5
kedudukan disini tidak terjadi. Seks atau jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri biologisnya.
Namun, kadang-kadang gender sebagai salah satu nilai sosial yang berlaku di masyarakat memiliki sifat yang cenderung untuk dipertahankan sebagaimana nilai
sosial yang lainnya.Nilai dan peran gender yang timpang tersebut masih ada berlaku di masyarakat. Hal ini disebabkan adanya proses sosialisasi yang masih
ada di lingkungan sosial individu. Mahasiswa sebagai individu juga tidak luput dari proses sosialisasi nilai dan peran gender tersebut. Proses sosialisasi
dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni agen sosialisasi, proses atau cara sosialisasi, dan isi sosialisasi.
1.2 Tinjauan Pustaka
Carol R. Ember dan Melvin Ember dalam T.O. Ihromi 2006:18 mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan cara berperilaku yang dipelajari
yang digerakkan oleh naluri. Kebudayaan tidak tergantung dari transmisi biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Sama halnya dengan James P. Spradley
terjemahan 2006:6 yang mengartikan bahwa kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk meninterpretasikan
pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Dalam kesamaan mendefinisikan bahwa budaya adalah suatu hal yang dipelajari dan kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dalam wujud tingkah laku. Kebudayaan juga berasal dari
pengetahuan dan pemahaman individu.
Universitas Sumatera Utara
6
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kebudayaan, dimana Koentjaraningrat 1997:4 merincikan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat di
dalam setiap masyarakat secara universal, yaitu : 1 bahasa, 2 sistem teknologi 3 sistem ekonomi, 4 organisasi sosial, 5 sistem pengetahuan, 6 kesenian 7
sistem kepercayaan atau religi yang merupakan salah satu unsur penting dalam
kebudayaan. Agama tak lepas dalam setiap kebudayaan masyarakat. A.
Gender
Dalam memahami konsep gender harus dibedakan terlebih dahulu antara kata gender dan kata seks jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan
penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, laki-laki adalah
manusia yang memiliki penis, memiliki jakala kala menjing dan memproduksi sperma. Sementara perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran
untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat untuk menyusui. Alat-alat ini secara biologis atau sering disebut sebagai ketentuan
Tuhan atau kodrat. Sedangkan konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang direkonstruksi secara sosial maupun
kultural. M. Fakih, 1996. Dengan kata lain gender adalah konstruksi sosial yang mengatur pembagian peran sosial menurut jenis kelamin L. Margiyani, 1998.
Secara umum gender merupakan pembedaan atau perbedaan peran laki- laki dan perempuan baik dalam fungsi, tanggung jawab, perilaku, yang dibentuk
oleh sosial budaya pada masing-masing masyarakat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
7
Dalam pemahaman gender terdapat 2 teori, yakni : 1.
Teori nature yang beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara perempuan dan laki-laki hanya disebabkan oleh perbedaan fisiologis dan
biologis saja. 2.
Teori nurture yang beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara perempuan dan laki-laki disebabkan oleh proses belajar dari lingkungan.
Konstruksi sosial budayalah yang memunculkan maskulinitas dan feminimitas.
Dari uraian teori di atas, maka jelaslah bahwa pemimpin merupakan hasil budaya yang dibentuk oleh lingkungan yang merupakan faktor dari teori
nurture. Trisakti Handayani dan Sugiarti 2008:15-18 mengungkapkan bahwa
perbedaan gender dapat melahirkan ketidakadilan. Adapun bentuk manifestasi ketidakadilan tersebut di antaranya adalah
1
1. Gender dan marginalisasi perempuan
:
Bentuk manifestasi ini merupakan proses marginalisasi atau pemiskinan terhadap kaum perempuan atau disebut juga pemiskinan ekonomi.
2. Gender dan subordinasi pekerjaan perempuan.
Adanya anggapan bahwa perempuan tidak penting terlibat dalam pengambilan keputusan. Perempuan cenderung tersubordinasi oleh faktor-
faktor yang dikonstruksikan secara sosial dan mengakibatkan adanya diskriminasi kerja bagi perempuan.
1
Trisakti Handayani, Sugiarti, Konsep dan Teknik Penelitian Gender Malang: UMM Press, 2008 hal. 15-18
Universitas Sumatera Utara
8
3. Gender dan stereotip atas pekerjaan perempuan.
Stereotip merupakan pelabelan terhadap suatu kelompok ataujenis pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan bentuk ketidakadilan, sehingga
dinamakan pelabelan negatif. Biasanya terjadi karena disebabkan pelabelan yang sudah melekat pada laki-laki, misalnya laki-laki adalah
manusia yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sedangkan perempuan adalah makhlukyang lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Dengan
adanya pelabelan tersebut membuat perempuan dikonstruksikan sebagai kaum yang identik dengan pekerjaan-pekerjaan rumah, maka peluang
perempuan untuk bekerja di luar rumah sangat terbatas. 4.
Gender dan kekerasan terhadap perempuan. Jika diperhatikan bahwa kekerasan yang terjadi pada perempuan
merupakan kekerasan yang disebabkan adanya keyakinan gender. 5.
Gender dan beban kerja lebih berat Perkembangan perempuan tidaklah ‘mengubah’ peranannya yang lama
yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga. Maka dari itu, perkembangan peran perempuan menambah dan menuntut perempuan mengerjakan
peranannya sekaligus, sehingga membuat beban kerja yang lebih berat. Ketidakadilan terhadap perempuan sudah sejak lama terjadi. Mungkin
sejalan dengan usia manusia itu sendiri. Memandang rendah perempuan, menjadikannya sebagai pelengkap kehidupan bagi laki-laki adalah hal yang sudah
membiasa dalam kehidupan perempuan. Bahkan dari waktu ke waktu ketidakadilan tersebut semakin menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan
Universitas Sumatera Utara
9
masyarakat, menunggu sentuhan kemanusiaan untuk memperbaiki pandangan yang kurang memanusiakan perempuan.
Hingga pada zaman filsafatpun, perempuan masih diragukan eksistensinya. Dikalangan filsuf sendiri terjadi perdebatan apakah perempuan
mempunyai roh atau tidak? Di Yunani, posisi perempuan kurang menguntungkan. Mereka menjadi barang komoditi yang bisa di perjual-belikan. Di Romawi,
demikian pula kenyataannya, mereka dianggap sebagai makhluk tak berjiwa, dan keberadaannya adalah perwujudan setan yang datang untuk merusak hati manusia.
Di India, Hidup seorang perempuan tergantung pada suaminya, jika suaminya mati maka tidak ada alasan bagi perempuan untuk tetap hidup
2
Oleh karena itu muncullah gerakan feminisme yang merasa telah terjadi diskriminasi terhadap nasib perempuan. Feminisme adalah sebuah gerakan
perempuan yang menuntut emansipasi antara kesamaan hak dan keadilan dengan laki-laki. Secara umum sejarah gerakan feminisme terlahir pertama kali pada abad
18 M. di Eropa .
3
2
Achmad Satori Ismail, Fiqih Perempuan dan Feminisme dalam Antologi Membincang Feminisme : Diskursus Gender Perspektif Islam Surabaya : Risalah Gusti, 2000, hlm. 132-133
3
feminisme mulai berkembang ketika zaman Renaissance atau zaman pencerahan di Eropa, yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Perkumpulan
masyarakat ilmiah pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di dekat Belanda pada tahun 1785.
. Pada saat itu berkembanglah pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosial, maka ketika itu semua
kalangan perempuan baik kalangan atas, menengah dan bawah tidak memiliki hak-hak dalam mendapatkan pendidikan, berpolitik hak atas milik dan pekerjaan,
Universitas Sumatera Utara
10
oleh karena itu kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapn hukum.
Feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosial Utopia, yakni sebagi penggagasnya Charles Fourier pada tahun 1837, pergerakan ini berpusat di
Eropa dan berpindah ke Amerika dan terus berkembang pesat sejak dipublikasikan oleh John Stuart Mill “ TheSubjection Of Women” pada tahun
1869. Pergerakan kaum feminis ini semakin berkembang ketika pada era liberalism di Eropa dan terjadi revolusi Prancis di abad 18 yang merambah ke
Amerika dan seluruh dunia, dari sinilah sejarah feminisme mulai berkembang hingga sekarang.
Menurut Mansour Fakih 1996:8 gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial
maupun cultural. Menurut Ann Oakley 2001:2 gender adalah masalah budaya, ia merujuk kepada klasifikasi sosial dari laki-laki dan perempuan menjadi
‘maskulin’ dan ‘feminim’.Menurut Alice Schlegel gender mempunyai arti yang serupa dengan ideology gender, yaitu bagiaman kedua jenis kelamin
“dipersepsikan, dinilai, dan diharapakan untuk bertingah laku”. Dalam buku Irwan Abdullah 2001:123-126 keterlibatan perempuan desa
dalam sektor perdagangan di desa dominasi oleh perempuan. Tingkat partisipasi perempuan yang tinggi di bidang perdagangan bertolak belakang dengan
anggapan umum tentang perempuan., perempuan dianggap sebagai golongan masyarakat yang “lembut dan halus budi”, padahal pekerjaan perdagangan
dianggap bernilai rendah karena penuh dengan tipu muslihat. Kegiatan
Universitas Sumatera Utara
11
perdagangan masih dikaitkan dengan ciri-ciri yang bersifat negative, seperti penipuan dan hal-hal yang bernilai tidak baik Geertz, 1982: Burger, 1983.
Kalangan masyarakat petani juga menganggap bahwa pekerjaan di luar pengolahan tanah, di antaranya perdagangan adalah pekerjaan yang kurang baik
dilakukan oleh orang yang tidak tahan bekerja keras, di samping itu, perdagangan merupakan arena permainan mengadu untung Redfield, 1982:92-93. Pandangan
negatif terhadap perdagangan dalam masyarakat Jawa merupakan suatu warisan yang ditinggalkan oleh kalangan priyayi dan muncul sejak awalmasuknya
perdagangan dalam perekonomian Indonesia, khususnya Jawa. Data sensus penduduk memperlihatkan perubahan struktur pekerjaan sejak
tiga dekade lalu. Sejalan dengan menurunnya kesempatan kerja disektor pertanian, persentase penduduk yang terlibat dalam kegiatan luar pertanian, khususnya
dalam sektor jasa dan perdagangan Irwan Abdullah,2001:149. Sebagian peneliti menilai pergeseran ini sebagai indicator kemajuan, yakni dalam pengertian
terjadinya peningkatan diversifikasi ekonomi pedesaan. Keterlibatan anggota rumah tangga tani dalam sektor luar pertanian menjadi tanda perubahan
perekonomian desa, yang secara langsung mempengaruhi ekonomi rumah tangga. Satu persoalan menarik adalah keterlibatan perempuan: persentase keterlibatan
perempuan dalam pekerjaan luar pertanian relatif tinggi Irwan Abdullah,2001:150.
Pergerakan kaum perempuan Amerika yang bertujuan untuk membangkitkan kemandirian kaum perempuan sebagai mitra sejajar dari laki-laki
untuk pencapaian kebahagian for the persuit happiness oleh karena itu, didasari
Universitas Sumatera Utara
12
oleh keyakinan atau paham kebebasan dan perlindungan hak-hak individu kemanusiaan human rights atau demokrasi. Kedua paham ini merupakan unsur-
unsur dasar dari nilai-nilai budaya orang Amerika. Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga
dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, sederajat artinya sama tingkatan kedudukan, pangkat. Dengan demikian,
kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama
lain.Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahkluk Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang
sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan
tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia baik laki-
laki maupun perempuan bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang
kaku
4
4
Sumber : http:yudhaoktatino.blogspot.co.id201412kesetaraan-gender.html
. Hal ini bukan berarti bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah
mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan Unesco, 2002.Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang
dalam memperoleh kesempatan dan alokasi sumber daya, manfaat atau dalam mengakses pelayanan. Dalam artikel ini akan dibahas bagaimana gerakan
Universitas Sumatera Utara
13
perempuan yang bisa dilakukan sebagai gerakan sosial social movement tumbuh dan berkembang di Amerika.
Istilah gerakan movement menurut kamus Webster berarti “organized action by people working toward a goal”. Kemudian Steven Buechler
menyatakan bahwa gerakan sosial itu sering digambarkan sebagai reaksi kolektif dari suatu kelompok masyarakat yang tersubordinasi collective respons to a
group’s experience of subordination. Jadi mengacu pada rumusan diatas, dapat diartikan bahwa gerakan kaum perempuan Amerika sebagai usaha sekelompok
orang untuk mencapai cita-citanya yaitu membebaskan diri dari tekanan masyarakat yang bersifat patriarki yang menganggap merek ini sebagai kelompok
yang inferior atau subordinasi Nana Nurliana Soeyono, 2000:16-17.
Banyak perusahaan cenderung lebih suka mempekerjakan perempuan daripada pria karena dalam beberapa hal dianggap lebih baik. Namun di sisi lain,
perempuan juga sulit mencapai posisi lebih tinggi.Masalah ini adalah masalah yang umum di seluruh dunia. Secara umum perempuan lebih diterima bekerja
pada posisi junior, namun sulit bagi mereka untuk bisa meraih posisi yang lebih tinggi walaupun mampu.Sebabnya, karena masih banyak perusahaan besar yang
memiliki persepsi bahwa perempuan kurang cocok memegang posisi tinggi. Mereka tak terbiasa dipimpin oleh seorang perempuan.
Selain itu, pembagian waktu juga menjadi faktor lain. Sebabnya, masih ada ekspektasi perempuan di samping berkarir untuk tetap mengurus keluarga dan
orangtua, sehingga mereka tidak menjadi fleksibel lelaki. Dalam beberapa hal, perempuan juga memiliki limitasi yang tidak dimiliki pria.
Universitas Sumatera Utara
14
Kaum perempuan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir kian memberi kontribusi yang besar bagi naiknya pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Namun,
kesetaraan dalam karir, baik di sektor industri maupun politik, masih belum dinikmati oleh banyak perempuan di negeri ini.
Penilaian itu disampaikan oleh tim ahli dari Bank Dunia, yang menyusun laporan World Development Report 2012 on Gender Equality and Development.
Laporan Bank Dunia itu menyusun data dan mengidentifikasi sejauh mana pengaruh dan masalah yang dihadapi kaum perempuan dalam pembangunan
ekonomi di penjuru dunia. Dipimpin oleh ekonom senior, Sudhir Shetty, tim penyusun laporan Bank
Dunia 2012 itu menilai bahwa, seperti di sejumlah negara lain, partisipasi kaum perempuan Indonesia dalam lapangan kerja dan pendidikan sudah meningkat
pesat. Selain itu juga timbul kesadaran yang kuat dari kaum perempuan untuk menunjang kebutuhan hidup mereka secara mandiri dan kolektif - seperti yang
terlihat pada program Pekka Perempuan Kepala Keluarga Kesetaraan gender adalah seperti sebuah frase istilah “suci” yang sering
diucapkan oleh para aktivis sosial, kaum feminis, politikus, bahkan oleh para pejabat negara. Istilah kesetaran gender dalam tataran praktis, hampir selalu
diartikan sebagai kondisi “ketidaksetaraan” yang dialami oleh para wanita. Kebudayaan Indonesia yang memarginalkan peran perempuan berpengaruh
pada pembentukan karakter bangsa. Sebagai contoh dalam perspektif perempuan, pelanggaran norma seperti yang diatas perlu disosialisasikan dan dikuatkan saat
ini, yakni fenomena kekerasan berbasis komunitas atas nama adat dan syariat.
Universitas Sumatera Utara
15
Sebuah adat dapat saja berfungsi sebagai wujud kearifan lokal yang memiliki sanksi sosial bila dilihat ancaman kekerasan atas nama aturan adat. Sebagai
contoh wilayah Aceh, aturan adat menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang menjaga nilai dan norma masyarakat menjadi bagian dari pola pikir dan perilaku
masyarakat yang dikuatkan dengan syariat Islam. Tantangan menjadi berat ketika perubahan sosial terjadi dalam kurun waktu yang tidak dapat diantisipasi oleh
masyarakat yang masih dalam transisi pasca konflik. Pelanggaran Syariat Islam memberikan ruang multi interprestasi dan menimbulkan interaksi masyarakat
dengan penegak hukum Syariat Islam. Wacana HAM sepertinya menawarkan lingkup terbesar dalam penerimaan
pluralisme gender. Wacana HAM adalah isu pertarungan yang sengit di Indonesia, sebagaimana ditunjukkan di atas dengan adanya kelompok-kelompok Muslim
yang menyediakan interpretasi mengenai hak. Ini juga berkaitan dengan persoalan pemberlakuan syariat Islam di Aceh dalam hukuman cambuk, yang masih
menimbulkan dua pandangan yang berbeda. Menurut dosen Universitas Unsyiah Banda Aceh, Syaipuddin Bantasyam, ada hal yang harus dipilah-pilah dalam
melihat keberadaan hukum dan HAM, yang termasuk dalam pelanggaran HAM adalah jelas pentingnya atas hak universal manusia, penerapan Qanun Jinayah di
Aceh yang tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manuasia HAM dan juga tidak bertentangan dengan Konvensi Menentang Penyiksaan kalau dipelajari lebih jauh.
Namun ada sebagian lembaga dan kelompok perempuan berpendapat bahwa hukum cambuk telah melanggar HAM.
Universitas Sumatera Utara
16
Salah satu poin dari Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia adalah setiap manusia dijamin atas hak kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan
agama yang dimilikinya. Hal ini juga dipertegas oleh hukum di Indonesia yaitu UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan melaksanakan keyakinan
agamanya, sehingga pelaksanaan Syariat Islam di Aceh secara legal formal telah diamanahkan oleh Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Amnesty Internasional sehubungan dengan melanggar Hak Asasi Manusia HAM dan meminta hukuman cambuk di cabut, ini harus dapat melihat
kembali karena tidak bertentangan dengan HAM. Solusi adalah melengkapi hukum syariat sebagai aturan yang sifatnya preventif, maka revitalitasi adat
diharapkan lebih spesifik mencakup perspektif penghormatan terhadap HAM yang meliputi kebutuhan untuk melindungi perempuan. Karena
persoalan perempuan dalam setiap individu, tafsir agama, dan negara, upaya penegakan keadilan gender dapat menggugat privilege yang dapat dinikmati
sebagai kelompok masyarakat termasuk perempuan. Perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender inequality baik
bagi laki-laki maupun perempuan. Hal ini dapat dilihat dari manifestasi ketidakadilan yang sudah menjadi budaya masyarakat. Usaha untuk menghentikan
bias gender terhadap seluruh aspek kehidupan antara lain dengan cara pemenuhan kebutuhan praktis gender pratical gender needs. Kebutuhan ini bersifat jangka
pendek dan mudah dikenali hasilnya. Namun usaha untuk melakukan pembongkaran bias gender harus dilakukan mulai dari rumah tangga dan pribadi
masing-masing hingga sampai pada kebijakan pemerintah dan negara, penafsiran
Universitas Sumatera Utara
17
agama serta epistemologi ilmu pengetahuan. Karena itu diperlukan berbagai aksi melalui kampanye, pendidikan kritis, advokasi untuk mengubah kebijakan, tafsir
ulang terhadap aturan keagamaan serta memberi ruang epistemologi berperspekti feminis untuk memberikan makna terhadap realitas yang terjadi yang tidak sesuai.
Merujuk pada Inpres No 92000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, dalam strategi ini upaya mencapai kesetaraan dan
keadilan gender didorong melalui proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi seluruh sektor pembangunan, oleh sebab itu proses tersebut akan
dapat berjalan baik dengan melihat kuantitas perempuan sehingga keadilan gender atas gender budgeting dapat berjalan dengan baik.
B. Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau badan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 803 organisasi adalah kelompok
kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi, yaitu: adanya kelompok
manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing rang untuk mencapai tujuan
Djati Julitriarsa, 1998: 41.Menurut Malinowski Dasar-dasar Organisasi dan Manajeman, 2003 :3. Berdasarkan Kepmendikbud RI. No. 155U1998 Tentang
Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana pengembangan
diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikian serta
Universitas Sumatera Utara
18
integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan yang tinggi. Menurut Siagian 2011:12 organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang
atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antar seorang
atau sekelompok yang disebut pemimpin dan seorang atau sekelompok yang disebut bawahan.
Dengan organisasi seorang mahasiswa selain mendapatkan pengalaman sosialisasi tambahan juga mendapat ilmu mengenai tanggungjawab yang
sepatutnya dimiliki oleh seorang mahasiswa. Edgar 2000:55 menyatakan organisasi adalah koordinasi yang direncanakan mengenai kegiatan-kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian kerja dan fungsi berdasarkan tingkatan otoritas kewenangan dan tanggungjawab.
Organisasi mahasiswa intrakampus Unit Kegiatan Mahasiswa adalah organisasi mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi dan
mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi. Menurut Silvia Sukirman 2004:72-73, organisasi kemahasiswaan intra-
universiter intrakampus adalah organisasi kemahasiswaan yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang bersangkutan.
Unit Kegiatan Mahasiswa UKM adalah lembaga kemahasiswaan tempat berhimpunnya para mahasiswa yang memiliki kesamaan minat, kegemaran,
kreativitas, dan orientasi aktivitas penyaluran kegiatan di dalam kampus. UKM merupakan organisasi kemahasiswaan yang mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan kemahasiswaan yang bersifat
Universitas Sumatera Utara
19
penalaran, minat dan kegemaran, kesejahteraan, dan minat khusus sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kedudukan lembaga ini berada pada wilayah
universitas yang secara aktif mengembangkan sistem pengelolaan organisasi secara mandiri.
Organisasi mahasiswa intra kampus yang ada di USU terdiri dari dua bentuk yaitu ditingkat institut meliputi : Presiden Mahasiswa PRESMA dan Unit
Kegiatan Mahasiswa UKM, selanjutnya ditingkat fakultas meliputi : Pemerintah Mahasiswa PEMA dan Himpunan Mahasiswa Departemen HMD. PRESMA
dan UKM merupakan organisasi yang mahasiswa yang berada ditingkat institut. UKM di USU terdiri dari 25 lembaga organisasi kemahasiswaan, yaitu: Korps
Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera UtaraKOMPAS USU, Resimen Mahasiswa MENWA, SUARA USU,
PRAMUKA USU, Fotografi USU, Bulutangkis USU, Robotik Sikonek, Teater “O”, Marching Band, Merpati Putih, Beladiri Taekwondo USU, Tenis Meja, dll.
Komposisi yang seimbang dari mahasiswa tidak hanya memiliki IQ intelligent Quotient yang tinggi tetapi juga diimbangi EQ Emotional Quotient.
Berdasarkan banyak penelitian, IQ menentukan sukses seseorang sebesar 20 sedangkan kecerdasan emosi memberi kontribusi sebesar 80. Pembangunan
karakter mahasiswa tidak hanya duduk di kelas, menghapal perkataan dosen, dan mengejar nilai. Ada dinamika lain yaitu kepemimpinan dan proses pendewasaan,
lewat organisasi kemahasiswaan kecerdasan emosional terbentuk. Dunia organisasi mengajarkan mahasiswa untuk bersosialisasi, saling membantu, dan
bertukar pendapat. Keuntungan lainnya adalah mahasiswa siap diterjunkan di
Universitas Sumatera Utara
20
tengah masyarakat dan langsung dengan cepat mengaplikasikan ilmunya Dukarno, 2009:96.
1.3 Rumusan Masalah