c. Pelelangan, pada asasnya pelaksanaan eksekusi harus melalui penjualan di muka umum atau melalui lelang Pasal 1 ayat 1 UUHT. Dasarnya adalah bahwa
diperkirakan melalui surat penjualan lelang terbuka, dapat diharapkan akan memperoleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar. Maka dari hasil
uang pelelangan tersebut dianggap lebih maka sisanya akan dan harus dikembalikan kepada debitor atau pemberi Hak Tanggungan.
d. Pengosongan, apabila Hak Tanggungan yang hartanya disita berupa benda tidak bergerak tidak mau meenyerahkan dengan sukarela pada pemenang lelang atau
pembeli lelang makan Ketua Pengadila Negeri yang bersangkutan mengeluarkan surat perintah pengosongan untuk dilaksanakan oleh jurusita dan bila perlu
dengan bantuan kepolisian.
4.2.4 Penjualan Sukarela Dibawah Tangan
Apabila debitor wanprestasi, maka penjualan obyek Hak Tanggungan dapat juga dilaksanakan dibawah tanganm asalkan atas kesepakatan pemberi dan
pemegang Hak Tanggungan. Penjualan memungkinkan aggar dapat memperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
Prosedur yang memungkinkan ini adalah menyimoang dari prinsip menjual obyek. Hak Tanggungan lewat pelelangan umum, diberi kemungkinan untuk
melakukan eksekusi penjualan dibawah tangan asalkan dilakukan lewat waktu satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan pemegang Hak
Tanggungan kepada pihak – pihak yang berkepentingan.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan eksekusi Obyek Hak Tanggungan, sebenarnya Undang-Undang Hak Tanggungann masih menyediakan satu sarana hukum lagi, yaitu melalui
penjualan dibawah tangan tidak melalui pelelangan. Sarana hukum ini diatur dalam Pasal 20 Ayat 2 Undang-Undang Hak
Tanggungan yang menyebutkan bahwa “Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan Obyek Hak Tanggungan dapat dilakukan dibawah
tangan, jika dengan demikian akan diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.
Ketentuan hipotik tidak secara tegas menetukan boleh atau tidak boleh dilakukan penjualan dibawah tangan atas objek hak hipotik, sehingga timbul
keragu-raguan dalam masyarakat. Timbul kekhawatiran jual beli dibawah tangan atas objek hipotik itu merupakan perjanjian yang melanggar hukum sehingga
terancam batal demi hukum atau dapat dibatalkan. Oleh karena itu, dengan dicantumkannya ketentuan yang ada dalam Pasal 20 ayat 2 UUHT ini tidak ada
keraguan lagi. Proses permohonan eksekusi Sertifikat Hak Tanggungan pada prinsipnya
adalah sama. Urutan dari tindakan yang dilakukan oleh bankkreditur adalah ; •
Kreditbank mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan negeri yang berwenang.
• Dalam waktu beberapa hariminggu setelah diajukan permohonan tersebut
maka diadakan sidang pengadilan yang dihadiri oleh pemohon kreditur dan termohon debitur. Dalam sidang tersebut oleh hakim disampaikan
teguran kepada termohon, bahwa dalam waktu 8 delapan hari yang bersangkutan harus melaksanakan pembayaran lunas pinjaman beserta
Universitas Sumatera Utara
bunga ongkos-ongkos dan sebagainya, dan apabila tidak maka diadakan eksekusi atas jaminan kreditnya.
• Apabila dalam 8 delapan hari tersebut termohondebitur tetap
membandel, maka pemohonkreditur melanjutkan usahanya dengan melanjutkan permohonan sita eksekusi.
• Setelah menerima ketetapan sita eksekusi, maka juru sita Pengadilan
Negeri mengadakan sita eksekusi atau barangbarang tidak bergerak yang menjadi jaminan tersebut.
• Pemohonkreditur menerima berita acara eksekusi dari juru sita Pengadilan
Negeri. •
Kemudian pemohonkreditur mengajukan permohonan untuk melelang barang-barang jaminan tersebut dan menerima penetapan lelang.
• Berdasarkan ketetapan lelang tersebut Pengadilan Negeri menghubungi
kantor lelang negara untuk melaksanakan lelang. Setelah ditetapkan harinya kemudian diadakan pengumuman lelang dalam surat kabar
paling sedikit 2 dua kali dengan antara waktu 2 dua minggu yang biasanya diurus panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan lelang tersebut biasanya ditetapkan oleh pengadilan berdasarkan informasi dari pihak keluruhan misalnya menyangkut harga tanah
dan kantor pajak. Pengadilan dapat menentukan harga lelang minimal dalam pelaksanaan harga lelang tersebut. Apabila harga lelang minimal tersebut tidak
tercapai, maka lelang dibatalkan untuk dilaksanakan pada kesempatan berikutnya. Untuk lelang berikutnya tersebut, dikenakan biaya iklan, ongkos lelang dan lain
sebagainya
4.3. Faktor – Faktor yang Menjadi Penyebab Terjadinya Kredit Macet
Faktor – kator yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet tersbut sebagai berikut ;
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar faktor – faktor yang dapat menjadi sebab kredit macet dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal Bank
sebagai penyebab kredit macet antara lain;
1. Rendahnya Kemampuan atau Ketajaman Bank Melakukan Analisis Kelayakan Permintaan Kredit yang Diajukan Oleh Debitur
Rendahnya kemampuan dari bank untuk melaukan analisis secara profesional, terutama disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pengalaman petugas
bank sendiri yang termasuk oleh account officer, menjalankan tuga s mereka tersebut. Sedangkan minim ataupun rendahnya analisis kelayakan kredit seringkali
terjadi. Dan juga karena terllu cepatnya bank unutuk mengjimpun dana dari masyarakat luar yang mendorong mereka untuk merepakan strategi penyaluran
kredit yang melebihi kewajaran yang dapat diterima oleh si calon nasabah. Kreit yang diberikan tanpa analisis kredit yang cukup dari semula memang sudah dapat
diragukan kualitasnya. Oleh karena itu, sejak diberikan kredit tersebut memang sudah membawa bibit masalah.
2 . Lemahnya Sistem Informasi Kredit Serta Sistem Pengawasan dan
Administrasi Kredit Mereka.
Oleh akrena lemahnya istem pengawasan dan administrasi oleh bank, pengunnan kredit serta perkembangan kegiatan usaha maupun kondisi keuangan
debitor secara cermat.sebagai kelanjutannya, mereka tidak dapat melakukan tindakan koreksi yang spontan apabila terjadi penurunan kondisi bisnis dan
keuangan debitor atau terjadi penyimpangan dari ikatan perjanjian kredit.
Universitas Sumatera Utara
3 . Campur Tangan Dari Pemegang Saham Bank
Hal ini dapat menimbulkan pemberian kredit yang cukup meyimpang dri pemberia kredit yang dianggap sehat.
4. Pengikatan Jaminan Kredit Kurang Sempurna
Jaminan kredit merupakan sumber kedua dari pelunasan kredit yang diambil oleh nasabah. Apabila debitor tidak dapat atau tidak bersedia melunasi saldo
kredit dan bunga yang tertunggak, bank dapat mengeksekusi jaminan guna melunasi pinjaman yang tertunggak. Apabila ikatan jaminan dilaksanakan secara
sempurna maka eksekusi dapat berjalan dengan aman dan lancar. Maka dapat cepat selesai. Namun sebaliknya apabila pengikatan jaminan tidak berjalan
dengan sempurna maka hal tadi dapat menjadi bumerang bagi bank karena hanya akan menjadi masalah dikemudian hari.
Sedangkan Faktor Internal dari debitor adalah terdiri dari 2 kelompok, yaitu perorangan dan perusahaan atau koperasi. Sumber dana pembayaran bunga dan
angsuran kredit sebagaian besar berasal dari debitor perorangan yang berasal dari penghasilan tetap mereka misalnya gaji , upah, dan lainnya.
Setiap jenis gangguan terhadap kesinambungan penerimaan penghasilan tetap ituakan menggangu likuiditas keuangan mereka, sehingga menyebabkan ketidak
lancaran pembayaran bunga dan atau cicilan kredit. Penyebab dari kredit macet perorangan lebih kearah personal dari debitor sendiri. Gangguan biasanya datang
dari diri pribadi debitor. Sedangkan kredit macet yang dari perusahaan, biasanya
Universitas Sumatera Utara
datang dari management perusahaan tersebut dan kurangnya pengetahuan dan pengalaman pemilik perusahaan dalam bidang usaha yang mereka jalankan atau
karena terkena penipuan. Dan faktor ekternal merupakan,
Kondisi usaha dimana likuiditas keuangan debitor sendiri dapat menurun karena pengaruh faktor – faktor eksternal yang berada di luar kemampuan mereka untuk
mengendalikanya. Selanjutnya, penurunan likuiditas keuangan akan mempengaruhi kemampuan debitor membayar bunga atau melunasi kredit.
Faktor ekternal pertama, yang dapat mempengaruhi kondisi usaha debitor adalah perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang merugikan
kegiatan bisnis perusahaan mereka. Bagi banyak perusahaan, dampak perkembangan ekonomi atau bidang usaha yang tidak menguntungkan adalah
penurunan jumlah hasil penjualan barang atau jasa yang mereka usahakan. Faktor ekternal kedua, yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha dan
kemampuan debitor korporasi mengembalikan pinjaman mereka adalah bencana alam seperti gempa bumi, banjir, badai, musim kemarau yang berkempanjangan,
kebakaran maupun bencana lainnya. Ada empat macam faktor eksternal penyebab kredit bermasalah, yaitu ;
1. Kegagalan usaha debitor, 2. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,
3. Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitor yang tidak bertanggung jawab
4. Musibah yang menimpa perusahaan debitor
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN 1. Prosedur Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda , setiap penyaluran kredit oleh
bank tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi
‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh bank dalam menekan atau
mengurangi seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya, adalah: PenilaianAnalisis terhadap Permohonan Kredit merupakan, setiap permohonan
kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat bank. Terlebih lagi untuk pemberian kredit jangka panjang,
seperti kredit investasi misalnya. Mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, sehingga semakin besar pula
resiko yang dihadapi bank.
2. Penyelesaian Kredit Macet dengan Hak Tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan
, bahwa penyelesaian secara damai merupakan upaya penyelesaian kredit yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara bank dengan debitor yang masih mempunyai etikad baik maupun kooperatif dalam upaya penyelesaian kredit bermasalah. Kemudian
Universitas Sumatera Utara
penyelesaian selanjutnya dengan penagihan yang dilakukan dengan mendatangi debitor secara langsung dan debitor diminta melakukan pembayaran dalam jumlah
tertentu dari kewajibannya kepada bank dalam jangka waktu tertentu dari kewajibannya kepada bank dalam jangka waktu tertentu yang dituangkan dalam
surat pernyataan kesanggupan debitor. •
Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet Secara Damai •
Keringanan tunggakan bunga dan atau denda maksimum sebatas bunga danatau denda yang belum terbayar oleh debitur.
• Penjualan sebagian atau seluruh agunan secara dibawah tangan oleh
debitor atau pemilik agunan untuk angsuran atau penyelesaian kewajiban debitor.
• Pengambil alihan aset debitor oleh BPR untuk angsuran atau penyelesaian
kewajiban debitor. •
Pengurangan tunggakan pokok kredit, hal tersebut baru dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT. Bank
Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan •
Penyelesaian Melalui Jalur Hukum. •
Penyelesaian Kredit melalui Pengadilan Negeri. •
Penjualan dibawah tangan Obyek Hak Tanggungan.
3. Faktor – faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah dalam perjanjian kredit
adalah sebagai berikut ; Faktor internal bank yang meliputi,
Universitas Sumatera Utara
• Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank dalam melakukan analisis,
• Lemahnya sistem informasi kredit serta pengawasan,
• Campur tangan yang berlebihan dari pemegang saham,
• Pengikatan yag tidak terjadi sempurna.
Faktor Ekternal yang meliputi, •
Kegagalan usaha debitor,
•
Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit,
• Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh
debitor yang tidak bertanggung jawab,
•
Musibah yang menimpa perusahaan debitor.
5.2. S a r a n
Berdasarkan hasil temuan penelitian, berikut ini dikemukakan saran-saran perbaikan terkait dengan pelaksanaan penyelesaian kredit macet.
a Prosedur Pemberian Kredit dengan Jaminan Hak Tanggungan pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Iskandar Muda Medan, agar lebih menelusuri latar belakang dari calon – calon debitur yang
hendak melakukan pinjaman agar tidak terjadinya kerugian dari pada kedua belah pihak yaitu debitur dan kreditur sendiri.
b Dalam Upaya Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Macet ini, banyak
ditemukan ketidak lengkapan informasi kepada debitur melalui kreditur bahwa hal – hal yang akan terjadi dalam perjanjian kredit
Universitas Sumatera Utara
apabila kredit yang sedang terjadi mengalami kemunduran ataupun menjadi macet.
c Pengawasan dan pembinaan yang telah dengan baik dilakukan oleh
pihak bank perlu terus ditingkatkan tanpa bermaksud mencampuri terlalu dalam rumah tangga debitor kredit.
Tanpa mengesampingkan asas kehati – hatian pihak bank hendaknya meringkan syarat – syarat dan prosedur memperoleh
kreditpembiayaan, apalagi jika pihak bank telah mengenal baik pemohon kreditpembiayaan tersebut. Dan kepada para debitor
seyogyanya beritikad baik untuk meyerahkan Hak Tanggungan kepada kreditor penerima Hak Tanggungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN JAMINAN
2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari Bahasa Yunani “cedere” yang beartinya percaya. Dengan demikian, dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau badan
yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima kredit debitur di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang dijanjikan. Jadi
kredit hanya dapat diberikan kepada mereka yang “dipercaya mampu” mengembalikan kredit di belakang hari. Pemenuhan kewajiban mengembalikan
pinjaman itu sama artinya dengan kemampuan memenuhi prestasi suatu perikatan.
14
Menurut Teguh Pudjo Muljono, mendefinisikan bahwa kredit, ‘kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan
suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada suatu jangka waktu yang disepakati’
15
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan pengertian
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan
14
Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hlm. 26
15
Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Jakarta : 2007
Universitas Sumatera Utara
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dengan demikian kesimpulan dari pengertian kredit adalah sebagai berikut ; 1
Adanya perjanjian antara pihak bank dengan peminjam. 2
Adanya pelunasan hutang-hutang pinjaman. 3
Adanya bagi hasil yang sudah ditentukan.
Adanya perjanjian antara pihak peminjam modal dan pihak bank ini akan menciptakan suatu ikatan perjanjian yang bersifat profesional pihak bank dan
peminjam uang akan memegang teguh perjanjian yang telah disepakati bersama- sama guna mempunyai kekuatan hukum yang berlaku sudah menjadi kebiasaan
bagi orang yang meminjam sesuatu maka orang tersebut wajib untuk mengembalikan barangsesuatu yang dipinjamnya tadi oleh karena itu maka di
dalam meminjam uang kepada bank, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan uang yang di dalam surat perjanjian pinjam-meminjam sedangkan besarnya bagi
hasil ditentukan oleh bank yang bersangkutan. Kredit dilandasi oleh kepercayaan yang diberikan seseorang pada orang lain,
kepercayaan yang pada hakekatnya bersifat timbal balik, tidak saja pihak pemberi kredit yang menaruh kepercayaan pada pihak penerima kredit, akan tetapi pihak
penerima kredit ini juga menaruh kepercayaan terhadap pemberinya hanya berlandaskan kepercayaan timbal balik itulah baru mungkin seseorang
menyerahkan sesuatu barang yang berharga kepada orang lain dengan perjanjian, bahwa yang menerima barang tersebut akan membayar harganya pada saat
dikemudian hari. Barulah mungkin terjadi transaksi kredit.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga pemberian kredit yang dilakukan bank kepada nasabahnya, bank percaya bahwa nasabah akan mengembalikan kredit yang diberikan bank
pada waktu dan syarat - syarat yang telah disetujui bersama. Kredit sebenarnya adalah ;
•
Kepercayaan , suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah
melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada
siapapun diberikannya. •
Waktu, adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana.
•
Prestasi, adanya objek tertentu berupa prestasi dn kontra prestasi pada saat
tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank da nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau
imbalan. •
Risiko, adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara
pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan dan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi
dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan.
2.1.2. Prinsip – Prinsip Kredit