Dampak Karoushi dalam Kehidupan Sararimandi Jepang Dewasa Ini

44 tempat pekerja itu bekerja. Kondisi bekerja yang terlalu panjang justru malah bersifat buruk bagi pekerja, dan baik bagi perusahaan.Efek yang ditanggung oleh pekerja secara langsung adalah kondisi fisik yang menurun dalam jangka panjang, yang diikuti dengan penurunan produktifitas. Penurunan produktivitas bagi perusahaan adalah kehilangan sejumlah keuntungan dalam bentuk biaya tambahan yang harus dibayar oleh perusahaan.Konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi,menurunnya tingkat produktivitas, dan secara psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teraliansi, hingga meninggal Robbins, 1993:18.

3.1 Dampak

Karoushi dalam Keluarga Mempertahankan kelangsungan hidup adalah kebutuhan lahiriah atau fisik yang merupakan dasar utama, dan hal ini adalah dasar dari dilakukannya kerja atau kegiatan kerja akan tetapi dalam kenyataannya kebutuhan manusia bermacam-macam, apabila kebutuhan yang bersifat lahiriah telah terpenuhi, berturut-turut muncul keinginan-keinginan lain dalam kehidupan tersebut. Dibalik kegiatan kerja yang dilakukan oleh seseorang pasti ada motivasi yang membuat orang tersebutmelakukan kegiatan kerja.Motivasi atau penggerak yang membuat seseorang melakukan kerja ada bermacam-macam jenisnya. Menurut Shimada dalam Atikah 2008:15 yang menjadi penyebab orangbekerja adalah karena adanya bermacam-macam pribadi manusia dengan tuntutan yang juga berbeda.Salah satu contohnya yaitu kebutuhan untuk mewujudkan diri yaitu perwujudan ciri khas manusia, kebudayaan, Universitas Sumatera Utara 45 pengembangan keberadaan masyarakat.Kehidupan rohani, kehidupan yang mementingkan nilai-nilai ketentraman. Agar kegiatan-kegiatan kerja dapat berjalan sesuai dengan fungsinya maka dibutuhkan aturan-aturan tertentu yang dikemukakan oleh Shimada 2008:18: Kerja adalah kegiatan yang bersifat sosial, sebagai panggilan hidup yang merupakan selain kegiatan manusia yang berkelanjutan untuk mendapatkan imbalan demi kelangsungan hidup juga merupakan suatu yang berhubungan dengan aturan-aturan sosial yang melingkupinya yang mengatur kegiatan manusia tersebut.Aturan aturan itu adalah “etika kerja”. Keluarga menjadi kerangka utama dalam setiap perusahaan.Dengan semangat kekeluargaan, sering kali karyawan dengan suka rela bekerja melebihi dari waktu jam kerja mereka dikarenakan loyalitas mereka yang begitu besar bagi perusahaan Okimoto, 1988:134. Karyawan ini pun sering merelakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dengan bekerja lembur pada perusahaan. Akibat dari pekerjaan lembur yang terus-menerus ini, mereka kehilangan komunikasi atau hanya sekedar untuk bertegur sapa dengan anggota keluarga. Karena karyawan ini banyak menghabiskan waktu di tempat bekerjanya.Kadang karyawan ini pulang pada saat malam telah larut dan bahkan mereka tidak sempat pulang ke rumah.Kondisi ini dilakukan terus-menerus sampai karyawan ini menjadi salah satu korban karoushi. Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja Jepang pada tahun 1987 menunjukkan bahwa keluargalah yang paling khawatir jika suami atau Universitas Sumatera Utara 46 anak mereka akhirnya jatuh menjadi korban karoushi seperti yang dinyatakan NHK 2001:44. “Para ibu atau istri biasanya membuat jadwal harian kepulangan suami atau anak mereka. Salah satu penelpon layanan karoushi 110 mengatakan bahwa cuma itu yang bisa ia lakukan melihat kondisi anaknya yang sekarang. Anaknya bekerja tiap hari, termasuk hari minggu. Seminggu sekali ia tidak pulang dan menginap di hotel kapsul, ia tidak lagi membaca buku kesukaannya, tidak berbicara pada anggota keluarga lainnya, bila ada waktu luang hal yang paling ia inginkan adalah tidur. Begitu khawatirnya, ibu itu merasa setiap pagi ia harus mengantar anaknya pergi ke medan perang”. Dalam pengertian karoushi, terdapat dua unsur utama yang dapat dikatakan sebagai syarat bahwa kematian seseorang dapat dikatagorikan ke dalam karoushi .Dua unsur penting yang perlu diketahui agar keluarga atau orang yang mempunyai hubungan dengan korban karoushi dapat mengajukan tuntutan terhadap pihak atau perusahaan yang bersangkutan. Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja Jepang menentukan kategori karoushi ini dan berusaha mempercepat jalannya proses tuntutan karena banyak perusahaan yang menolak untuk memenuhi tuntutan yang diajukan kepada mereka, yaitu: 1. Jenis penyakit yang diderita oleh korban karoushi termasuk di dalamnya stress, penyakit mental lainnya yang disebabkan oleh kerja. Penyakit otak, jantung, dan pembuluh darah. Para dokter di Jepang mendefinisikan karoushi sebagai kematian yang disebabkan oleh memburuknya sirkulasidarah seperti pendarahan otak, pecahnya selaput darah, penyumbatan darah ke otak dan ke jantung dan lain-lain. Yang disebabkan oleh beban kerja dengan frekwensi Universitas Sumatera Utara 47 tinggi. 2. Frekwensi jam kerja korban sebelum ia meninggal. Departemen Tenaga Kerja Jepang menyatakan, frekwensi jam kerja yang dapat dikatakan sebagai penyebab karoushi, adalah jika korban terkait dengan pekerjaannya selama 24 jam terus menerus tepat sebelum kematiannya, atau jika ia bekerja sekurang-kurangnya 16 jam sehari selama seminggu, tepat sebelum hari kematiannya. Ini berarti korban telah bekerja sekurang-kurangnya 2 kali lipat dari jam kerja yang seharusnya selama 1 minggu sebelum ia meninggal atau 3 kali lipat dari jam kerja yang seharusnya tepat pada hari sebelum ia meninggal. Menurut Richard Wokutch dalam Sookhan Ho 2002:32 mengatakan bahwa masyarakat Jepang menganggap bahwa karoushi, tidak hanya disebabkan oleh situasi kerja, seperti tuntutan untuk menyelesaikan kerja secara cepat dan kerja dengan frekwensi jam kerja yang tinggi, tetapi juga disebabkan oleh faktor lainnya yang dapat dikatakan sebagai factor tidak langsung seperti lamanya waktu yang ditempuh dari rumah ke tempat kerja, tempat tinggal yang sempit, tidur dan olahraga yang tidak cukup, kebiasaan minum-minuman dan lain-lain. Sebagai pemenuhan syarat pengajuan tuntutan, ketentuan frekwensi jam kerja ini sangat ketat. Bila korban karoushi mendapat satu hari libur selama masa seminggu sebelum ia meninggal, padahal pada 6 hari lainnya ia telah bekerja 2 kali lipat dari jam kerja yang telah ditentukan, maka keluarga korban tidak akan memperoleh kompensasi dari tuntutan yang diajukannya, kecuali jika mereka mampu membuktikan secara medis bahwa kematian korban adalah akibat kerja Universitas Sumatera Utara 48 yang berlebihan. Di Jepang unit kekerabatan keluarga korban karoushi mengandungsistem aturan, yaitu yang menyangkut patrilineal. Unit kekerabatan juga memiliki sistem nilai yang berfungsi untuk menjaga nama baik usaha atau keluarga. Kesetiaan seseorang pekerja akan sangat dihargai oleh perusahaan. Syamsaimun 1992:25, mengatakan bahwa demi untuk kesetiaan pula perusahaan rela mengeluarkan pengeluaran cukup besar untuk menjaga kesetiaan setiap pekerja dengan membuat macam-macam atribut seperti filsafat, lagu perusahaan, lencana dan pertemuan serta jamuan pada saat penerimaan karyawan baru. Kehidupan masyarakat Jepang dengan standar hidup yang tinggi, penerapan teknologi maju, menuntut mereka untuk menjalani pendidikan sampai tingkat tertentu agar bisa mengimbangi standar hidup mereka itu sendiri dan mampu mengikuti arus perkembangan zaman.Disamping itu, kecendungan untuk menilai seseorang melalui latar belakang pendidikannya sudah berakar kuat pada masyarakat Jepang. Secara ekonomis dapat mengandalkan latar pendidikannya sebagai modal dan pendapatannya di masa depan NHK Kokusai Kyouzu Keizei,1995:177. Menurut badan perencanaan okonomi yang didirikan pada bulan juni 1992, pengeluaran untuk pendidikan bagi keluarga yang memiliki anak usia sd mencapai 8,3 dari anggaran belanja keluarga, 10,3 bagi keluarga yang mempunyai anak usia smp, 11,8 bagi keluarga yang mempunyai anak yang duduk di bangku sma dan 15 bagi keluarga yang anaknya telah duduk di bangku perguruan tinggi. Universitas Sumatera Utara 49 Biaya lainnya yang dianggap lebih berat dari biaya pendidikan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk cicilan rumah. Pada tahun 1993, keluarga yang memiliki rumah sendiri di seluruh Jepang, jumlahnya sekitar 60, dan sangat susah untuk memiliki rumah sendiri di kota besar seperti tokyo, karena harganya sangat tinggi. hal ini sesuai dengan kehidupan orang Jepang dalam Hyou To Gurafu De MiruShakaika Shiryoushuu 1998: 214. Karena tuntutan hidup orang Jepang yang sangat tinggi, kebutuhan hidup yang harus dicukupi oleh orang Jepang dan loyalitas yang dimiliki oleh seorang pekerja dapat dijadikan landasan tinggi dan lamanya jam kerja di Jepang. Perusahaan biasanya berusaha untuk mengurangi biaya lembur overtimeexpenses agar mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Dalam hal ini, posisipekerja sangat tidak menguntungkan , mereka dituntut untuk bekerja keras tapi tidak memperoleh bayaran atas kerja kerasnya itu. Disamping itu, kesadaran berkelompok dan juga loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan membuat perusahaan biasa menuntut pekerjaannya untuk lembur berjam- jam.Meskipun peraturan mengenai lembur harus disepakati melalui perjanjian sarikat buruh dengan perusahaan, tapi lembur yang mereka kerjakan biasanya jauh melebihi angka tersebut.Para pekerja hampir tidak bisa berbuat apa-apa karena adanya ancaman pemutusan hubungan kerja dan juga tersisihkan dari kelompok.Melihat kondisi ini, sistem shuushinkoyou yang diterapkan oleh kebanyakan perusahaan di Jepang telah menempatkan seorang pekerja pada posisi yang sangat lemah.Hal ini sesuai dengan perusahaan Jepang dalam NHK Kokusai Kyouzou Keizai Project 1995:99. Universitas Sumatera Utara 50

3.2 Dampak karoushi terhadap kesehatan Diri Sendiri