c. Teori Kenakalan Anak
Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk membagi lingkaran kehidupan dalam dua tahap yakni anak-anak dan dewasa. Perpindahan dari satu tahap ke tahap
lainnya yang secara antropologis ditandai dengan adanya “rites de passage“, membawa sejumlah konsekuensi sosial dan hukum dengan sejumlah norma baru yang
harus dipatuhi seseorang. Dikatakan Bob Franklin seperti yang dikutip Harkristuti Harkrisnowo :
“.....being a child is not universal experience of any fixed duration, but is differently constructed expressing the divergent gender, class, ethnic or
historical of particular’s individuals. Distinctive, as well as histories, construct different worlds of childhood....” ....menjadi seorang anak bukan
pengalaman yang secara universal dari masa tertentu, tetapi dibentuk secara berbeda pengekspresian jenis kelamin, kelas, etnis atau kedudukan historis
dari seseorang. Khususnya sejarah, membentuk dunia yang berbeda dari kehidupan anak-anak.....
42
Meskipun Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak
adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, namun negara-negara diberi kebebasan untuk menentukan batas usia sesuai dengan budaya dan tradisi.
Perumusan batasan tentang anak ini terlihat ketidakseragaman di antara negara satu dengan negara lain. Di Amerika Serikat, di 27 negara bagian
batas umur ditetapkan antara 8-18 tahun; sementara 6 negara bagian menentukan batas umur antara 8-17 tahun, ada pula negara bagian lain yang
menentukan batas umur antara 8-16 tahun. Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16 tahun. Australia, di kebanyakan negara bagian menentukan
batas umur antara 8-16 tahun. Negara Belanda menentukan batas umur antara 12-18 tahun. Negara-negara Asia, antara lain Srilanka menentukan batas
umur antara 8-16 tahun, Iran menentukan batas umur 6-18 tahun, Jepang dan Korea menentukan batas umur antara 14-20 tahun, Kamboja menentukan
42
Harkristuti Harkrisnowo, Tantangan dan Agenda Hak-Hak Anak Pasca 2000, Suatu Usulan Pemikiran, Makalah dalam Deklarasi dan Peluncuran Indonesian Lawyers Ascociation For Children’s
Rights ILACR, 10 Juli 2000, Medan, hal.5
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
batas umur antara 15-18 tahun. Negara-negara Asean, antara lain Filipina menentukan batas umur antara 7-18 tahun, Singapura menentukan batas umur
antara 7-16 tahun.
43
Pasal 59 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak disebutkan bahwa putusan hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan. Maksud dari Undang-Undang
tersebut adalah apabila ketentuan ini tidak dipenuhi mengakibatkan putusan batal demi hukum. Sidang anak memiliki kekhususan karena anak secara psikologis dan
sosiologis belum dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara mutlak. Seorang anak yang melakukan kenakalan pada dasarnya disebabkan oleh
faktor eksternal seperti dikatakan oleh Teori Sutherland bahwa anak dan para remaja menjadi delikuen disebabkan oleh partisipasinya di tengah-tengah
suatu lingkungan sosial yang ide dan teknik delikuen tertentu dijadikan sarana yang efisien untuk mengatasi kesulitan hidupnya karena itu semakin lama
anak bergaul dan semakin intensif relasinya dengan anak-anak jahat lainnya, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi diferensial
tersebut dan semakin besar kemungkinan anak-anak remaja tadi benar-benar menjadi kriminal.
44
Tentang kenakalan anak juga disebutkan dalam Teori Kontrol Sosial yang
dikemukakan oleh Alber J. Reiss yang telah menggabungkan hasil penelitian dari aliran Chicago dan telah menghasilkan Teori Kontrol Sosial. Reiss mengemukakan
bahwa ada 3 tiga komponen dari Kontrol Sosial di dalam menjelaskan kenakalan anakremaja.
43
Sri Widowati Wiratmo Soekito, Anak dan Wanita dalam Hukum, Jakarta : LP3ES, 1989, hlm. 10
44
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2; Kenakalan Remaja, Jakarta : Raya Grafindo Persada, 1998, hlm. 30
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Ketiga komponen tersebut adalah:
45
a Kurangnya kontrol internal yang wajar selama masa anak-anak.
b Hilangnya kontrol tersebut
c Tidak adanya norma-norma sosial atau konflik antara norma-norma dimaksud
di sekolah, orangtua, atau lingkungan terdekat.
Kontrol internal adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri utnuk tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Sedangkan Kontrol Eksternal adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan
menjadi efektif. Pembimbing Kemasyarakatan diatur dalam ketentuan Pasal 1, angka 11; Pasal
33 huruf a ; Pasal 34 ayat 1 huruf a, b ; Pasal 35 ; Pasal 36 dan Pasal 38 UU No.31997. Pembimbing Kemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan pada Balai
Pemasyarakatan. Secara menyeluruh Petugas Kemasyarakatan mempunyai tugas sebagai
berikut: a
Membantu memperlancar tugas: 1
Penyidik 2
Penuntut umum 3
Hukum baik di dalam maupun di luar sidang anak dengan membuat laporan hasil penelitian kemasyarakatan, data individu anak, keluarga dan
kehidupan sosial anak, kesimpulan atau pendapat Petugas Kemasyarakatan.
b Membimbing, membantu dan mengawasi anak nakal yang berdasarkan
putusan pengadilan dijatuhi: 1
Pidana bersyarat 2
Pidana pengawasan 3
Pidana denda
45
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Jakarta : Eresco, 1999, hlm.32
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
4 Diserahkan kepada negara dan harus mengikuti latihan kerja
5 Anak yang memperoleh Pembebasan Bersyarat PB.
46
Pembimbing Kemasyarakatan juga merupakan pekerja sosial, menurut Pasal 37, 38 UU No.31997. Terhadap tugas, kewajiban dan syarat-syarat bagi pekerja
sosial diatur lebih lanjut dengan keputusan menteri Sosial dan harus mempunyai keterampilan teknis dan jiwa pengabdian di bidang usaha kesejahteraan sosial.
Penelitian Kemasyarakatan atau Case Study ini salah satu hal yang penting sebagai metode pendekatan dalam rangka pembinaan pelaku tindak pidana.
Penelitian Kemasyarakatan merupakan suatu metode penelitian yang khusus dan penting yang dilakukan oleh seorang Pembimbing Kemasyarakatan.
Mengingat pentingnya dan kegunaannya dalam pembuatan penelitan kemasyarakatan atau case study dalam membantu hakim untuk membuat suatu
putusan yang tepat dan seadil-adilnya, maka isi laporan penelitian kemasyarakatan ini harus bisa memberikan gambaran tentang latar belakang kehidupan klien baik di
masa lalu maupun lingkungan sosialnya dapat dicakup dalam isi laporan penelitian kemasyarakatan.
2. Kerangka Konsepsional