f Prinsip kesadaran diri pembimbing kemasyarakatan itu adalah petugas yang
dipercaya untuk menyelesaikan masalah kliennya. Jadi hendaknya seorang Pembimbing Kemasyarakatan terlibat secara
profesional, bukan secara emosional. Dari uraian di atas jelaslah bahwa Pembimbing Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugasnya berhadapan langsung dengan
masyarakat yang bermasalah sosial atau pelanggar hukum yang harus ditangani dengan menggunakan teori pendekatan dan metode ilmu pekerjaan sosial secara
professional. Begitu pula yang dikatakan oleh Made P. Swande menyatakan bahwa: Pekerjaan sosial sosial work ialah suatu pelayanan yang sifatnya
professional, dilandasi oleh pengetahuan serta keterampilan dalam hubungan kemanusiaan, guna menolong individu-individu, keluarga-keluarga dan
kelompok-kelompok dalam masyarakat yang memerlukan pertolongan bagi pencapaian kebahagiaan dalam hidupnya.
52
d. Pembimbing Kemasyarakatan Sebagai Pelaksana Penelitian
Kemasyarakatan
Jauh sebelum umat manusia bersosialisasi, telah menunjukkan adanya tanda- tanda pengelompokkan untuk hidup bersama-sama. Ini berarti manusia sejak dulu
kala mempunyai hasrat bermasyarakat atau keinginan untuk hidup berkumpul satu sama lainnya. Sangatlah langka jika ada manusia yang ingin hidup seorang diri tanpa
seorangpun dilakukannya. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Kalaupun ada itu keanehan-keanehan yang terdapat di dunia. Hal ini
dikemukakan oleh Aristoteles seorang ahli filsafat bangsa Yunani bahwa:
52
Made P. Swande, Diktat Pekerjaan Sosial, Kutipan dari Buku II B Repelita Tahun Kedua 197411975, hlm 11
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
Manusia itu “zoon politicon” yaitu manusia sebagai mahluk yang pada dasarnya selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia
lainnya makhluk bermasyarakat.
53
Untuk mewujudkan ketertiban, ketentraman dan keadilan masyarakat menciptakan peraturan ataupun hukum. Maksud diciptakannya peraturan atau hukum
agar kelompok masyarakat dalam bertingkah laku sesuai dengan hukum yang telah disepakati bersama. Jika seseorang dalam kelompok masyarakat melanggar hukum
yang telah disepakati maka konsekuensinya harus diberikan ganjaran hukuman. Padahal sebenarnya warga masyarakat yang melanggar hukum itu sendiri terhadap
warganya yang tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dan ini adalah tanggungjawab masyarakat. Seperti yang dikatakan R.P. Bahruddin
Surjobroto bahwa: Terpidana harus dipandang sebagai seorang yang melakukan pelanggaran
hukum, tidak karena ia ingin melanggar hukum, melainkan karena ia tertinggal dalam mengikuti derap kehidupan masyarakat yang semakin lama
semakin kompleks.
54
Manusia hidup bermasyarakat, berinteraksi satu dengan lainnya, teranglah
bahwa individu melakukan pelanggaran hukum akibat dari kesenjangan hidup masyarakat itu sendiri. Maka seharusnya untuk mengetahui sebab musabab seseorang
itu melakukan pelanggaran hukum baik dewasa maupun anak-anak dibuatkan suatu laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan proses peradilan mulai dari
53
J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, Pengantar Hukum Indonesia PHI, Jakarta : Gunung Agung, 1982, hlm. 1
54
R.P. Bahruddin Surjobroto, Manusia dan Kejahatan, Jakarta : Majalah Prisma, 1982 , hlm.62
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga pemasyarakatan serta Balai Pemasyarakatan sendiri untuk pembinaan selanjutnya. Orang atau anak-anak dalam
bertingkah laku sesuai dengan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dari keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bapak pendidikan di Indonesia Ki Hajar Dewantara
mengatakan bahwa: Jika anak-anak sehari-harinya mendapat pengaruh kesucian, besarlah
kemungkinan ia akan dapat menjadi orang yang bertabiat suci pula, sebaliknya jika ia dalam rumah terus-menerus melihat serta mengalami
kerusakan dan kemaksiatan, tentulah sekali ia akan jatuh ke jurang kejahatan juga.
Pelanggaran hukum oleh klien yang diakibatkan karena ketinggalannya dalam
mengikuti derap kehidupan yang semakin kompleks dalam masyarakat, maka petugas pembimbing kemasyarakatan melakukan penelitian kemasyarakatan bukan saja hanya
mengadakan wawancara terhadap klien tetapi juga terhadap masyarakat lingkungannya maupun keluarganya sendiri agar memperoleh data dan fakta-fakta
selengkap mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jenis-jenis laporan penelitian kemasyarakatan adalah:
a Model L1: laporan Litmas untuk sidang Pengadilan Negeri terhadap klien dewasa
dan anak. b
Model L2: laporan Litmas untuk bimbingan Balai Bispa lain untuk klien dewasa dan anak.
c Model L3: laporan Litmas untuk bimbingan dalam Lembaga Pemasyarakatan
untuk klien anak dan dewasa. d
Model L4: laporan Litmas untuk calon anak asuh.
Lamarta Surbakti : Peran Pembimbing Kemasyarakatan Dalam Membuat Penelitian Kemasyarakatan Pada Persidangan Anak, 2009
e Model L5: laporan Litmas untuk orangtua atau wali dari anak asuh.
f Model L6: laporan Litmas untuk keluarga asuh.
g Model L7: laporan Litmas untuk calon pengasuh oleh Balai Bispa.
h Model L8: laporan Litmas untuk instansi lain.
e. Sikap dan Pribadi Pembimbing Kemasyarakatan