3. Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pembimbing kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan yang terletak
di Jalan Asrama Gg. Jayak No. 33 Medan.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
1 Bahan buku primer berupa berbagai peraturan perundang-undangan tentang
peradilan anak. 2
Bahan hukum sekunder, berupa literatur bahan bacaan berupa buku, artikel dan bahan-bahan seminar tentang pembimbing kemasyarakatan.
3 Bahan hukum tersier, bahan diambil dari majalah, surat kabar untuk
penunjang informasi dalam penelitian. b.
Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada pembimbing kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan.
c. Observasi
Observasi adalah cara untuk memperoleh data dengan pengamatan langsung untuk mengetahui gambaran peranan pembimbing kemasyarakatan dalam
melaksanakan penelitian kemasyarakatan guna sidang anak di pengadilan negeri.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
5. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif maupun data kuantitatif yakni ciri-ciri dari fakta-fakta sosial dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang logis dan cenderung empiris serta juga disajikan dalam angka-angka dalam bentuk tabel dengan menggunakan analisa data kualitatif.
Pada tahap pengolahan data, peneliti melakukan analisa data yang mempunyai karakteristik sama. Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan data yang
seragam, artinya mengelompokkan data dari hasil wawancara yang mempunyai ciri sama, selanjutnya penulis melakukan analisa berdasarkan kesamaan ciri tersebut.
Tahap analisa berdasarkan kesamaan ciri tersebut. Tahap analisa selanjutnya adalah memadukan dengan teori yang digunakan.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
BAB II PERAN PENELITIAN KEMASYARAKATAN DAN
PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA PERSIDANGAN ANAK
A. Tinjauan Umum Pembimbing Kemasyarakatan
Balai Pemasyarakatan sebagai Unit Pelaksana Teknis UPT Departemen Kehakiman pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan merupakan ujung tombak dari
pada proses tata peradilan, dimana dalam melakukan tugas di bidang Pemasyarakatan dengan sistem Pemasyarakatan khususnya pembinaan di luar Lembaga
Pemasyarakatan pelaksana kegiatan teknis sehari-harinya dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Penelitian dilakukan di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan sesuai
dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor 01-PR.07.03 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor M.02.PR.07.03 Tahun 1987 tentang Organisasi dan Tata Tertib BISPA maka Balai Bispa yang ada di seluruh Indonesia resmi berganti nama menjadi Balai
PemasyarakatanBAPAS. BAPAS Klas I Medan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara. Wilayah Kerja BAPAS Klas I Medan yang meliputi seluruh wilayah Propinsi Sumatera
Utara tidak dapat terjangkau seluruhnya oleh petugas BAPAS Klas I Medan, maka berdasarkan Surat Dirjen Pemasyarakatan Nomor E.PK.04.10-23
tanggal 9 Maret 1998, maka dapat di angkat Pembimbing Kemasyarakatan yang berasal dari LAPASRumah TahananCabang Rumah Tahanan pada
daerah yang tidak dapat di jangkau yang berfungsi melaksanakan tugas BAPAS dalam wilayah hukum LAPASRumah TahananCabang Rumah
Tahanan. Dengan adanya pengangkatan pembimbing kemasyarakatan di daerah ini maka wilayah kerja BAPAS Klas I Medan yang melakukan
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
bimbingan langsung meliputi Kota Medan sebanyak 37 tiga puluh tujuh orang, Kota Binjai sebanyak 7 tujuh orang, Kab. Langkat sebanyak 10
sepuluh orang, Kab. Deli Serdang sebanyak 16 enam belas orang
50
. Namun pembimbing kemasyarakatan di daerah tetap melaporkan segala
kegiatannya pada BAPAS Klas I Medan. BAPAS Klas I Medan memiliki 2 dua seksi yang melakukan bimbingan, yakni seksi bimbingan dewasa dan seksi
bimbingan klien anak. Secara umum operasional pelaksanaan bimbingan BAPAS ini dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Petugas BAPAS Klas I Medan
seluruhnya berjumlah 52 lima puluh dua orang di antaranya pembimbing kemasyarakatan anak berjumlah 25 dua puluh lima orang dan pembimbing
kemasyarakatan dewasa sebanyak 15 lima belas orang. Pembimbing kemasyarakatan diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan HAM. Tidak
semua petugas BAPAS adalah pembimbing kemasyarakatan karena untuk menjadi pembimbing kemasyarakatan harus dipenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan
yakni telah mengikuti kursus dalam bidang pemasyarakatan.
Tabel 2: Latar Belakang Pendidikan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009
Pendidikan Pria Wanita Jumlah
Sarjana Sarjana Muda
SPSASMPS SMA
SMP SD
Total: 7
2 9
8 1
- 27
6 1
8
10 -
-
25 13
3 17
18 1
- 52
Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009
50
Wawancara dengan Pegawai Urusan Umum BAPAS Klas I Medan pada 18 Maret 2009
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Tabel 3: Keadaan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009 Berdasarkan Golongan
No Golongan Jumlah
1. 2.
3. Total:
IV III
II 1
39 12
52
Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009
Tabel 4: Keadaan Pegawai BAPAS Klas I Medan Tahun 2009 Berdasarkan Kepangkatan
No Kepangkatan Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. Pembina
Penata TK. I Penata
Penata Muda TK. I Penata Muda
Pengatur TK. I Pengatur
Pengatur Muda TK. I Pengatur Muda
1 3
9 17
11 5
2 3
1
Sumber: Urusan Kepegawaian BAPAS Klas I Medan Bulan Maret Tahun 2009
Pembimbing Kemasyarakatan adalah petugas teknis pada Balai Pemasyarakatan yang melakukan pembuatan penelitian kemasyarakatan dan
pembinaan terhadap Klien Pemasyarakatan. Adapun syarat untuk menjadi Pembimbing Kemasyarakatan adalah minimum lulusan Sekolah Menengah Pekerjaan
Sosial SMPS. Sekolah tersebut dulu disebut Sekolah Pekerjaan Sosial Tingkat Atas SPSA, dengan jurusan pelayanan sosial. Setelah diterima melalui ujian masuk
harus mengikuti kursus selama 6 enam bulan khusus tentang tugas pembinaan luar Lembaga Pemasyarakatan.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Pembimbing Kemasyarakatan selain fungsinya sebagai pembimbing juga membuat laporan penelitian kemasyarakatan terhadap klien yaitu orang-orang yang
tersangka melakukan pelanggaran hukum, ataupun mereka yang telah dijatuhi hukuman pidana oleh hakim. Putusan hakim yang diberikan kepada pelanggar hukum
tersebut bisa merupakan pidana penjara yang harus dijalani di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau pidana dengan bersyarat voorwaardelijke veroordelling.
Pidana dengan bersyarat tersebut dijalankan tetap di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.
Pembimbing Kemasyarakatan atas permintaan atau pemberitahuan Kejaksaan dan atau Pengadilan. Telah diketahui bahwa yang dihadapi Pembimbing
Kemasyarakatan adalah manusia yang setiap saat selalu berubah dan tidak statis sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian praktis seorang
Pembimbing Kemasyarakatan harus mempunyai kecakapan berkomunikasi dan menyesuaikan diri sesuai dengan fungsinya sebagai Pembimbing
Kemasyarakatan yang selalu berada di tengah-tengah masyarakat.
51
Sebagai garis besar tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebagai
berikut:
a. Penyajian Laporan Penelitian Kemasyarakatan
Penyajian laporan penelitian kemasyarakatan berdasarkan surat permintaan atau pemberitahuan pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pengadilan
Negeri, Lembaga Pemasyarakatan, BAPAS sendiri dan instansi lain yang oleh petugas pendaftaran dicatat dalam buku daftar sebagai berikut:
51
Lihat Penjelasan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Tuna Warga Departemen Kehakiman No.DPP.2.113 tentang tugas-tugas Balai Pemasyarakatan Klas I Medan
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
a Buku A1: untuk sidang Pengadilan Negeri bagi klien dewasa.
b Buku B1: untuk bahan program bimbingan narapidana dewasa dan anak dalam
Lembaga Pemasyarakatan. c
Buku A2: untuk sidang Pengadilan Negeri bagi klien anak. d
Buku B2: untuk bahan program bimbingan anak negara di Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara.
e Buku C1: untuk bahan program bimbingan Balai Pemasyarakatan Klas I Medan
yang bersangkutan terhadap klien dewasa. f
Buku C2: untuk bahan program bimbingan klien Pemasyarakatan anak di Balai Pemasyarakatan Klas I Medan yang bersangkutan.
g Buku D: untuk program pelayanan klien di instansi lain misalnya Departemen
Tenaga Kerja. Setelah semua surat-surat permintaan laporan penelitian kemasyarakatan di
daftar, maka Pembimbing Kemasyarakatan melaksanakan tugas tersebut dengan menempuh usaha-usaha sebagai berikut :
a Pengumpulan data dengan cara memanggil atau mengunjungi rumah dan tempat-
tempat lain yang berhubungan permasalahan klien. b
Untuk memperoleh data tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan menggunakan teknik-teknik: pengamatan, wawancara, psikotes, mempelajari dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan permasalahan klien dan teknik-teknik lainnya.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
c Setelah memperoleh data yang lengkap, Pembimbing Kemasyarakatan
menganalisa dan menyimpulkan serta memberikan pertimbangan atau saran sehubungan dengan permasalahannya yang selanjutnya dituangkan dalam laporan
penelitian kemasyarakatan.
b. Keikutsertaan Dalam Persidangan
Dengan adanya surat pemberitahuan dari Pengadilan Negeri atau Kejaksaan, Pembimbing Kemasyarakatan diperintah oleh Kepala Balai Pemasyarakatan untuk
mengikuti sidang di Pengadilan Negeri, dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, pada Pasal 55 disebutkan bahwa “dalam perkara anak nakal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2, Penuntut Umum, Penasihat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan, Orang Tua, Wali atau orang tua asuh dan saksi wajib
hadir dalam sidang anak. Dalam sidang tersebut, Pembimbing Kemasyarakatan harus dapat mempertanggungjawabkan dan memberikan penjelasan tentang isi laporan
penelitian kemasyarakatan yang disajikan kepada hakim. Pembimbing Kemasyarakatan disamping mengikuti sidang di Pengadilan
Negeri juga mengikuti sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan TPP Lembaga Pemasyarakatan dan di BAPAS untuk menentukan rencana pembinaan terhadap klien
baik di Lembaga Pemasyarakatan maupun di Balai Pemasyarakatan sendiri.
c. Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pekerja Sosial
Pembimbing Kemasyarakatan adalah seseorang yang memiliki ijazah lulusan minimal SMPSSPSA atau sejenisnya ditambah pendidikankursus di
bidang teknis pembinaan luar Lembaga Pemasyarakatan Direktorat Jenderal
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Pemasyarakatan selama 6 enam bulan. Dalam tugas sehari-harinya dikaitkan dengan hakekat manusia sebagai makhluk sosial maka dapat penulis kemukakan
sebagai berikut: Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai perasaan, kemauan dan
kebutuhan yang saling berbeda dalam kehidupan sehari-hari. Dimana manusia saling berinteraksi satu dengan lainnya guna pemenuhan jasmani dan rohani sesuai dengan
nilai dan norma yang ada. Adapun akibat dari perkembangan yang begitu pesat, maka kebutuhan manusiapun semakin meningkat sedangkan sumber yang ada
terbatas. Hal ini mengakibatkan manusia atau masyarakat berupaya menghalalkan berbagai macam cara untuk pemenuhan kebutuhannya tersebut, yaitu tidak mau
mengindahkan lagi nilai dan norma serta peraturan yang sudah disepakati. Hal inilah yang dapat mendorong masyarakat untuk melakukan pelanggaran hukum akibat
kurang mampunya orang meyesuaikan dirinya dan fungsi sosialnya dalam masyarakat secara wajar sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta kompleks.
Untuk pemecahan masalah akibat disfungsi sosial ini memerlukan seorang Pembimbing Kemasyarakatan yang memahami masalah sosial dan kemanusiaan
secara mendalam dan professional, dengan cara mengadakan pendekatan dan penelitian.
Dalam penyelesaian masalah-masalah, pembimbing kemasyarakatan berperan sebagai pekerja sosial yang menggunakan pendekatan, metode dan teknik-teknik
pekerja sosial yang mempunyai sifat-sifat dan prinsip sebagai berikut:
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
a Keyakinan akan martabat dan harga diri setiap individu.
b Keyakinan diri sebagai pekerja sosial bahwa kliennya berhak untuk menentukan
nasibnya sendiri, sedang pekerja sosial harus berperan membantu mencari pemecahan masalah yang dihadapi.
c Keyakinan akan adanya persamaan kesempatan bagi tiap individu klien, hal ini
hanya dibatasi oleh kemampuan diri klien tersebut yang dibawanya sejak lahir dan faktor situasi dan kondisi yang ada di sekelilingnya.
d Keyakinan bahwa hak manusia untuk dihormati martabatnya, menentukan
nasibnya sendiri dan persamaan kesempatan mempunyai kaitan yang erat dengan tanggungjawab klien sebagai warga negara yang mentaati hukum law abiding
citizenship. Dalam mengadakan penelitian kemasyarakatan seorang Pembimbing
Kemasyarakatan mempunyai prinsip yaitu: a
Prinsip untuk menerima dan menghormati kliennya sebagai manusia di dalam keterlibatannya dengan masalah dan kondisi dewasa ini.
b Prinsip untuk menjalin hubungan yang baik dengan klien dalam rangka usaha
pembinaan. c
Prinsip pemahaman bahwa individu itu mempunyai struktur kepribadian yang berbeda.
d Prinsip keikutsertaan klien dalam menanggulangi masalah yang dideritanya.
e Prinsip merahasiakan segala sesuatu yang menyangkut prikehidupan klien dan
masalah yang sedang dialaminya.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
f Prinsip kesadaran diri pembimbing kemasyarakatan itu adalah petugas yang
dipercaya untuk menyelesaikan masalah kliennya. Jadi hendaknya seorang Pembimbing Kemasyarakatan terlibat secara
profesional, bukan secara emosional. Dari uraian di atas jelaslah bahwa Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugasnya berhadapan langsung dengan
masyarakat yang bermasalah sosial atau pelanggar hukum yang harus ditangani dengan menggunakan teori pendekatan dan metode ilmu pekerjaan sosial secara
professional. Begitu pula yang dikatakan oleh Made P. Swande menyatakan bahwa: Pekerjaan sosial sosial work ialah suatu pelayanan yang sifatnya
professional, dilandasi oleh pengetahuan serta keterampilan dalam hubungan kemanusiaan, guna menolong individu-individu, keluarga-keluarga dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang memerlukan pertolongan bagi pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya.
52
d. Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pelaksana Penelitian
Kemasyarakatan
Jauh sebelum umat manusia bersosialisasi, telah menunjukkan adanya tanda- tanda pengelompokkan untuk hidup bersama-sama. Ini berarti manusia sejak dulu
kala mempunyai hasrat bermasyarakat atau keinginan untuk hidup berkumpul satu sama lainnya. Sangatlah langka jika ada manusia yang ingin hidup seorang diri tanpa
seorangpun dilakukannya. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Hal ini
dikemukakan oleh Aristoteles seorang ahli filsafat bangsa Yunani bahwa:
52
Made P. Swande, Diktat Pekerjaan Sosial, Kutipan dari Buku II B Repelita Tahun Kedua 197411975, hlm 11
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Manusia itu “zoon politicon” yaitu manusia sebagai mahluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia
lainnya makhluk bermasyarakat.
53
Untuk mewujudkan ketertiban, ketentraman dan keadilan masyarakat menciptakan peraturan ataupun hukum. Maksud diciptakannya peraturan atau hukum
agar kelompok masyarakat dalam bertingkah laku sesuai dengan hukum yang telah disepakati bersama. Jika seseorang dalam kelompok masyarakat melanggar hukum
yang telah disepakati maka konsekuensinya harus diberikan ganjaran hukuman. Padahal sebenarnya warga masyarakat yang melanggar hukum itu sendiri terhadap
warganya yang tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dan ini adalah tanggungjawab masyarakat. Seperti yang dikatakan R.P. Bahruddin
Surjobroto bahwa: Terpidana harus dipandang sebagai seorang yang melakukan pelanggaran
hukum, tidak karena ia ingin melanggar hukum, melainkan karena ia tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan masyarakat yang semakin lama
semakin kompleks.
54
Manusia hidup bermasyarakat, berinteraksi satu dengan lainnya, teranglah
bahwa individu melakukan pelanggaran hukum akibat dari kesenjangan hidup masyarakat itu sendiri. Maka seharusnya untuk mengetahui sebab musabab seseorang
itu melakukan pelanggaran hukum baik dewasa maupun anak-anak dibuatkan suatu laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan proses peradilan mulai dari
53
J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, Pengantar Hukum Indonesia PHI, Jakarta : Gunung Agung, 1982, hlm. 1
54
R.P. Bahruddin Surjobroto, Manusia dan Kejahatan, Jakarta : Majalah Prisma, 1982 , hlm.62
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan serta Balai Pemasyarakatan sendiri untuk pembinaan selanjutnya. Orang atau anak-anak dalam
bertingkah laku sesuai dengan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dari keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bapak pendidikan di Indonesia Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa: Jika anak-anak sehari-harinya mendapat pengaruh kesucian, besarlah
kemungkinan ia akan dapat menjadi orang yang bertabiat suci pula, sebaliknya jika ia dalam rumah terus-menerus melihat serta mengalami
kerusakan dan kemaksiatan, tentulah sekali ia akan jatuh ke jurang kejahatan juga.
Pelanggaran hukum oleh klien yang diakibatkan karena ketinggalannya dalam
mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dalam masyarakat, maka petugas pembimbing kemasyarakatan melakukan penelitian kemasyarakatan bukan saja hanya
mengadakan wawancara terhadap klien tetapi juga terhadap masyarakat lingkungannya maupun keluarganya sendiri agar memperoleh data dan fakta-fakta
selengkap mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis-jenis laporan penelitian kemasyarakatan adalah:
a Model L1: laporan Litmas untuk sidang Pengadilan Negeri terhadap klien dewasa
dan anak. b
Model L2: laporan Litmas untuk bimbingan Balai Bispa lain untuk klien dewasa dan anak.
c Model L3: laporan Litmas untuk bimbingan dalam Lembaga Pemasyarakatan
untuk klien anak dan dewasa. d
Model L4: laporan Litmas untuk calon anak asuh.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
e Model L5: laporan Litmas untuk orangtua atau wali dari anak asuh.
f Model L6: laporan Litmas untuk keluarga asuh.
g Model L7: laporan Litmas untuk calon pengasuh oleh Balai Bispa.
h Model L8: laporan Litmas untuk instansi lain.
e. Sikap dan Pribadi Pembimbing Kemasyarakatan
Pembimbing Kemasyarakatan yang identik dengan pekerja sosial, dalam melaksanakan tugas menghadapi manusia dan permasalahannya, harus bersikap dan
berperilaku tidak menyinggung perasaan orang lain, cakap dalam mengadakan relationship, berkomunikasi dan dapat menerima individu apa adanya.
Untuk mengadakan penelitian kemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan perlu menjaga dan memelihara hubungan baik dengan klien. Dengan terjadinya
hubungan yang baik antara Pembimbing Kemasyarakatan dengan klien maka diharapkan klien dapat mengemukakan masalah dengan terus terang tanpa curiga
terhadap Pembimbing Kemasyarakatan. Pembimbing Kemasyarakatan pun harus dapat memahami dan menjungjung tinggi harkat dan martabat klien sebagai manusia.
Muhammad Isom Sumhudi dalam bukunya mengatakan bahwa: .....client harus diterima oleh seorang pekerja sosial atau case worker dengan
semestinya, artinya ia sebagai case worker tidak boleh memandang ringan atau remeh kepada klien.
55
Dalam mengadakan wawancara, Pembimbing Kemasyarakatan harus ingat
bahwa yang dihadapi itu adalah seorang manusia yang harus dihormati sebab
55
Muhammad Isom Sumhudi, Social Case Work, Cetakan VII, Jakarta : Universitas Muhammadiyah, 1990, hlm.10.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
mempunyai sifat-sifat yang khas. Yang demikian itu akan membawa hubungan antara keduanya menjadi hubungan yang berpengaruh, dan Pembimbing
Kemasyarakatan tidak boleh memojokkan atau memberi suatu putusan, artinya Pembimbing Kemasyarakatan haruslah non judgemental mengenai yang baik atau
buruknya tindakan maupun kejadian yang dialami oleh klien. Pembimbing Kemasyarakatan perlu menunjukkan kesungguhan dalam
mendengarkan segala apa yang diutarakan oleh klien. Disamping itu Pembimbing Kemasyarakatan harus mengadakan hubungan yang baik dan sifatnya disengaja,
maksudnya jika Pembimbing Kemasyarakatan akan mengadakan wawancara dengan klien, keluarga klien dan masyarakat di lingkungan guna pembuatan laporan Litmas
tersebut, harus terlebih dahulu membuat suatu perjanjian agar diketahui bahwa pertemuan yang dilaksanakan adalah pertemuan yang disengaja dan telah ditentukan
mengenai waktu dan tempat bertemu. Dengan harapan semua informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan terungkapkan.
Walaupun diketahui bahwa sebenarnya Pembimbing Kemasyarakatan adalah orang yang asing bagi klien tetapi Pembimbing Kemasyarakatan harus dapat
menciptakan hubungan yang “mesra” dengan klien. Dengan adanya hubungan yang mesra ini diharapkan klien merasa tenang dan ia dapat menceritakan segala
penderitaan bahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Isom Sumhudi bahwa:
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
“ Hubungan antara case worker dengan client-pun hendaknya diwajarkan seakan-akan keduanya dalam keadaan seperti yang dialami oleh si client
dengan masalah penderitaannya.
56
B. Tinjauan Umum Tentang Penelitian Kemasyarakatan
Ciri-ciri dan tingkah laku individu susah dimengerti apabila tidak diselidiki saling hubungannya dengan individu lainnya di dalam kelompok masyarakat yang
mempunyai struktur dan sifat-sifat yang khas. Sejak dilahirkan individu itu sudah berinteraksi sosial dengan orang lain yaitu
dengan orangtuanya, dan cara-cara bertingkah lakunya pada waktu itu dan kelak justru sangat dipengaruhi oleh cara-cara saling hubungannya dengan orang tuanya,
antara kakak dan adiknya dalam keluarga, antara kawan-kawan sepermainannya, lingkungan sekolah dari mulai Sekolah Dasar hingga Universitas.
Seorang ahli sosiologi Charles H. Cooley yang dikutip oleh W. A. Gerungan yang mengatakan bahwa :
Terutama pandangan dan penghargaan terhadap diri sendiri, self conceptnya seorang individu merupakan suatu repleksi dari konsep-konsep orang lain
terhadap dirinya sendiri itu.
57
Manusia dalam bertingkah laku selain kekuatan dari dalam dirinya sendiri juga dipengaruhi oleh lingkungan kelompok masyarakatnya. Dimana proses sosial
merupakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh mempengaruhi antara sesamanya. Astri S. Susanto mengatakan sebagai berikut:
56
Ibid, hlm. 10
57
Gerungan W, Psikologi Sosial, Bandung : Eresco, 1986, hlm. 39
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
“Permulaan interaksi sosial ialah adanya kegiatan yang melibatkan sikap, nilai maupun harapan masing-masing individu. Karena inilah proses sosial
merupakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh mempengaruhi, merupakan proses yang dinamik. Pengaruh-mempengaruhi
tadi, melibatkan system nilai maupun sikap yang akhirnya akan menyebabkan sering dengan sendirinya modifikasi dari sikap maupun tindakan masing-
masing pesertanya.
58
1. Dasar Hukum Pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan
Secara garis besar Penelitian Kemasyarakatan Litmas dapat dibagi menjadi dua golongan:
a. Penelitian Kemasyarakatan yang dipergunakan sebelum terdakwa dijatuhi
hukuman pada persidangan di Pengadilan Negeri yaitu Pre-Adjudication. C. M. Maryanti Soewandi mengatakan bahwa:
Dalam suatu negara yang telah maju sebelum hakim melakukan sidang di Pengadilan Negeri dalam tugasnya mengadili pelanggar hukum terdakwa,
Hakim tersebut wajib mempelajari case study atau sosial study yang dibuat oleh pekerja sosial Probation Officer atau PK sehingga case study tersebut
disebut pula Precentence Report
59
b. Penelitian kemasyarakatan atau case study yang dipergunakan sesudah adanya
putusan vonis dan tindakan beschikking hakim yaitu adjudication, seperti yang dikemukakan oleh C. M. Maryanti bahwa:
Kegunaan case study sesudah adanya putusan vonis dan tindakan beschikking hakim adalah dalam rangka penentuan terapi pembinaan
terhadap klien baik yang berada dalam LP, LP Pemuda, LPAN dan pada Balai Bapas bahkan juga untuk tahanan yang mengalami kasus-kasus tertentu.
60
58
Astrid. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Cetakan V Oktober, Bandung : Bina Cipta, 1985, hlm. 16
59
Maryanti C.M, Fungsi Sosial Case Study dalam proses peradilan dan Pembinaan terhadap para pelanggar hukum, Pusdiklat Departemen Kehakiman RI, hlm. 16
60
Ibid, hlm 17
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Dasar hukum Penelitian Kemasyarakatan atau case study berdasarkan kedua golongan tersebut adalah:
a Keputusan Preseidium Kabinet Ampera tanggal 3 Nopember 1966 No.
75UKep111966 tentang struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan Direktorat Bispa dan yang terbaru Keputusan
Menteri Kehakiman RI tanggal 2 Mei 1987 No. M.02.PR.07.03 tentang struktur organisasi dan Tata kerja Balai Bispa dengan pengesahan 12 Balai
Bispa yang baru. b
Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP 1.
Pasal 14d 2 dan 3 2.
Pasal 15a 3 dan 5 3.
Pasal 16 1 dan 2 yang menunjuk tentang Probation Board. 4.
Pasal 45 butir a dan Pasal 46 1 c
Ordonansi pelaksanaan VV dan VI Stbl tahun 1926 No. 251, 4 Mei 1926
d Dwang Opeding Regeling DOR Stbl. Tahun 1917 No. 741.
e Standard Minimum Rules Implementation of Standard Minimum Rules for
The Treatment of Prisoners f
Peraturan MENKEH RI No. M.06-UM.01.06 Tahun 1983 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Tertib ruang sidang tanggal 16 Desember 1983.
g Nopember 1987 No.MA.KUMDI.110348XI87.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
h SE Hakim Agung Sri Widowati Wiranto Sukito SH tanggal 4 Januari 1971
No. MAPemb04.81971 tentang Sidang Perkara Anak. i
SKB Para Penegak Hukum DKI Jakarta Raya Tanggal 15 Juli 1974 dan Banjarmasin Tanggal 28 Januari 1982 No. 01SKBI-2PT.Bjm1982 tentang
Keikutsertaan Petugas Balai Bispa Pada Pelaksanaan Peradilan Anak. j
SE Jaksa Agung Muda Bidang Operasi tentang Pengiriman Putusan Pidana Bersyarat Untuk Dibina di Balai Bispa tanggal 27 Februari 1982 No.
B.122OE21982. Yang diikuti SE dari Kepala Kejaksaan Tinggi, akan tetapi ada susulan Keputusan Jaksa Agung tanggal 24 Maret 1982 No. Kep-
023JA31982 tentang Administrasi Perkara yang sifatnya mengahambat tugas Balai Bispa karena dalam Keputusan Jaksa Agung tersebut dalam FK 30
tentang pemberitahuan pemidanaan bersyarat tembusannya diserahkan pada Lembaga Pemasyarakatan, bukan kepada Balai Bispa.
k Surat Edaran Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Umum
Departemen Kehakiman tanggal 29 November 1984 No. D-KP.08-10-54-84 tentang menjalin kerja sama dalam menangani anak pelanggar hukum kepada
Ketua Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri di tempat yang ada Balai Bispa seluruh Indonesia. SE tersebut menanggapi surat Dirjen PAS tanggal 8
Agustus 1984 No. E.3.PR.08.10-920 tentang hal tersebut. l
SE Jaksa Agung RI tanggal 5 Januari 1986 dengan Nomor Rahasia : R-001A- S11986 tentang Penuntutan Perkara Tindak Pidana Narkotika Dengan
Pelaku Muda UsiaPelajar Litmas, Psikiater dan sebagainya.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
2. Arti dan Tujuan Penelitian Kemasyarakatan