Kompetensi TI Pustakawan FKUI

oran bahkan paling lama hanya tiga menit sudah selesai. Nah sekarang kalo sedang banyak pengunjungnya kan bisa teratasi semuanya, bisa terlayani semua” 5 Dilihat dari kutipan wawancara diatas dari segi pengetahuan, pustakawan FKUI setidaknya mengetahui salah satu dampak dari penggunaan teknologi di perpustakaan, yaitu mempercepat proses layanan sirkulasi sehingga tidak menimbulkan antrian yang panjang, sehingga waktu dan sumber daya yang ada di perpustakaan bisa dimanfaatkan dengan lebih efektif dan efisien dalam pelayanan. Saat ini FKUI sendiri sudah mulai melakukan transisi dari manual ke digital hingga virtual atau cyber, dengan berlangsungnya transisi di perpustakaan FKUI untuk berkembang ke arah cyber, maka tuntutan terhadap pustakawan FKUI pun bertambah dimana pustakawan FKUI harus bisa menguasai teknologi secara pengetahuan dan keterampilan, karena menurut pustakawan FKUI sebelum membangun perpustakaan cyber seharusnya pustakawanya dulu yang sudah cyber atau menguasai teknologi dengan baik, seperti yang di ungkapkan Widodo dalam kutipan wawancara berikut, “sebelum bangun perpustakaan cyber, ya pustakawanya dulu yang harus udah cyber, disini pustakawan dituntut untuk bisa menguasai paling tidak satu bahasa pemrograman, nah paling tidak itu bisa mengoperasikanya. Bagaimana mau mengelola perpustakaan cyber kalo pustakawanya tidak mampu, dari situlah pustakawan cyber dulu yang harus ada sebelum perpustakaanya, minimal untuk membuat perpustakaan cyber minimal harus tau HTML kemudian bahasa pemrograman dasar minimal PHP kemudian struktur, metadata seperti mark ya itu lah yang harus dikuasai.” 6 5 Wawancara pribadi dengan Rudi, 20 November 2014 6 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014 Dari wawancara diatas juga menunjukan bahwa dari pemahaman psutakawan FKUI sebelum membangun perpustakaan cyber pustakawannya harus lebih dulu menjadi cyber, dalam arti mereka harus lebih dulu paham tentang teknologi yang ada dan menguasainya sehingga mereka bisa menerapkannya di perpustakaan. Di ungkapkan juga oleh Beny dalam kutipan wawancara berikut, “Kalo mengenai teknologi di perpustakaan, apa tadi pustakawan cyber ya, ya harusnya pustakawanya yang mampu jangan mengandalkan orang IT melulu, itu yang kita lakukan disini kita memodifikasi dan mengambangkan teknologi yang sudah ada. Disini pustakawan dituntut untuk bisa menguasai paling tidak satu bahasa pemrograman, nah paling tidak itu bisa mengoperasikannya..” 7 Dilihat dari kutipan wawancara diatas bahwa, pustakawan FKUI tidak bergantung dengan pihak lain di luar perpustakaan maka dari itu pustakawan FKUI dituntut setidaknya mampu mengoperasikan dan menguasai satu bahasa pemrograman seperti dasar-dasar pemrograman seperti HTML, PHP, dll. hal ini berujung pada peningkatan kompetensi pustakawan FKUI itu sendiri. Sebagai seorang pustakawan pengetahuan memang menjadi modal utama untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan peningkatan mutu mereka serta mutu pelayanan perpustakaan tersebut. Seperti yang telah disebutkan dalam wawancara diatas, namun tidak hanya pengetahuan, keterampilan juga sangat penting dimiliki pustakawan, melihat saat ini sudah era cyber dimana kelompok pengguna saat ini 7 Wawancara pribadi dengan Beny, 20 November 2014 kebanyakan adalah dari golongan digital native yang ingin serba klik, terkadang bagi pustakawan yang tidak mahir dalam TI hal ini akan menjadi kesulitan tersendiri. Pustakawan FKUI saat ini tidak hanya mengetahui dan mampu mengoperasikan software perpustakaan saja, namun mereka juga mampu menganalisa teknologi atau software apa saja yang ada saat ini dan mana yang paling cocok atau baik digunakan di perpustakaan mereka, seperti yang di ungkapkan Widodo berikut, “kita disini pakek lontar dan senayan, kalo melihat dari beberapa database sih emm hanya bisa menganalisa sih menurut saya senayan yang paling bagus dan rapi databasenya, nah yang ada disenayan itu yang disebut automasi karena, pertama di buat oleh pustakawan sendiri sehingga fasilitas yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan perpustakaan, kedua tidak bisa ada duplikasi datanya namanya automasi itu kan satu untuk semua jangan sampe ada data ganda gitu, namanya juga automasi” 8 Dari hasil wawancara diatas bisa dilihat pustakawan FKUI setidaknya sudah mampu menganalisa kebutuhan dalam hal software database apa yang menurut mereka baik untuk digunakan di perpustakaan. Beberapa pustakawan FKUI sudah mampu menerapkan kedua hal tersebut yaitu pengetahuan dan keterampilan di bidang TI, namun keterampilan TI pustakawan FKUI memang tidak merata dalam artian kompetensi TI mereka berbeda-beda tidak semuanya mampu menguasai hal yang sama, seperti yang diungkapkan oleh Widodo dalam kutipan wawancara berikut, “Kalo untuk software, hardware misal, install ulang computer, aplikasi, games antivirus dll, saya bisa. Kalo untuk database sih kita seneng memodifikasi aja, database kita belum pernah buat, tapi kalo otak-atik sih sering dan 8 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014 sekarang juga lagi buat modul migrasi di senayan, modul migrasi database di dalam satu webserver, misal ada database dari lontar mau dipindah ke senayan nah itu ga perlu kita ubah atau ekspor impor database, cukup sekali klik langsung migrasi datanya, kalo untuk database sih itu aja yang lagi dikerjain sekarang, ada juga arsitektur informasi kalo pembahasanya ke penelusuran bisa saya katakan baik, tapi kalo membangunya belum, lalu apalagi itu integrasi yah kalo integrasi kita udah bisa dikatakan baik juga, kalo internet dan jaringan paling kalo trouble shooting sih kita mampu sih tapi kalo detailnya belum, kalo aplikasi perangkat lunak ya itu tadi yang lagi dikerjakan, kalo pemrograman sebenernya gak menguasai banget sih yakan juga masih tahapan belajar paling yang saya tau pemrograman kaya itu PHP, Java Script, HTML, sementara baru itu yang saya tau tentang pemrograman kalo metadata apa itu marc ya paling, itu juga ga hafal text nya, ya gitu aja sih yeng bener-bener dikuasai banget juga engga, tapi bisa lah” 9 Berbeda pula dengan kompetensi pustakawan lainya, seperti yang di ungkapkan Beny dalam kutipan wawancara berikut, “kalo saya sih emang ditempatin jadi bloger sama internet marketer ya, jadi ya seperti penerbitan elektronik sih yang udah sering ya kaya e-book dll sekarang juga lagi usaha tapi ada masalah yah hehehe itu apa bikin angket di senayan, tapi yang lain saya bisa seperti edit poto kan di blog atau web itu kan kita mesti membuat apa tampilan yah tampilan yang menarik juga” 10 Dari kutipan wawancara diatas bisa kita lihat kemampuan TI pustakawan FKUI sudah sangat baik, diantaranya sudah mampu memodifikasi database, metadata, arsitektur penelusuran informasi, integrasi data, network dan troubleshooting, bahasa pemrograman seperti HTML, PHP, Javascript, penerbitan elektronik dan photo 9 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014 10 Wawancara pribadi dengan Beny, 20 November 2014 editing, serta kompeteni umum bidang computer seperti instaal software, games , dll. kompetensi TI pustakawan satu dan yang lainya berbeda-beda, penempatan posisi atau bidang kerja mereka juga sedikit banyak berpengaruh pada kompetensi mereka. Namun ada pula yang hanya biasa-biasa saja dalam hal memahami dan menguasai teknologi yang ada di perpustakaan, seperti yang di ungkapkan Rudi dalam kutipan wawancara berikut, “kalau saya sih udah tua yah kebiasaan pake manual, tapi kalau misal cuma untuk software, kaya games, aplikasi dll bisa. tapi teknologi juga bagus dan membantu tapi kalo untuk belajar em yah maklumlah orang tua hehe, Cuma bisa ngikutin aja kalo ada tapi kalo lebih jauh saya ga bisa hehe, kalau program paling bisa mengoperasikan yang udah ada aja kalo trouble ya saya manggil si ido, hehehe kalo software komputer kaya word, excel gitu-gitu aja, faktor u kalo kata orang mah hehe beda jaman” 11 Dilihat dari hasil wawancara ketiga pustakawan diatas memang penulis menyimpulkan tidak semua pustakawan FKUI mahir atau mmenguasai dengan baik tentang TI. Untuk menjadi pustakawan cyber, seorang pustakawan seharusnya mampu menguasai hal-hal yang disebutkan di atas, namun sebenarnya ini bisa dikolaborasikan dengan tenaga-tenaga TI sendiri namun seringkali terjadi ketidakpuasan pustakawan atas apa yang dibuat oleh orang IT yang sehingga mengharuskan pustakawan mampu menguasai hal tersebut ini juga yang mendasari salah satu pustakawan FKUI Widodo yang membuatnya tertantang untuk 11 Wawancara pribadi dengan Rudi, 20 November 2014 mengembangkan diri di bidang teknologi. Hal ini dijelaskan dalam kutipan wawancara berikut, “kalau kita mengandalkan orang TI yang tidak tau perpustakaan tetap saja susah, kadang kita minta buatkan A ternyata dibuatkanya B kan tidak sesuai dengan keinginan kita, tapi kalo kita yang bikin sendiri sudah pasti sesuai dengan keinginan kita. Walaupun ya kadang data nya kekurangan tapi minimal pustakawanya sendiri mampu di bidang itu” 12 Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa secara kuantitas memang tidak semua pustakawan FKUI ahli atau mahir dalam dunia TI di perpustakaan namun secara kualitas ada beberapa yang sudah menguasai kompetensi TI dengan baik. Sejatinya Pustakawan sebagai pekerja informasi yang professional sudah seharusnya memiliki kompetensi yang sesuai dibidang mereka yang diperoleh melalui pendidikan formal, untuk menjadi seorang yang ahli seorang pustakawan harus menempuh pendidikan atau sekolah profesi pustakawan seperti D3 perpustakaan, S1 perpustakaan, S2 perpustakaan bahkan bisa sampai S3 perpustakaan. Pendidikan tersebut bisa ditempuh di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini senada dengan pertemuan dewan direktur Special Libraries Association SLA dalam sidang tahunan 1996 membahas laporan tentang kompetensi yang perlu dimiliki pustakawan khusus memasuki abad 21. Ada dua jenis kompetensi yang dimaksudkan oleh SLA yaitu kompetensi profesional, dan kompetensi individu. Kompetensi profesional yaitu yang terkait 12 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014 dengan pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian, dan kemampuan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai dasar untuk menyediakan layanan perpustakaan dan informasi. Kompetensi Individu, yang menggambarkan satu kesatuan keterampilan, perilaku dan nilai yangg dimiliki pustakawan agar dapat bekerja secara efektif, menjadi komunikator yang baik, selalu meningkatkan pengetahuan, dapat memperlihatkan nilai lebihnya, serta dapat bertahan terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya. Sedang kompetensi personal menuntut pustakawan untuk dapat melakukan hal sebagai berikut: 1. Melakukan layanan prima. 2. Mencari tantangan dan melihat peluang baru baik di dalam maupun di luar perpustakaan. 3. Melihat dengan wawasan yang luas 4. Mencari mitra kerja. 5. Menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan mempercayai. 6. Memiliki ketrampilan berkomunikasi. 7. Bekerja baik dengan sesama anggota tim. 8. Membenikan kepemimpinan. 9. Merencanakan, membuat prioritas dan fokus pada hal-hal yang kritis. 10. Setia dalam belajar sepanjang hidup dan perencanaan kanier pnibadi. 11. Memiliki ketrampilan bisnis dan menciptakan peluang baru. 12. Mengakui nilai profesional kerjasama dan kesetiakawanan. 13. Luwes dan bersikap positif dalam masa yang selalu berubah. 13 Kemampuan untuk menggunakan berbagai perangkat Teknologi Informasi untuk membantu semua proses kerja memerlukan beberapa skill TI yang diperlukan antara lain,

1. Desain Database dan Manajemen database

2. Data Warehousing

3. Penerbitan elektronik

4. Perangkat keras

5. Arsitektur Informasi

6. Sumber Informasi Elektronik

7. Integrasi Informasi

8. Desain IntranetExtranet

9. Aplikasi perangkat lunak

10. Pemrogaman

11. WorkflowAlur Kerja

12. Pemrosesan Teks Text Processing

13. Metadata

14. Perangkat lunak untuk manajemen informasi Information

Management tools 14 13 Blasius Sudarsono, Pustakawan Cinta dan Teknolog, . Jakarta: ISIPII, 2009, hlm. 14 Ishak, Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008 Dari hasil wawancara di atas pemulis menyimpulkan bahwa secara kompetensi pustakawan FKUI memang memiliki kompetensi pustakawan secara ideal, hal tersebut dikarenakan adanya penempatan sumberdaya manusia yang sesuai kompetensi di bidangnya, namun selain kompetensi pustakawan yang umum, pustakawan FKUI pun diantaranya memiliki kompetensi TI yang bisa dikatakan cukup baik, gambaran kompetensi TI perpustakaan yang dimiliki pustakawan FKUI, penulis rangkum dalam tabel berikut, Tabel 1. Kompetensi TI pusstakawan FKUI No Kategori Kompetensi pengetahuan umum computer Kompetensi yang berkaitan dengan Automasi perpustakaan 1 Bagian komputer hardware Sistem integrasi perpustakaan seanayan, lontar,dll 2 Instalasi computer Artikel 3 Sistem operasi computer Metadata marc, Dublin core 4 Perangkat lunak,aplikasi dan games Perencanaan teknologi perpustakaan 5 Keamanan computer antivirus Membuat web XHTML, dan CSS 6 Digitalisasi atau penerbitan elektronik Protokol HTTP, FTP, SMTP 7 Basisdata MySQL, Ms.Access, dll Blog 8 Editing photo Penelusuran basisdata online EBSCO, JSTOR, dll 9 Bahasa scripting PHP,Javascript, dll 10 Jaringan internet Berdasarkan hasil wawancara dan dari observasi yang penulis lakukan memang benar pustakawan FKUI sudah banyak menghasilkan karya- karya di bidang teknologi untuk perpustakaan seperti template atau modul-modul baru dalam sebuah software, dll, walaupun secara kuantitas tidak semua pustakawan FKUI mampu, namun secara kualitas ada beberapa yang menguasai hal tersebut, dari data dan fakta serta karakteristik seorang pustakawan cyber, maka pustakawan FKUI bisa dikatakan sebagai pustakawan cyber.

2. Upaya Pustakawan FKUI

Sering kali bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan sumber daya manusia tidak sejalan, namun perpustakaan FKUI mulai konsisten terhadap tenaga pekerjanya, yang harus sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Hal ini tentunya selaras dengan apa yang seperti yang diungkapkan Widodo dalam wawancara berikut, “Walaupun saya ditempatkan di perpustakaan IT nya, tapi memang backgroundnya perpustakaan. mau tidak mau harus memperdalam TI yah, dan alhamdulillah bisa lah tapi yah em masih belajar juga. kompetensi individunya ya berdasarkan individunya itu sendiri. Kalau saya sendiri ya.. dari awal di sini tuh, kepingin bukan hanya bekerja, tapi kepingin mengembangkan diri, saya jauh-jauh dari desa. Kalau awal kesini hanya kepingin nyari kerjaan ahh.. kayaknya ya kurang cocok aja.” 15 Dilihat dari kutipan wawancara diatas memang dalam hal ini adanya upaya atau keinginan belajar dari pustakawan FKUI itu sendiri menjadi salah satu faktor internal dalam pengembangan kompetensi mereka niat 15 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014 yang tidak hanya sekedar bekerja namun juga untuk meningkatkan kualitas diri mereka secara pribadi menjadi poin utama dalam upaya mereka meningkatkan kompetensi. Kompetensi TI yang dimiliki pustakawan FKUI tidak serta merta mereka dapatkan begitu saja, tentu ada upaya-upaya yang dilakukan sehingga mereka mampu atau memiliki kompetensi TI yang mereka miliki saat ini. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pustakawan FKUI memang ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pustakawan FKUI , seperti yang di ungkapkan Widodo dalam kutipan wawancara berikut, “eh kalo upaya ya, memang aku dari desa udah nyiap nyiapin kalo di desa saja aku gak berkembang. Nah itu udah dari awal, kemudian sesudah disini upayanya ya aku ikut komunitas gabung komunitas, disini aku ikut di Slims Jabodetabek, disitu apa, em sharing tentang perpustakaan dan pustakawan cyber, nah pengembangan dirinya disitu, belajar dari komunitas, sharing gimana sih meningkatkan kompetensi kita di bidang IT. Seminar juga baru kemarin itu seminarnya mas Ari Nugraha tentang perpustakaan cyber juga kalo yang lain belum ada” 16 Dilihat dari kutipan wawancara diatas selain niat dari dalam diri sendiri, serta faktor eksternal seperti mengikuti seminar, dan bergabung dengan komunitas tertentu juga merupakan upaya mereka dalam menambah wawasan di dunia teknologi, yang nantinya didalam seminar atau komunitas tersebut menjadi ajang berbagi pengalaman atau bertukar pikiran sehingga menambah wawasan dan keterampilan baru bagi mereka. 16 Wawancara pribadi dengan Widodo, 20 November 2014