101
menjadi orang yang “dikasihani”. Dan anggota yang laki=laki juga selalu tahu menempatkan diri dan tak pernah memberikan label kepada perempuan bahwa
mereka adalah mahkluk yang lemah, mereka justru selalu mengajak kami peremuan-permpuan ini untuk terus berlatih dan berlatih.
7. Rinaldi Hasibuan
“kalo yang aku liat sih, KOMPAS USU sebagai organisasi yang mempunyai anggota dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda tidak pernah menjadi itu
sebagai acuan untuk memberanikan diri mencalonkan diri sebgai ketua umum, karena kita disini sudah tidak dibatasi oleh sekat itu ketika sudah resmi bergabung
disini. Semua sudah sama seperti layaknya saudara kandung. Aku memang masih baru disini, tetapi dari yang aku liat memang seperti itu. Contohnya itu ketika aku
masih calon anggota, ketua yang melantik aku itu menjadi anggota biasa adalah bang Erwin, dan saat itu adalah masa transisi pergantian pengurus. Dan setelah itu
ketua dijabat oleh kak Mia. Dalam proses pergantian ketua saat itu terjadi seperti mana biasa layaknya pergantian pimpinan organisasi. Dan bagi saya itu adalah
sebuah hal yang menarik buat saya dan jujur saya menjadi sangat bangga, karena KOMPAS USU bukan organisai yang menganut paham yang kolot. Ya disini itu
betul-betul demokrasi, semua anggota diberi kebebasan. Ketika aku masih calon anggota hal itu memang sudah terlihat, tetapi karena saat itu posisinya masih
melihat dari luar yang masih setengah-setengahlah tahunya gimana tentang KOMPAS USU.
4.2. Strategi Pendukung Kesetaraan Gender
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Permasalahan perempuan senantiasa berkembang seiring dengan perubahan
dan perkembangan kondisi masyarakat. Demikian pula dengan perkembangan pemikiran yang mengikuti kondisi zaman yang semakin kompleks sangat dibutuhkan
dalam menyikapi permasalahan tersebut. Oleh karena permasalahan tersebut merupakan suatu hal yang sangat penting dan mendasar, yang menuntut keluasan dan
Universitas Sumatera Utara
102
pemahaman yang mendalam tentang peran dan fungsi perempuan, yang pada gilirannya perempuan berkualitaslah yang dapat menjawab segala permasalahan
tersebut. Peran perempuan di Indonesia bisa dikatakan sudah mengalami peningkatan. Kebebasan berpendapat, berorganisasi serta berekspresi di kalangan perempuan
Indonesia mulai berkembang. Beberapa langkah yang perlu dilakukan organisasi dalam merumuskan strategi
pendukung kesetaraan gender, yaitu: 1.
Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh
organisasi dalam menjalankan misinya. 2.
Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan key success factors dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
3. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan
jangka panjang. Hariadi, 2005. Dengan meningkatkan kesetaraan gender berarti memberikan akses dan kontrol
kepada anggota perempuan dalam hal pengambilan keputusan organisasi. Anggota perempuan dikatakan memiliki akses ketika mereka diberi hak suara dan
diperhitungkan pendapatnya dalam pengambilan keputusan. Setelah diberi hak suara berarti perempuan akan mampu mendapatkan kontrol dalam mengelola organisasi.
Ketika angggota perempuan telah mendapatkan kontrol artinya perempuan tidak hanya sekedar mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan, tetapi anggota perempuan dalam KOMPAS USU juga mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
103
manfaat dari keputusan yang dibuat. Dengan demikian kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan belumlah cukup, masih diperlukan penyadaran tentang
gender agar anggota perempuan dalam KOMPAS USU memikirkan dan memperjuangkan kepentingan perempuan dalam organisasi.
Dengan adanya hak dan wewenang kekuasaan yang sama dengan laki-laki dalam KOMPAS USU tersebut, adanya kesetaraan dalam kontrol dan pengambilan
keputusan, berarti relasi timpang dapat dihilangkan. Pengurus KOMPAS USU ketika ditanyai mengenai pendapat perempuan dalam pengambilan keputusan setiap rapat
mengatakan bahwa pendapat yang dikemukakan oleh anggota perempuan diperhatikan dan menjadi pertimbangan, dengan catatan pendapat tersebut dapat
diterima akal sehat dan dibarengi dengan alasan yang logis. Namun keputusan rapat biasanya tetap berada di tangan ketua umum. Tapi kadang pendapat yang
dikemukakan oleh anggota perempuan kemudian dikembalikan kepada forum dan ditanyai persetujuannya kepada seluruh anggota.
Struktur yang ada di KOMPAS USU saat ini didominasi oleh perempuan. Namun dalam mekanisme organisasi yang ada baik laki-laki maupun perempuan
memiliki hak dan kedudukan yang sama, misalnya dalam hak berpolitik. Laki-laki dan perempuan diberi kebebasan dan hak yang sama untuk tampil dan bersaing
menjadi seorang ketua organisasi. Tidak ada larangan bagi anggota laki-laki maupun perempuan untuk menjadi ketua umum maupun kepala bidang dalam KOMPAS USU
karena siapapun kelak yang menjadi ketua tentu akan menjalankan roda organisasi sesuai dengan tujuan organisasi yang telah tercantum di ADART KOMPAS USU .
Politik dalam hal ini bukanlah merujuk kepada partai politik, lembaga eksekutif
Universitas Sumatera Utara
104
ataupun legislatif dan bukan pula dalam hubungan kenegaraan. Berpolitik dalam organisasi dihubungkan dengan kompetisi maupun strategi yang dilakukan dalam
mencapai tujuan tertentu. Terjadi persaingan untuk merebutkan kekuasaan ataupun kepemimpinan dalam organisasi. Persoalan kepemimpinan bukanlah masalah gender
atau jenis kelamin laki-laki atau perempuan tapi sejauh mana seseorang mampu berkompetisi serta memiliki kepercayaan diri dan semangat juang tinggi. Anggota
KOMPAS USU juga menyakini, terlepas dari identitas gender bahwa setiap orang adalah pemimpin, sehingga setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin.
Hal di atas sama dengan apa diterapkan oleh suku Dayak yang ada di Kalimantan, bahwasanya dalam hal pengambilan keputusan, banyak diantaranya
perempuan Dayak yang telah menjadi pimpinan atau ketua adat. Masyarakat tidak mempermasalahkan apakah laki-laki atau perempuan yang menjadi pimpinan,
keduanya sama-sama berharga. Meentje Simatauw, dkk, 2001:28. Hal yang dikemukan oleh Meentje Simatauw dkk hampir sama dengan beberapa
kegiatan KOMPAS USU yang baru dilakukan dalam tahun ini dimana dalam hal untuk pembagian peran untuk persiapan kegiatan dan pengambilan keputusan semua
anggota mempunyai hak yang sama dalam itu.berikut hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang informan mengenai kegiatan yang baru saja dilalui,
1. PON XIX oleh Widya Sandahro Bakkara
Aku, sebagai salah satu anggota tim KOMPAS-USU, diantara tim lain yang juga mewakili SUMUT , yaitu Ancol arung jeram dan Rapid Plus. Sekitar 18 atlet
berangkat sebagai kontingen SUMUT dalam ajang bergengsi eksibisi Pekan Olahraga Nasional XIX cabang olahraga arung jeram yang dilaksanakan di Jawa Barat. Event
yang kami ikuti ini tentunya tak lepas dari perjuangan dan pengorbanan bahkan
Universitas Sumatera Utara
105
waktu yang tidak singkat. Kami mengawalinya sejak tahun 2015 lalu. Kejuaraan daerah sebagai langkah awal yang kami ikuti ternyata memberikan kesempatan dan
sebagai pembakar semangat yang sampai saat ini tak akan kami lupakan. Saat itu, KOMPAS-USU mengirimkan dua tim, yaitu tim putra dan tim putri. Itu pulalah yang
menjadi tiket kami mengikuti Kejuaraan Nasional yang dilaksanakan di Sungai Binge, tepat Oktober tahun lalu. Menduduki peringkat kedua, itulah yang kami
peroleh. Kejuaraan yang berlangsung selama seminggu mengajarkan kami banyak hal. Muncul keinginan dan semangat yang kuat untuk ikut andil dalam event-event
selanjutnya.Saat itu, kami mulai mengerti membaca lawan, mengenal medan, menguasai beberapa strategi.
Agustus lalu, KOMPAS-USU kembali diundang dalam sebuah pertemuan informal. Pada pertemuan itu Federasi Arung Jeram FAJI Medan menyampaikan
maksud dan tujuan mereka. Saat sebuah tekad sudah buat, kami akan membuktikannya. Hal-hal yang telah kami bicarakan pun dibahas kembali oleh
pengurus KOMPAS-USU.Ya, kami akan berangkat mewakili provinsi tercinta. Jadwal latihan telah disusun, telah terpilih lima orang putri KOMPAS-USU. Hari
demi hari, kami menjalani proses latihan. Awalnya aku merasa tidak nyaman,mengapa ? kehadiran dua orang baru di tim kami. Ketidaksesuaian irama
dayungan, kekurang kompakan, kekurang sigapan, itu semua membuat berkurangnya semanagat ku. Terlalu egois, pikirku. Mereka baru belajar, sedangkan aku sudah
diperkenalkan dengan arung jeram sejak beberapa tahun lalu, wajar bila kami belum menemukan yang dinamakan sebuah chemistry. Latihan tetap berjalan, perlahan kami
menemukan sebuah kenyamanan dan kegigihan. Suatu hari di sela-sela latihan kami seakan saling berbisik, kita wanita Bukan berarti kita tak bisa lakukan apa yang tak
biasa para wanita lakukan. Masalah siapa yang kuat, siapa yang lemah ? bukan itu yang menjadi penghambat. Kita tak akan pernah maju jika kita menutup sebuah
kesempatan emas yang datang pada kita. Begitu seterusnya, kami berlatih dan mempersiapkan strategi untuk menghadapi pertadingan yang akan berlangsung.
Hingga tiba saat yang telah ditentukan.
Kontingen SUMUT siap berangkat untuk hadapi eksibisi PON XIX , Jabar, 2016. Aku dan teman-teman mulai merasakan aroma pertandingan yang
sesungguhnya. Belum lagi ketika akan turun ke sungai Cimandiri yang menurut kami memiliki arus yang cukup deras. Ketegangan pun mulai kami rasakan, bahkan ada
yang mulai terlihat bertingkah aneh dan bergerak mulai lambat. Coach memanggilku. Dia merasa bahwa tim ini mulai aeh, akupun diminta untuk tetap menjaga semangat
tim. Kami masih punya waktu latihan beberapa hari, itulah yang kami maksimalkan agar target kami tercapai. Kebersamaan pun semakin terasa,mungkin tak hanya kami
yang merasakannya tetapi juga tim-tim lain. Canda tawa pun turut menghiasi waktu makan siang kami, di bawah pohon-pohon yang rindang. Percakapan yang terjadi di
meja makan tak hanya tentang arung jeram semata, termasuk juga bercerita tentang keluarga, teman dan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui sebelumnya. Malam
hari kami tak punya waktu yang cukup banyak untuk berbincang dikarenakan waktu istirahat kami harus cukup demi tubuh yag fit keesokan harinya. Walaupun begitu
Universitas Sumatera Utara
106
setiap malam pasti diadakan evaluasi dan briefing untuk mengetahui sudah sejauh apa kesiapan fisik, mental, alat maupun strategi yang telah disiapkan oleh tim. Jika
manager melihat ada kesalahan ataupun ketidaksesuaian maka akan diperingatkan, sebuah usaha dan latihan yang baik akan diberi pujian yang sudah pasti mampu
mempengaruhi psikologis para anggota tim.Kekesalan, saling menyalahkan, tidak mau tahu, hal itupun terjadi di tim. Namun pada akhirnya semuanya sadar, bahwa
sebuah tujuan tidak akan tercapai jika masing-masing hanya menampilkan ego yang berlebihan.
Pertandingan sudah kami lewati dengan baik. Secara keseluruhan, Kontingen SUMUT menyumbangkan 5 medali yang terdiri dari 2 medali perak dan 3 medali
perunggu. Tim putri KOMPAS USU menyumbangkan 1 medali perunggu untuk SUMUT dalam nomor lomba Sprint Race yang bersaing dengan waktu tempuh
tercepat mencapai garis finish. Suasana penuh haru, itulah yang aku dan anggota tim rasakan, air mata tak terbendung. Inilah arti dari sebuah perjuangan yang telah kami
lakukan. Kami tidak pernah menyangka akan naik ke podium dan dikalungkan sebuah medali yang juga tidak datang dengan Cuma-Cuma. Bagi kami menang
adalah bonus, kerja sama dan kerja keras itu yang terpenting. Sebuah kebanggan bagi kami dan juga sebagai motivasi untuk tetap berjuang. Mungkin hal ini adalah hal
yang tidak akan dilakukan oleh sebagian anak perempuan dengan berbagai alasan, tapi inilah perjuangan kami untuk SUMUT, dan untuk wanita Indonesia. Dan itu juga
merupakan perjuangan dari seluruh anggota KOMPAS USU yang telah membantu segala sesuatunya untuk persiapan tim. Sebelum berangkat ke “medan tempur”.
Tanpa mereka kami takkan bisa sampai ke titik ini, dan juga dukungan dari semua anggota KOMPAS USU terkhusus tim official.
Universitas Sumatera Utara
107
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan