Parate Eksekusi Hak Tanggungan Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan

1 Parate Eksekusi Hak Tanggungan 2 Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan 3 Penjualan Sukarela Dibawah Tangan Ketiga cara eksekusi ini diatur dalam Pasal 20 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang sebagai berikut ;

4.2.2 Parate Eksekusi Hak Tanggungan

Debitor wanprestasi, maka pihak bank tidak perlu lagi melakukan gugatan kepada debitor melalui pengadiln negeri tapi cukup meminta penetapan ketua pengadilan untuk mengeksekusi jaminan Hak Tanggungan. Dalam hal ini, sertifikat Hak Tanggungan mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku pengganti Groose Akta. Dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan disebutkan bahwa sebagai bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan menerbitkan sertifikat Hak Tanggungan. Sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan berdasarkan Pasal 6 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996, sesungguhnya tidak memerlukan fiat pengadilan akan tetapi ketentuan mengenai fiat masih sering dipersoalkan baik oleh bank selaku kreditor atau pemegang Hak Tanggungan maupun Pengadilan Negeri. Maka dari itu, Pengadilan Negeri dilibatkan pada awal kredit dalam hal mengeluarkan rekomendasi kepada debitor pada saat pihak bank atau kreditor merealisasikan perjanjian kredit tersebut, yang mana debitor akan bertanggung Universitas Sumatera Utara jawab apabila terjadi wanprestasi yang mana Hak Tanggungannya akan diserahkan kepada KP2LN untuk dilakukan pelelangan.

4.2.3 Eksekusi Titel Eksekutorial Hak Tanggungan

Eksekusi dengan menggunakan titel eksekutorial ini termasuk eksekusi dengan pertolongan haim yang diatur dalam Pasal 224HIR, sebelum sampai pada hal pelelangan umum tersebut, maka sebelumnya ada beberapa tahapan yang harus ditempuh terlebih dahulu. Bahwa dalam pengajuan eksekusi Hak Tanggungan dalam prakteknya adalah diajukan secara tertulis, permohonan eksekusi tersebut ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Kemudiaa pihak yang bersangkutan melakukan pembayaran yang perlu untuk eksekusi yang jumlahnya ditentukan oleh Panitera Pengadilan Negeri. Sebelum suatu eksekusi itu dijalankan, maka ada beberap hal yang perlu dilakukan oleh Pengadilan Negeri, yaitu; a. Teguran, hal ini diaur dalam Pasal 196HIR. Maka Ketua Pengadilan akan memanggil pihak pihak yang bersangkutan. b. Sita Eksekusi, yang diatur dalam Pasal 197HIR, jika sudah lewat dari 8 hari setelah peneguran tersebut maka pihak debitor dan pemberi Hak Tanggungan belum juga mau menjalankan kewajibannya maka Ketua Pengadilan memberi perintah untuk menyita barang – barang yang menjadi obeyek Hak Tanggungan tersebut. Universitas Sumatera Utara c. Pelelangan, pada asasnya pelaksanaan eksekusi harus melalui penjualan di muka umum atau melalui lelang Pasal 1 ayat 1 UUHT. Dasarnya adalah bahwa diperkirakan melalui surat penjualan lelang terbuka, dapat diharapkan akan memperoleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar. Maka dari hasil uang pelelangan tersebut dianggap lebih maka sisanya akan dan harus dikembalikan kepada debitor atau pemberi Hak Tanggungan. d. Pengosongan, apabila Hak Tanggungan yang hartanya disita berupa benda tidak bergerak tidak mau meenyerahkan dengan sukarela pada pemenang lelang atau pembeli lelang makan Ketua Pengadila Negeri yang bersangkutan mengeluarkan surat perintah pengosongan untuk dilaksanakan oleh jurusita dan bila perlu dengan bantuan kepolisian.

4.2.4 Penjualan Sukarela Dibawah Tangan