasi oleh pemakai, menempatkan informasi yang dibutuhkan dalam suatu kerangka referensi (Who, what, when, where, how, why), menghubungkan informasi yang dibutuhkan dengan domain pengetahuan, dan mendefinisikan masalah informasi menggunakan beragam skill tanya jawab.

- Melakukan penelusuran.

Mempunyai skill dasar penelusuran informasi, kemampuan navigasi sistem sumberdaya elektronis, pengetahuan dasar tentang beragam sumber informasi yang tidak tersedia bentuk elektronis seperti bentuk cetak, dan lain-lain. Mengetahui sumber-sumber Informasi baik eksternal maupun internal, mengetahui sumber mana saja yang dapat

13 Basyral Hamidy harahap, Kiprah Pustakawan Seperempat Ikatan Pustakawan


(31)

diandalkan

- Memformulasikan strategi penelusuran

Mensyaratkan pengetahuan yang mendasar dan komperhensif, sumberdaya informasi yang tepat termasuk strukturnya. Skill tentang suatu subjek juga perlu. Kemampuan lain yang dibutuhkan mampu mendiskusikan berbagai masukan, memilih alat penelusuran, mengidentifikasi kata kunci, konsep tajuk subyek, deksriptor, dan mengidentifikasi kriteria untuk mengevaluasi sumber informasi.

2. Penggunaan Informasi (InformationUse)

- Evaluasi sumber informasi yang didapat:

Menentukan otoritatif, kebaruan, dan kualitas kehandalan relevansi

- Menilai informasi yang didapat:

melihat secara cepat ide utama dan katakunci, membedakan antara fakta, opini, propaganda, sudut pandang dan bisa melihat kesalahan dalam logika. Akan lebih baik bila pustakawan juga punya skill dalam melakukan Framing Analysis yang akan sangat berguna dalam melihat beragam sudut pandang media. - Mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber berbeda:

Klasifikasi informasi, mengenali hubungan antar konsep, mengidentifikasi konflik dan kesamaan berbagai sumber. - Memilah Infromasi:


(32)

dianggap tidak perlu - Interpretasi informasi:

Meringkas dan identifikasi detail informasi yang relevan, organisasi dan menganalisa informasi, membandingkan dengan sember permasalahan yang ingin dipecahkan serta menggambarkan sebuah kesimpulan.

3. Penciptaan Informasi.

Output dari pembuatan informasi adalah produk yang bisa membantu pemakai dalam mengambil keputusan. Format yang digunakan bisa beragam tergantung preferensi pemakai. Dalam membuat informasi, kemampuan yang penting adalah, kemas Ulang Informasi (Information Repackaging). Dalam melakukan Kemas Ulang Informasi, hal-hal penting yang harus diperhatikan:

- menentukan tujuan kemas ulang informasi

- menentukan isi yang dianggap penting (key content)

- memilih format yang tepat (tertulis, oral, visual) tergantung audiens dan tujuan

- mengerti implikasi legal dari suatu proses kemas ulang informasi

- menyediakan panduan, dokumentasi dan referensi. 4. Organisasi Informasi.


(33)

informasi. Beberapa skill yang membantu pustakawan agar pemakai mudah dalam mencari dan menggunakan informasi adalah:

- Melakukan abstraksi (abstracting).

Kemampuan untuk menulis ringkasan sesuatu yang membuat pembaca bisa menangkap dengan jelas relevansinya dan pentingnya informasi yang ingin disampaikan.

- Melakukan pengindeksan (indexing). Menggunakan sistem klasifikasi atau taksonomi (tesaurus, tajuk subyek) yang ada. - Melakukan retensi atau review.

5. Penyebaran Informasi.

- Kemampuan menyampaikan dan mempromosikan

(marketing) ide-ide secara jelas dalam berbagai bentuk (tertulis, oral, presentasi).

- Mendengar dan mengevaluasi opini dan informasi dari orang lain.

- Menggunakan berbagai perangkat TI yang punya unsur interaktifitas tinggi seperti portal yang memudahkan berbagi informasi.

- Memfasilitasi berbagai bentuk forum berbagi informasi (sharing knowledge forum) antar pemakai.

b. Skill Interpersonal


(34)

dengan pemakai dan sesama rekan kerja:

- Kemampuan berkomunikasi dengan efektif dan bisa mempengaruhi orang lain. Mampu memberikan presentasi dengan jelas, komunikasi tertulis, dengan ejaan, struktur dan isi yang jelas. Berkomunikasi dengan interaktif dan mampu memberikan pandangan dari beragam perspektif.

- Kemampuan mendengar. Mampu mendengarkan dan mendiskusikan pendapat orang lain dari beragam sudut pandang dan bisa mendapatkan ide dari pendapat orang lain. Serta mampu memberikan komentar yang konstruktif.

- Mampu memberikan feedback yang baik bagi beragam situasi yang dihadapi orang lain.

- Mampu mengatasi konflik dengan memberikan respon yang tepat dalam beragam situasi. Bisa memberikan alasan bila tidak setuju terhadap sesuatu, memahami posisi dan kepentingan dalam sebuah konflik dan bisa memberikan win-win solutions.

- Menggunakan mekanisme formal dan informal dalam menjaga hubungan baik dengan sesama staf maupun pemakai perpustakaan. Seperti membuat Foccus Group Discussion, kuesioner, dan analisa complain.

- Mampu membangun tim dan memotivasi orang lain, seperti menghargai kontribusi individu.


(35)

- Mau melakukan suatu inisiatif tanpa harus disuruh ( self-initiation)

- Kemampuan untuk bekerjasama dalam sebuah tim. - Cerdas dan mampu melakukan sesuatu terfokus. - Punya jiwa Entrepreneurship.

c. Skill Manajemen

- Administrasi. Mampu membuat sistem administrasi yang baik bagi berbagai kegiatan yang dilakukan.

- Memahami proses kegiatan sebuah perpustakaan dan kegiatan lain yang terkait.

- Manajemen Perubahan. Mampu mengatur berbagai kemungkinan yang bisa timbul dari suatu perubahan.

- Melakukan koordinasi dengan bagian lain yang terkait. - Kepemimpinan. Mempunyai karakter kepemimpinan yang

menonjol.

- Pengukuran Mampu melakukan pengukuran terhadap kinerja dan dampaknya terhadap layanan perpustakaan. - Manajemen sumber daya manusia.

- Manajemen proyek. mampu memimpin dan mengatur sebuah proyek.

- Relationship Management. Mampu menjaga hubungan baik dengan sesama pustakawan dan pemakai perpustakaan.

- Team Building. Mampu membangun tim kerja yang kompak dan bisa mencapai tujuan yang telah ditentukan.


(36)

- Manajemen waktu.

- Pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia. Mampu menganalisa skill yang dibutuhkan dan memberikan pelatihan yang diperlukan.

- Mampu melakukan perencanaan-perencanaan strategis dan implementasi nya.14

6. Pustakawan Cyber

Pustakawan cyber adalah spesialis informasi profesional, dapat mengelola perpustakaan cyber, mengkombinasikannya secara profesional untuk perencanaan, data mining, penggalian pengetahuan, layanan rujukan digital, layanan informasi digital, representasi informasi, ekstraksi, distribusi informasi, koordinasi, www, akses dan penelusuran multimedia. Peran pustakawan dalam membantu pemakai melakukan penelusuran secara cepat, tepat dan akurat ini disebabkan banyaknya informasi yang tersebar di internet yang bisa saja merupakan informasi ”sampah”.15

Dari uraian ini jelaslah bahwa pustakwan memegang peranan penting dalam menyajikan informasi yang diperlukan oleh pemakai serta pustakawan cyber memainkan peran yang dinamis, kecepatan dan ketepatan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan oleh pemakai untuk keperluan pendidikan dan pelatihan

14

Ishak, Pengelolaan Perpustakaan Berbasis teknologi Informasi, Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008

15

Nanan Khasanah, Kompetensi pustakawan di Era Perpustakaan Digital, Disampaikan dalam Pelatihan perpustakaan Digital untuk pustakawan di Lingkungan PMPTK se-Indonesia, Institut Teknologi Bandung, 2008.


(37)

serta pengembangan diri.16 7. Kompetensi Pustakawan Cyber

Untuk mengelola perpustakaan cyber, pustakawan harus mempunyai kemampuan khusus yang berhubungan dengan dunia digital, World Wild Web dan lainya untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas perpustakaan juga pengembangan kemampuan diri. Kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi informasi untuk membantu semua proses kerja memerlukan beberapa skill TI yang diperlukan antara lain,

- Desain Database dan Manajemen database - Data Warehousing

- Penerbitan elektronik - Perangkat keras - Arsitektur Informasi

- Sumber Informasi Elektronik - Integrasi Informasi

- Desain Intranet/Extranet - Aplikasi perangkat lunak - Pemrogaman

- Workflow/Alur Kerja

- Pemrosesan Teks (Text Processing) - Metadata

16

Kenneth C Laudon, Sistem informasi manajemen: mengelola perpustakaan digitalEdisi


(38)

- Perangkat lunak untuk manajemen informasi (Information Management tools)17

C. Hubungan Antar Konsep

Pustakawan adalah seorang pekerja informasi yang professional dalam memberikan layanan di bidang jasa informasi kepada pemustaka. Seiring berjalannya waktu, perpustakaan yang dulu dioperasikan dengan serba manual kini telah berganti menjadi serba digital, hadirnya teknologi saat ini menyentuh segala aspek tidak terkecuali perpustakaan.

Hadirnya teknologi di perpustakaan tentu mengharuskan pustakawan masa kini meningkatkan kompetensi mereka demi memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pemustaka. Bagaimana upaya pustakawan meningkatkan kompetensi mereka, upaya apa saja yang dilakukan hingga hasil apa saja yang ada atas upaya mereka tersebut alam hal tingkah laku atau sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) pustakawan FKUI. Dari sini akan membentuk kerangka atau pola pikir si pustakawan dalam menyambut hadirnya teknologi di perpustakaan, bagaimana mereka bersikap atau menyikapi hadirnya teknologi di perpustakaan, bagaimana mereka menambah pengetahuan tentang teknologi, dan bagaimana keterampilan mereka dalam menggunakan teknologi yang ada saat ini sehingga mereka bisa disebut pustakawan cyber.

17


(39)

D. Penelitian sejenis

Penelitian mengenai upaya pustakawan sebelumnya sudah dilakukan, namun penelitian tersebut membahas tentang upaya pustakawan dalam memberikan layanan kepada pengguna, yang dituangkan dalam sebuah penelitian berjudul “Usaha Pustakawan dalam Meningkatkan Kualitas Layanan di Perpustakaan FIB UI” yang dilakukan oleh Nurazizah pada tahun 2008.

Penelitian di atas sama-sama membahas tentang upaya pustakawan namun yang menjadi perbedaan adalah, penelitian yang di lakukan sebelumnya berkaitan dengan layanan yang akan dihasilkan sedangkan yang penulis teliti saat ini adalah bagaimana upaya pustakawan dalam meningkatkan kompetensi dirinya sendiri, lokasi dan waktu penilitian pun berbeda.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Gatot Subrata S.kom

tentang “Upaya Pengembangan Kinerja Pustakawan Perguruan

Tinggi Di Era Globalisasi Informasi”, penelitian ini melihat bagaimana

pustakawan perguruan tinggi dituntut untuk lebih profesional, berkualitas, berpengetahuan, berketerampilan yang tinggi dan memiliki sikap dan upaya pengembangan pengetahuan dan kemampuan (keterampilan) pustakawan yang relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo). Perbedaan dengan penelitian yang penulis teliti saat ini adalah penelitian penulis lebih di khususkan terhadap upaya pengembangan kompetensi pustakawan ke arah teknologi dan dunia cyber.


(40)

30

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu seperti apa adanya. Pendekatan penelitian penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yang menurut Bofdan dan Taylor dalam buku metode penelitian kualitatif yang dibuat oleh Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lissan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1

B. Informan

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan dalam penelitian ini untuk memberikan informasi tentang kondisi penelitian. Penentuan informan ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian. Dalam penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah tiga orang pustakawan FKUI yaitu, Pak Agung Waris Widodo, Pak Rudi Hartono, dan Pak Beny, dua diantaranya adalah pustakawan TI di FKUI.

C. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data

1


(41)

primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian.

D. Teknik Analisis data

Data akan di analisa melalui tiga tahapan yaitu: 1. Reduksi data

Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara mendalam dan kajian pustaka yang dicatat dengan rinci, mengelompokan, dan memfokuskan pada hal penting, dengan demikian data yang di dapat bisa memberikan gambaran jelas. 2. Penyajian data

Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan

Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif, penulis buatkan kesimpulan yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah.


(42)

32 BAB IV

PROFIL, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Tentang Perpustakaan FKUI

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan salah satu perpustakaan tertua yang ada di lingkungan Universitas Indonesia. Sebagai sebuah perpustakaan kedokteran yang tertua di Jakarta, bahkan di Indonesia, maka tidak heran apabila perpustakaan FKUI mempunyai sejumlah koleksi yang berasal dari abad ke 16 M, 17 M, 18 M serta 19 M. Koleksi buku tua tersebut tidak terlepas dari sejarah pendidikan kedokteran di Indonesia yang dimulai dari berdirinya Sekolah Dokter Jawa pada tahun 1849 yang kemudian berubah menjadi GHS. Pada masa penjajahan Jepang pendidikan kedokteran di Indonesia menjadi Ika Daigaku sampai akhirnya di tahun 1950 berdiri Universitas Indonesia yang membawahi Fakultas Kedokteran. Sampai saat ini beberapa koleksi tua tersebut masih bisa dilihat dan dibaca dengan baik.

Menjaga integritas sebagai fakultas tertua di Indonesia penghasil sarjana medis terbesar di seluruh negeri, FKUI menyediakan Perpustakaan sebagai sarana belajar sekaligus tempat mengembangkan ilmu. Tidak hanya berisi buku teks mengenai dasar ilmu medis ataupun panduan tata alir berbagai penyakit, perpustakaan FKUI juga didesain sebagai tempat yang nyaman bagi para mahasiswa dan staf pengajar untuk bertukar pengetahuan.


(43)

Untuk Sementara ini Perpustakaan FKUI terletak di Wisma Parasitologi (samping Departemen Patalogi Anatomi FKUI-RSCM) dan Wisma Rini (Jl. Otista Raya) sampai menunggu bangunan MERC-FKUI rampung. Perpustakaan FKUI Wisma Parasitologi melayankan koleksi textbook (buku) dan majalah terbitan 1995 sampai sekarang, eJournal, eBook, Disertasi, dan Komputer untuk akses database yang kami langgan, fasilitas ini bertambah lengkap dengan adanya koneksi internet melalui FKUI Official Digital Library. Perpustakaan digital ini memberikan akses bagi mahasiswa kedokteran, dokter umum, spesialis, hingga para konsulen untuk mempelajari ilmu kedokteran seluas-luasnya dan meng-upgrade pengetahuan medis dengan berbagai jurnal kedokteran terbaru. Selain itu, perpustakaan FKUI ini juga dilengkapi dengan FKUI-Takeda Medical Journal Center yang menjadi pelengkap eJournal Perpustakaan FKUI. Sedangkan Wisma Rini melayankan textbook (buku) dan majalah terbitan dibawah 1995, dan UI-ana (Skripsi, dan Tesis).

Perpustakaan FKUI mempunyai koleksi buku mengenai kedokteran dan kesehatan sebanyak kurang lebih 9000 judul. Selain itu perpustakaan FKUI melalui perpustakaan UI melanggan beberapa database atau pangkalan data yang memuat beribu judul jurnal tentang kesehatan.

2. Keanggotaan (Membership)

Sivitas Akademika (siva) FK UI memiliki hak untuk menjadi anggota Perpustakaan FK UI. Baik itu staf pengajar, administrasi, dosen, maupun mahasiswa. Untuk dapat meminjam koleksi yang tersedia,


(44)

setiap siva harus terdaftar dalam pangkalan data keanggotaan Perpustakaan FK UI. Berikut tata cara (prosedur) pendaftarannya :

a. Mahasiswa (S1, S2, PPDS, dan S3) Fakultas Kedokteran UI yang masih aktif, untuk staff atau dosen FKUI disesuaikan dengan peraturan yang berlaku di Unit Kerja

b. Sudah melunasi kewajiban dengan membayar uang semester yang akan ditempuh

c. Membawa KTM atau Kartu PUI (untuk staff/dosen)

d. Masa aktif keanggotaan berlaku tiap semester dan bisa ditambah masa berlakunya (update) kembali setiap semester setelah melunasi kewajiban dengan membayar uang semester

e. Keanggotaan aktif adalah keanggotaan yang masih terdapat masa aktifnya, sehingga anggota bisa mengisi absen dikomputer (buku tamu depan pintu masuk Perpustakaan FKUI), memiliki hak untuk meminjam buku serta dapat memanfaatkan menu anggota pada system otomasi perpustakaan FKUI (lontar) dan fasitilitas remote access e-journal yang kami langgan

f. Keanggotaan non-aktif adalah keanggotaan yang masih bisa mengisi buku tamu pada komputer, tetapi tidak memiliki hak untuk meminjam buku. Hanya untuk kunjungan perpustakaan saja,

g. Mahasiswa (S1, S2, PPDS, dan S3) atau staff dan dosen Fakultas Kedokteran UI langsung datang ke Perpustakaan FKUI (Wisma


(45)

Parasitologi) dengan membawa KTM atau Kartu PUI atau bisa pra-pendaftaran ONLINE di website Perpustakaan FKUI

h. Untuk mahasiswa dipastikan selalu mengingat username dan password SIAK NG dan staff/dosen mengingat username dan password SIPEG juga pengambilan foto untuk keperluan Verifikasi keanggotaan

i. Untuk proses verifikasi, mahasiswa (S1, S2, PPDS, dan S3) dan staff/dosen bisa langsung menemui Pustakawan FKUI (Bpk. Ujang, Jevi, Beny, dan Wido) di Perpustakaan FKUI (Wisma Parasitologi)

j. Proses penginputan data keanggotaan dilakukan secara mandiri di Perpustakaan FKUI atau bisa dilakukan secara online.

k. Perpustakaan FKUI tidak menerbitkan Kartu Keanggotaan Perpustakaan. Perpustakaan FKUI hanya menggunakan KTM dan Kartu PUI yang sudah terdaftar menjadi anggota untuk proses peminjaman buku.

3. Layanan Perpustakaan FKUI

a. Sirkulasi

Layanan sirkulasi (buku) terdapat pada di Perpustakaan FKUI (Wisma Parasitologi), setelah terdaftar sebagai anggota Perpustakaan, Pemustaka dapat meminjam bahan pustaka yang tersedia di Perpustakaan FK UI. Bahan pustaka yang dapat dipinjam (dan dibawa pulang) adalah koleksi buku yang berada di


(46)

Perpustakaan FKUI (Wisma Parasitologi). Untuk peminjaman buku, prosedur yang dilakukan adalah:

1. Pemustaka mencari data koleksi yang diinginkan melalui Katalog Online

2. Setelah mendapat informasi koleksi yang diinginkan, Pemustaka dapat mencari secara mandiri buku di ruang koleksi.

3. Untuk melakukan peminjaman, pemustaka membawa buku yang dipinjam (max. 2 buku) ke meja sirkulasi, Petugas akan meminta Pemustaka untuk memperlihatkan kartu mahasiswa / NPM lalu, setelah peminjaman tercatat pada pangkalan data, pemustaka dapat membawa pulang koleksi yang sudah dipinjam dan dikembalikan sesuai dengan tanggal pengembalian yang tercatat pada bagian dalam belakang buku. Maksimal peminjaman 2 buku, Status keanggotaan Perpustakaan FKUI aktif, denda keterlambatan buku b. Layanan Prima

Adalah salah satu diantara banyaknya program perpustakaan FKUI, layanan prima adalah program yang bias dibilang cukup unik dan seru untuk para pengguna, program prima antara lain,

1. Sharing Sesion

Perpustakaan FKUI terus melakukan perubahan seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Juga tren dimana perpustakaan menjadi tempat pusat kegiatan baik itu sosial


(47)

maupun ilmiah yang terjadi di masyarakat. Mengikuti hal tersebut, khususnya dalam hal literasi informasi, Perpustakaan FK UI ingin menerapkan Libqual System (Library Quality) yaitu layanan prima bagi pemustaka. Sebagai salah satu kegiatan layanan prima bagi pemustaka, Perpustakaan FKUI

akan melakukan kegiatan “sharing session” yaitu agenda rutin (setahun 2x). Acara ini dapat berupa diskusi mengenai topik tertentu di bidang kedokteran atau lainya. Bisa juga berupa bedah buku atau workshop/pelatihan. Tentunya dalam acara tersebut akan mengundang narasumber yang berkompeten dibidangnya. Sharing session 2013 adalah contoh layanan prima Perpustakaan FKUI, dilaksanakan pada #SharingSession On April bersama dr. Arifianto, SpA dengan sharing session ini mengambil tema “Anak Sehat Berasal dari Orang Tua

yang Cermat” dan #SharingSession On June, bekerja sama dengan Komunitas Sukses Mulia Jakarta, acara sharing session kali ini mengusung tema Ontrepreanur dengan menghadirkan seorang trainer dan konsultan Leadership Execution and Service Quality, Brili Agung Zaky Pradika.

2. Cinemon

CineMon adalah program baru Perpustakaan FKUI, masih dari Layanan Prima Perpustakaan FKUI. Program yang memutar film box office yang cukup baru di ruang diskusi


(48)

Perpustakaan FKUI. CineMon (Cinema Monday) hanya memutar film di hari Senin pada jam operasional perpustakaan. Jadi para dokter dan mahasiswa yang hobi nonton, program ini membantu anda agar selalu up to date film – film terbaru Box Office atau Domestik.

3. Layanan e- Book dan Journal

Untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustaka, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tengah berlangganan e-book library dan journal diantaranya yaitu, The McGraw-Hill eBook Library, Springerlink, PubMed, Proquest, Clinikkey, J-stor, dan Up to date.

a. McGraw-Hill eBook Library

The McGraw-Hill eBook Library memberikan

perpustakaan kesempatan untuk memperluas koleksi mereka dengan biaya yang lebih rendah dan tanpa menambah ruang rak. Pustakawan dapat memantau penggunaan dengan analisis web yang tersedia melalui

antarmuka DRM e-book Perpustakaan. Dengan

berlangganan disini, perpustakaan akan mendapatkan update reguler untuk konten e-book Perpustakaan, membuat sumber daya ini selalu mutakhir dengan informasi saat ini bagi pengguna.


(49)

Gambar 1. Tampilan jurnal McGraw-hill eBook Library b. Springerlink

SpringerLink adalah koleksi online paling komprehensif di dunia ilmiah, teknologi dan jurnal medis, buku dan referensi. SpringerLink menawarkan literatur elektronik dan cetak dari Springer-Verlag, penerbit ilmiah terkemuka dengan reputasi untuk keunggulan yang membentang lebih dari 150 tahun.


(50)

c. PubMed

PubMed adalah mesin pencari gratis yang mengakses database MEDLINE terutama referensi dan abstrak tentang ilmu kehidupan dan topik biomedis. Dari tahun 1971 sampai tahun 1997, MEDLINE mengakses online ke database terutama melalui fasilitas institusional, seperti perpustakaan universitas. PubMed, pertama kali dirilis pada Januari 1996.

Gambar 3. Tampilan Jurnal PubMed d. J-Stor

Adalah singkatan dari journal storage adalah perpustakaan digital yang didirikan pada tahun 1995. Awalnya mengandung jurnal akademik yang didigitalkan kembali, namun sekarang termasuk buku dan sumber-sumber primer, dan isu-isu jurnal saat ini. j-stor kini menyediakan pencarian teks lengkap dari hampir 2.000 jurnal Lebih dari


(51)

8.000 institusi di lebih dari 160 negara memiliki akses ke j-stor.

Gambar 4. Tampilan Jurnal J-Stor e. Clinikkey

ClinicalKey adalah mesin pencari dan basis data alat medis yang dimiliki oleh perusahaan penerbitan medis dan ilmiah Elsevier yang menawarkan akses ke perpustakaan medis yang diterbitkan oleh perusahaan itu.


(52)

4. Pustakawan dan Staff

Dalam memberikan pelayanan terbaik maka terpilihlah 12 tenaga perpustakaan terbaik di perpustakaan FKUI baik sebagai pustakawan maupun staff administrasi, berikut info dan jabatan tenaga perpustakaan FKUI,

1. Nama : Putri Prathiwi, S.Hum Jabatan: Penanggung Jawab 2. Nama : Rudi Hartono, A.md

Jabatan: Pustakawan

3. Nama: Muhammad jevi Rian Aipasha, S.Hum Jabatan: Modern Librarian

4. Nama: Waris Agung Widodo, A.Ma Pust Jabatan: Putakawan TI

5. Nama: Beny Hirmansyah, S. Hum

Jabatan: Pustakawan TI, Internet Marketer, dan Bloger 6. Nama: Amanda Sandra Puspita, S.Hum

Jabatan: Asisten Pustakawan 7. Nama: R. Hari Respati

Jabatan: Staff Perpustakaan FKUI 8. Nama: Buggi Ruviano

Jabatan: Staff Perpustakaan FKUI 9. Nama: Safrudin

Jabatan: Staff Perpustakaan FKUI 10.Nama: Mardiman


(53)

Jabatan: Staff Perpustakaan FKUI 11.Nama: Subadi

Jabatan: Staff Perpustakaan FKUI 12.Nama: Sri Bantiningsih

Jabatan: Staff Administrasi Perpustakaan FKUI

Gambar 6. Pustakawan dan Staff perpustakaan FKUI

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kompetensi TI Pustakawan FKUI

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di perpustakaan FKUI mengenai kompetensi tenaga perpustakaan FKUI, diketahui bahwa, mayoritas tenaga perpustakaan FKUI sudah memenuhi aspek


(54)

professional sebagai seorang pustakawan, seperti yang diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Widodo berikut,

“Untuk karyawan disini 60% memang dari jurusan

perpustakaan.. Ya jadi kalo untuk teknis seperti pengolahan koleksi, sirkulasi itu apa kita semua pustakawan di sini sudah paham bisa dibilang menguasailah.”1

Dilihat dari kutipan wawancara diatas bahwa secara aspek professional, mayoritas tenaga perpustakaan di perpustakaan FKUI memang berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, hal itu dapat dilihat pada struktur, dari total tenaga perpustakaan di FKUI yang berjumlah dua belas orang tujuh diantaranya berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, hal ini sebagai mana yang dituliskan dalam kode etik pustakawan yaitu, pustakawan Indonesia harus berpendidikan formal ilmu perpustakaan.2

Ditambahkan juga oleh pustakawan lainya Rudi yang mengatakan,

“ya kalo saya sih yah em, penelusuran yang pasti bisa,

sirkulasi dan klasifikasi itu kan wajib yah, organisasi informasi juga, juga ya kaya gitu lah untuk kompetensi profesionalnya yah”3

Dilihat dari wawancara diatas bahwa untuk kompetensi professional pustakawan, sudah dimiliki oleh pustakawan FKUI dimana kompetensi professional yang dikuasai antara lain pengolahan koleksi, sirkulasi, organisasi informasi, dan penelusuran informasi, hal ini senada dengan yang diungkapkan

1

Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014

2

Basyral Hami dy harahap, Kiprah Pustakawan Seperempat Ikatan Pustakawan Indonesia, (Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia, 1998) hlm 2.

3


(55)

oleh Khasanah yaitu, Kompetensi profesional yaitu yang terkait dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan perpustakaan dan informasi.4

Saat ini tuntutan terhadap pustakawan sebagai seorang professional pun bertambah, ada kompetensi teknologi informasi atau TI yang harus mereka kuasai, yaitu harus mampu dan mengerti serta mengintegrasikan teknologi, informasi dan pembelajaran ke model baru, pustakawan yang mampu dalam hal ini di sebut dengan pustakawan cyber. Begitu juga dengan pustakawan FKUI, mau tidak mau mereka juga harus berkembang sejalan dengan teknologi yang berkembang di dunia perpustakaan. Dari hasil wawancara penulis, kompetensi TI pustakawan FKUI penulis bagi menjadi dua kategori, yaitu pengetahuan dan keterampilan, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Rudi dalam kutipan wawancara berikut,

“kalau buat pustakawan sendiri ya sangat apa ya, eh misalnya , bagi saya sendiri haruslah, sekarang memang jamannya teknologi, jadi tidak mungkin dilakukan dengan manual seterusnya. Selain itu juga tidak efektif, kalo kita masih menerapkan manual, lalu banyaknya pengguna yang ada. Ya.. tentu kita keteteran jika dihitung dengan jumlah karyawan yang ada disini cuma sebelas, gak bakal cukup semuanya terlayani pengunjungnya, nah tapi kalo sudah di automasi atau komputerisasi semuanya kita lebih cepet, pelayanan, peminjaman tidak sampai lima menit untuk satu

4

Nanan Khasanah. “Kompetensi pustakawan di Era Perpustakaan Digital”. Disampaikan dalam Pelatihan perpustakaan Digital untuk pustakawan di lingkungan PMPTK


(56)

oran bahkan paling lama hanya tiga menit sudah selesai. Nah sekarang kalo sedang banyak pengunjungnya kan bisa

teratasi semuanya, bisa terlayani semua”5

Dilihat dari kutipan wawancara diatas dari segi pengetahuan, pustakawan FKUI setidaknya mengetahui salah satu dampak dari penggunaan teknologi di perpustakaan, yaitu mempercepat proses layanan sirkulasi sehingga tidak menimbulkan antrian yang panjang, sehingga waktu dan sumber daya yang ada di perpustakaan bisa dimanfaatkan dengan lebih efektif dan efisien dalam pelayanan.

Saat ini FKUI sendiri sudah mulai melakukan transisi dari manual ke digital hingga virtual atau cyber, dengan berlangsungnya transisi di perpustakaan FKUI untuk berkembang ke arah cyber, maka tuntutan terhadap pustakawan FKUI pun bertambah dimana pustakawan FKUI harus bisa menguasai teknologi secara pengetahuan dan keterampilan, karena menurut pustakawan FKUI sebelum membangun perpustakaan cyber seharusnya pustakawanya dulu yang sudah cyber atau menguasai teknologi dengan baik, seperti yang di ungkapkan Widodo dalam kutipan wawancara berikut,

“sebelum bangun perpustakaan cyber, ya pustakawanya

dulu yang harus udah cyber, disini pustakawan dituntut untuk bisa menguasai paling tidak satu bahasa pemrograman, nah paling tidak itu bisa mengoperasikanya. Bagaimana mau mengelola perpustakaan cyber kalo pustakawanya tidak mampu, dari situlah pustakawan cyber dulu yang harus ada sebelum perpustakaanya, minimal untuk membuat perpustakaan cyber minimal harus tau HTML kemudian bahasa pemrograman dasar minimal PHP kemudian struktur, metadata seperti mark ya itu lah yang

harus dikuasai.” 6

5

Wawancara pribadi dengan Rudi, 20 November 2014

6


(57)

Dari wawancara diatas juga menunjukan bahwa dari pemahaman psutakawan FKUI sebelum membangun perpustakaan cyber pustakawannya harus lebih dulu menjadi cyber, dalam arti mereka harus lebih dulu paham tentang teknologi yang ada dan menguasainya sehingga mereka bisa menerapkannya di perpustakaan.

Di ungkapkan juga oleh Beny dalam kutipan wawancara berikut,

“Kalo mengenai teknologi di perpustakaan, apa tadi pustakawan cyber ya, ya harusnya pustakawanya yang mampu jangan mengandalkan orang IT melulu, itu yang kita lakukan disini kita memodifikasi dan mengambangkan teknologi yang sudah ada. Disini pustakawan dituntut untuk bisa menguasai paling tidak satu bahasa pemrograman, nah

paling tidak itu bisa mengoperasikannya..” 7

Dilihat dari kutipan wawancara diatas bahwa, pustakawan FKUI tidak bergantung dengan pihak lain di luar perpustakaan maka dari itu pustakawan FKUI dituntut setidaknya mampu mengoperasikan dan menguasai satu bahasa pemrograman seperti dasar-dasar pemrograman seperti HTML, PHP, dll. hal ini berujung pada peningkatan kompetensi pustakawan FKUI itu sendiri.

Sebagai seorang pustakawan pengetahuan memang menjadi modal utama untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu mereka serta mutu pelayanan perpustakaan tersebut. Seperti yang telah disebutkan dalam wawancara diatas, namun tidak hanya pengetahuan, keterampilan juga sangat penting dimiliki pustakawan, melihat saat ini sudah era cyber dimana kelompok pengguna saat ini

7


(58)

kebanyakan adalah dari golongan digital native yang ingin serba klik, terkadang bagi pustakawan yang tidak mahir dalam TI hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri. Pustakawan FKUI saat ini tidak hanya mengetahui dan mampu mengoperasikan software perpustakaan saja, namun mereka juga mampu menganalisa teknologi atau software apa saja yang ada saat ini dan mana yang paling cocok atau baik digunakan di perpustakaan mereka, seperti yang di ungkapkan Widodo berikut,

“kita disini pakek lontar dan senayan, kalo melihat dari

beberapa database sih emm hanya bisa menganalisa sih menurut saya senayan yang paling bagus dan rapi databasenya, nah yang ada disenayan itu yang disebut automasi karena, pertama di buat oleh pustakawan sendiri sehingga fasilitas yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, kedua tidak bisa ada duplikasi datanya namanya automasi itu kan satu untuk semua jangan sampe

ada data ganda gitu, namanya juga automasi”8

Dari hasil wawancara diatas bisa dilihat pustakawan FKUI setidaknya sudah mampu menganalisa kebutuhan dalam hal software database apa yang menurut mereka baik untuk digunakan di perpustakaan. Beberapa pustakawan FKUI sudah mampu menerapkan kedua hal tersebut yaitu pengetahuan dan keterampilan di bidang TI, namun keterampilan TI pustakawan FKUI memang tidak merata dalam artian kompetensi TI mereka berbeda-beda tidak semuanya mampu menguasai hal yang sama, seperti yang diungkapkan oleh Widodo dalam kutipan wawancara berikut,

“Kalo untuk software, hardware misal, install ulang computer, aplikasi, games antivirus dll, saya bisa. Kalo untuk database sih kita seneng memodifikasi aja, database kita belum pernah buat, tapi kalo otak-atik sih sering dan

8


(59)

sekarang juga lagi buat modul migrasi di senayan, modul migrasi database di dalam satu webserver, misal ada database dari lontar mau dipindah ke senayan nah itu ga perlu kita ubah atau ekspor impor database, cukup sekali klik langsung migrasi datanya, kalo untuk database sih itu aja yang lagi dikerjain sekarang, ada juga arsitektur informasi kalo pembahasanya ke penelusuran bisa saya katakan baik, tapi kalo membangunya belum, lalu apalagi itu integrasi yah kalo integrasi kita udah bisa dikatakan baik juga, kalo internet dan jaringan paling kalo trouble shooting sih kita mampu sih tapi kalo detailnya belum, kalo aplikasi perangkat lunak ya itu tadi yang lagi dikerjakan, kalo pemrograman sebenernya gak menguasai banget sih yakan juga masih tahapan belajar paling yang saya tau pemrograman kaya itu PHP, Java Script, HTML, sementara baru itu yang saya tau tentang pemrograman kalo metadata apa itu marc ya paling, itu juga ga hafal text nya, ya gitu aja sih yeng bener-bener dikuasai banget juga engga, tapi bisa

lah”9

Berbeda pula dengan kompetensi pustakawan lainya, seperti yang di ungkapkan Beny dalam kutipan wawancara berikut,

“kalo saya sih emang ditempatin jadi bloger sama internet

marketer ya, jadi ya seperti penerbitan elektronik sih yang udah sering ya kaya e-book dll sekarang juga lagi usaha tapi ada masalah yah hehehe itu apa bikin angket di senayan, tapi yang lain saya bisa seperti edit poto kan di blog atau web itu kan kita mesti membuat apa tampilan yah

tampilan yang menarik juga” 10

Dari kutipan wawancara diatas bisa kita lihat kemampuan TI pustakawan FKUI sudah sangat baik, diantaranya sudah mampu memodifikasi database, metadata, arsitektur penelusuran informasi, integrasi data, network dan troubleshooting, bahasa pemrograman seperti HTML, PHP, Javascript, penerbitan elektronik dan photo

9

Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014

10


(60)

editing, serta kompeteni umum bidang computer seperti instaal software, games , dll.

kompetensi TI pustakawan satu dan yang lainya berbeda-beda, penempatan posisi atau bidang kerja mereka juga sedikit banyak berpengaruh pada kompetensi mereka. Namun ada pula yang hanya biasa-biasa saja dalam hal memahami dan menguasai teknologi yang ada di perpustakaan, seperti yang di ungkapkan Rudi dalam kutipan wawancara berikut,

“kalau saya sih udah tua yah kebiasaan pake manual, tapi

kalau misal cuma untuk software, kaya games, aplikasi dll bisa. tapi teknologi juga bagus dan membantu tapi kalo untuk belajar em yah maklumlah orang tua hehe, Cuma bisa ngikutin aja kalo ada tapi kalo lebih jauh saya ga bisa hehe, kalau program paling bisa mengoperasikan yang udah ada aja kalo trouble ya saya manggil si ido, hehehe kalo software komputer kaya word, excel gitu-gitu aja, faktor u

kalo kata orang mah hehe beda jaman”11

Dilihat dari hasil wawancara ketiga pustakawan diatas memang penulis menyimpulkan tidak semua pustakawan FKUI mahir atau mmenguasai dengan baik tentang TI. Untuk menjadi pustakawan cyber, seorang pustakawan seharusnya mampu menguasai hal-hal yang disebutkan di atas, namun sebenarnya ini bisa dikolaborasikan dengan tenaga-tenaga TI sendiri namun seringkali terjadi ketidakpuasan pustakawan atas apa yang dibuat oleh orang IT yang sehingga mengharuskan pustakawan mampu menguasai hal tersebut ini juga yang mendasari salah satu pustakawan FKUI Widodo yang membuatnya tertantang untuk

11


(61)

mengembangkan diri di bidang teknologi. Hal ini dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut,

“kalau kita mengandalkan orang TI yang tidak tau perpustakaan tetap saja susah, kadang kita minta buatkan A ternyata dibuatkanya B kan tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi kalo kita yang bikin sendiri sudah pasti sesuai dengan keinginan kita. Walaupun ya kadang data nya kekurangan tapi minimal pustakawanya sendiri mampu di

bidang itu”12

Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa secara kuantitas memang tidak semua pustakawan FKUI ahli atau mahir dalam dunia TI di perpustakaan namun secara kualitas ada beberapa yang sudah menguasai kompetensi TI dengan baik. Sejatinya Pustakawan sebagai pekerja informasi yang professional sudah seharusnya memiliki kompetensi yang sesuai dibidang mereka yang diperoleh melalui pendidikan formal, untuk menjadi seorang yang ahli seorang pustakawan harus menempuh pendidikan atau sekolah profesi pustakawan seperti D3 perpustakaan, S1 perpustakaan, S2 perpustakaan bahkan bisa sampai S3 perpustakaan. Pendidikan tersebut bisa ditempuh di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini senada dengan pertemuan dewan direktur Special Libraries Association (SLA) dalam sidang tahunan 1996 membahas laporan tentang kompetensi yang perlu dimiliki pustakawan khusus memasuki abad 21. Ada dua jenis kompetensi yang dimaksudkan oleh SLA yaitu kompetensi profesional, dan kompetensi individu. Kompetensi profesional yaitu yang terkait

12


(62)

dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan perpustakaan dan informasi. Kompetensi Individu, yang menggambarkan satu kesatuan keterampilan, perilaku dan nilai yangg dimiliki pustakawan agar dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya. Sedang kompetensi personal menuntut pustakawan untuk dapat melakukan hal sebagai berikut:

1. Melakukan layanan prima.

2. Mencari tantangan dan melihat peluang baru baik di dalam maupun di luar perpustakaan.

3. Melihat dengan wawasan yang luas 4. Mencari mitra kerja.

5. Menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mempercayai.

6. Memiliki ketrampilan berkomunikasi. 7. Bekerja baik dengan sesama anggota tim. 8. Membenikan kepemimpinan.

9. Merencanakan, membuat prioritas dan fokus pada hal-hal yang kritis.

10. Setia dalam belajar sepanjang hidup dan perencanaan kanier pnibadi.


(63)

11. Memiliki ketrampilan bisnis dan menciptakan peluang baru. 12. Mengakui nilai profesional kerjasama dan kesetiakawanan. 13. Luwes dan bersikap positif dalam masa yang selalu berubah.13

Kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi Informasi untuk membantu semua proses kerja memerlukan beberapa skill TI yang diperlukan antara lain,

1. Desain Database dan Manajemen database

2. Data Warehousing

3. Penerbitan elektronik

4. Perangkat keras

5. Arsitektur Informasi

6. Sumber Informasi Elektronik

7. Integrasi Informasi

8. Desain Intranet/Extranet

9. Aplikasi perangkat lunak

10. Pemrogaman

11. Workflow/Alur Kerja

12. Pemrosesan Teks (Text Processing)

13. Metadata

14. Perangkat lunak untuk manajemen informasi (Information Management tools)14

13

Blasius Sudarsono, Pustakawan Cinta dan Teknolog, .( Jakarta: ISIPII, 2009), hlm. 14


(64)

Dari hasil wawancara di atas pemulis menyimpulkan bahwa secara kompetensi pustakawan FKUI memang memiliki kompetensi pustakawan secara ideal, hal tersebut dikarenakan adanya penempatan sumberdaya manusia yang sesuai kompetensi di bidangnya, namun selain kompetensi pustakawan yang umum, pustakawan FKUI pun diantaranya memiliki kompetensi TI yang bisa dikatakan cukup baik, gambaran kompetensi TI perpustakaan yang dimiliki pustakawan FKUI, penulis rangkum dalam tabel berikut,

Tabel 1. Kompetensi TI pusstakawan FKUI

No

Kategori Kompetensi pengetahuan

umum computer

Kompetensi yang berkaitan dengan Automasi perpustakaan 1 Bagian komputer

(hardware)

Sistem integrasi perpustakaan ( seanayan, lontar,dll)

2 Instalasi computer Artikel

3 Sistem operasi computer Metadata (marc, Dublin core) 4 Perangkat lunak,aplikasi

dan games

Perencanaan teknologi perpustakaan

5 Keamanan computer (antivirus)

Membuat web (XHTML, dan CSS)

6 Digitalisasi atau penerbitan elektronik

Protokol (HTTP, FTP, SMTP)

7 Basisdata (MySQL, Ms.Access, dll)

Blog

8 Editing photo Penelusuran basisdata online (EBSCO, JSTOR, dll) 9 Bahasa scripting

(PHP,Javascript, dll) 10 Jaringan internet


(65)

Berdasarkan hasil wawancara dan dari observasi yang penulis lakukan memang benar pustakawan FKUI sudah banyak menghasilkan karya-karya di bidang teknologi untuk perpustakaan seperti template atau modul-modul baru dalam sebuah software, dll, walaupun secara kuantitas tidak semua pustakawan FKUI mampu, namun secara kualitas ada beberapa yang menguasai hal tersebut, dari data dan fakta serta karakteristik seorang pustakawan cyber, maka pustakawan FKUI bisa dikatakan sebagai pustakawan cyber.

2. Upaya Pustakawan FKUI

Sering kali bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan sumber daya manusia tidak sejalan, namun perpustakaan FKUI mulai konsisten terhadap tenaga pekerjanya, yang harus sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Hal ini tentunya selaras dengan apa yang seperti yang diungkapkan Widodo dalam wawancara berikut,

“Walaupun saya ditempatkan di perpustakaan IT nya, tapi

memang backgroundnya perpustakaan. mau tidak mau harus memperdalam TI yah, dan alhamdulillah bisa lah tapi yah em masih belajar juga. kompetensi individunya ya berdasarkan individunya itu sendiri. Kalau saya sendiri ya.. dari awal di sini tuh, kepingin bukan hanya bekerja, tapi kepingin mengembangkan diri, saya jauh-jauh dari desa. Kalau awal kesini hanya kepingin nyari kerjaan ahh..

kayaknya ya kurang cocok aja.”15

Dilihat dari kutipan wawancara diatas memang dalam hal ini adanya upaya atau keinginan belajar dari pustakawan FKUI itu sendiri menjadi salah satu faktor internal dalam pengembangan kompetensi mereka niat

15


(1)

begitu apa signifikan ga kaya php kan itu popular nah kaya itu tutorial dan sebagainya,itu banyak banget kalo java sendiri bahasa pemrogramnya yang kurang populer, yang akan saya pelajari nah yang setelah kurang populer tidak ada guru yang bias mengajari saya, itu aja sih kendalanya.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

pada 28 Mei 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir dari pasangan Achmad Bentara dan Aliani. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas Sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran pada tahun 2009, Sejak kecil penulis memiliki banyak hobi terutama di bidang olahraga yang penuh tantangan. tantangan itu pula yang menuntun penulis masuk ke jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010 dan menyelesaikan kuliahnya dengan

menulis skripsi berjudul “Upaya Pustakawan FKUI Menjadi Pustakawan Cyber”. Memiliki pengalaman kerja di perpustakaan antara lain, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang, Perpustakaan Kharisma Bangsa International School, Perpustakaan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia, Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Yayasan Pendidikan Keluarga Widuri, Perpustakaan Yayasan Rumah Pendidikan Islam, Perpustakaan SDN 16 Pondok Labu, Perpustakaan Indonesian Heritage Society.