1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan berfungsi membekali, membantu dan mengembangkan potensi manusia untuk bisa hidup dan menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan atau
perubahan kehidupan. Karena itu pendidikan harus berorientasi tidak hanya ke masa kini tetapi juga masa depan. Pendidikan tidak hanya berperan
mengembangkan aspek intelektual semata, tetapi juga membekali dan mengembangkan kecakapan pribadi dan kecakapan sosial. Kedua fungsi tersebut
diperlukan dalam kehidupan life skill. Mengingat besarnya fungsi pendidikan, dalam pendidikan tinggi selain pengembangan aspek intelektual, dibentukalah
sebuah wadah kegiatan mahasiswa yang secara khusus bertujuan mengembangkan kecakapan pribadi dan sosial melalui aktifitas-aktifitas dalam organisasi
mahasiswa. Organisasi mahasiswa di Universitas Sumatera Utara USU selain
memiliki tujuan umum sebagaimana disebutkan di atas, juga berfungsi sebagai wahana penyalur bakat, pengembang potensi dan kemampuan mahasiswa yang
disesuaikan dengan minat mahasiswa. Terdapat berbagai macam organisasi mahasiswa di USU, baik di tingkat jurusan, fakultas hingga tingkat universitas
dengan ragam dan corak berbeda-beda. Organisasi mahasiswa, dapat dikatakan sebagai laboraturium kehidupan
bermasyarakat, karena melalui organisasi mahasiswa banyak hal bisa dilakukan,
Universitas Sumatera Utara
2
dipelajari, diamati, diperkenalkan, disosialisasikan ataupun diujicobakan tentang sebuah konsep dan tata kehidupan sosial yang baik sebagaimana di dalam
lingkungan keluarga. Melalui wadah kegiatan mahasiswa ini pula, usaha mencetak generasi yang mampu memperbaiki tatanan kehidupan sesuai perkembangan
zaman dan berusaha menguraikan permasalahan-permasalahan kehidupan sosial yang ada.
Tanpa disadari, aktifitas mahasiswa di lingkungan kampus yang berlandaskan pada pendidikan yang sedang ditempuh di perguruan tinggi, juga
memiliki keterkaitan erat dengan kondisi masyarakat setempat ataupun masyarakat di mana mahasiswa itu berasal. Maka tidaklah mengherankan bila
mana semua permasalahan dan isu-isu yang ada dalam lingkungan sosial masyarakat, masuk kedalam sendi-sendi aktifitas dalam organisasi mahasiswa
seperti; isu politik, isu perekonomian, budaya, lingkungan, agama hingga isu tentang tuntutan akan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan gender
dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Unit Kegiatan Mahasiwa UKM ataupun wadah aktivitas kemahasiswaan
luar kelas adalah untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu. Pembinaan kegiatan UKM mempunyai arti yang sangat penting bagi
pengembangan kepribadian mahasiswa dan kemampuan tambahan sesuai minat dan bakatnya.
Dalam penelitian ini peneliti mempusatkan perhatiannya kepada Unit Kegiatan Mahasiswa UKM Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi
Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara KOMPAS – USU. Dalam
Universitas Sumatera Utara
3
penelitian ini penulis merupakan salah satu anggota dan mantan ketua umum KOMPAS USU. KOMPAS – USU merupakan organisasi kemahasiswaan yang
bergerak dibidang cinta alam dan studi lingkungan hidup. Topik yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu mengenai kesetaraan gender di UKM
KOMPAS USU. Secara umum gender merupakan pembedaan atau perbedaan peran laki-laki dan perempuan baik dalam fungsi, tanggungjawab, perilaku, yang
dibentuk oleh sosial budaya pada masing-masing masyarakat tertentu. Sedangkan kesetaraan gender adalah adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan
dimana persamaan itu mempunyai arti yang menguntungkan bagi kedua pihak. Dan peneliti melihat bahwa di KOMPAS – USU ketimpangan gender sangat
minim, hal ini dapat dilihat dari segala proses kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan keseharian KOMPAS – USU maupun kegiatan lapangannya. Setiap
anggota di KOMPAS – USU tidak pernah memberikan tugas berdasarkan gendernya, baik laki-laki maupun wanita sama saja. Dalam kegiatan
kesehariannya KOMPAS – USU memiliki jadwal piket yaitu untuk menjaga kebersihan sekretariat dan sistem jaga malam. Dalam menjaga kebersihan
sekretariat laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama yaitu harus mau membersihkan seluruh ruangan sekretariat, membersihkan halaman dan mencuci
alat-alat rumah tangga yang kotor seperti piring, cangkir, sendok, dll. Begitu juga dengan sistem jaga malam, laki-laki dan perempuan tetap mendapat
tanggungjawab yang sama. Juga dalam setiap rapat-rapat yang dibuat oleh pengurus KOMPAS – USU, dalam pengambilan keputusan perempuan juga
memiliki hak sama. Laki-laki dan perempuan dapat menjadi pengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
4
decision maker bila dianggap dapat membangun organisasi kearah yang lebih baik lagi. Dan yang membuat saya juga tertarik utuk membahas tentang
kesetaraan gender di KOMPAS USU karena kebetulan saat ini ketua umumnya dijabat oleh seorang perempuan, walaupun ini bukan kali pertama KOMPAS USU
diketuai oleh seorang perempuan. Tetapi hal itu sangat menarik untuk diketahui oleh orang banyak, bahsawanya kegiatan mahasiswa pencinta alam bukan hanya
untuk laki-laki saja dan beranggapan bilapun ada perempan hanya sebagai pelengkap saja. Hal itu sangatlah salah karena sudah ada buktinya bahwasanya
KOMPAS USU pernah dipimpin oleh seorang perempuan dan yang sedang memimpin KOMPAS USU saat ini adalah seorang perempuan. Dalam kegiatan
lapangannya KOMPAS – USU juga tidak pernah membedakan peran baik pra kegiatan sampai pasca kegiatan. Dalam pra kegiatan yaitu persiapan fisik, porsi
latihan fisik yang dilakukan pria sama dengan porsi latihan fisik yang dilakukan oleh perempuan. Sisanya diberikan pembagian tugas sesuai dengan jabatan yang
dipegangnya dalam kegiatan tersebut. Jadi didalam proses pemilihan ketua umum tidak terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kedua-duanya
mempunyai hak yang sama ketika sudah menyandang status sebagai anggota biasa KOMPAS – USU.
Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Fakih yang menurutnya gender adalah perbedaan peran antara pria dan perempuan berdasarkan budaya, di mana
laki-laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan oleh kultur setempat yang berkaitan dengan peran, sifat,
kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Sementara perbedaan peran dan
Universitas Sumatera Utara
5
kedudukan disini tidak terjadi. Seks atau jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri biologisnya.
Namun, kadang-kadang gender sebagai salah satu nilai sosial yang berlaku di masyarakat memiliki sifat yang cenderung untuk dipertahankan sebagaimana nilai
sosial yang lainnya.Nilai dan peran gender yang timpang tersebut masih ada berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan adanya proses sosialisasi yang masih
ada di lingkungan sosial individu. Mahasiswa sebagai individu juga tidak luput dari proses sosialisasi nilai dan peran gender tersebut. Proses sosialisasi
dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni agen sosialisasi, proses atau cara sosialisasi, dan isi sosialisasi.
1.2 Tinjauan Pustaka