Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba

89 Relli Simanjuntak Perempuan, 32 tahun ai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu itulah yang membuat saya menjadi semangat karena saya bekerja hanya untuk anak-anak saya, untuk sekolahnya juga. jadi apapun akan saya usahakan biar anak-anak saya ini bisa sekolah. tidak penting bagi saya harta yang banyak, asal lah anak-anak saya ini berhasil dan sukses makanya harus bisa saya sekolahkan. Mangatas Tampubolon Laki- laki, 43 tahun Anak-anak saya ini kalau bisa saya sekolahkan sampai kuliah, harus bisa jadi sarjana biar tidak sama seperti kami ini hanya sebagai petani sama supir angkutan umum karena menurut saya pendidikan itu sangat penting biar kehidupan kami tidak tetap seperti ini. sama seperti yang dibilang orang-orang ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ harus bisa bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka

4.3.2 Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba

Pada Masyarakat Batak Toba terkenal dengan kegigihannya atau kerja keras dalam menyekolahkan anak-anaknya. Pada masyarakat Batak Toba menyekolahkan anak menjadi ukuran dalam mencapai keberhasilan dan kemajuan keluarga ditengah-tengah masyarakat. Orangtua juga tidak peduli dengan keadaan yang di alami saat mencari nafkah meskipun harus bekerja diladang terkena sinar matahari dan hujan. Seperti lagu “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada orang Batak Toba yang juga menjadi semangat bagi orang batak menyekolahkan anak-anaknya, orangtua tidak perlu memakai perhiasan, mobil mewah, rumah besar ,orangtua juga rela bekerja keras siang malam demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya serta bila perlu berhutang agar kebutuhan anak-anaknya tercapai, dan makan ubi pun orangtuanya mau asalkan anak-anaknya bisa sekolah. Karena kesuksesan pada masyarakat Batak Toba ada jika anak mereka sudah meraih sukses dan derajatnya lebih tinggi dari 90 orangtua. Seperti penuturan dari informan berikut ini: Mangatas Tampubolon Laki-laki, 43 tahun “ Bagi saya itu ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ saya harus bisa bekerja keras walaupun bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka, karena jika anak-anak saya berhasil nantinya kan saya juga yang bangga..apalagi kalau sudah berhasil, punya jabatan, kaya tetunya kan saya sangat senanglah..Wawancara 06 Mei 2015 Hal senada juga disampaikan oleh informan berikut: Rame PurbaPerempuan, 39 tahun “ tekad saya harus bisa anak-anak saya ini tamat sekolah nanti langsung kuliah ataupun bekerja nantinya… makanya dari sekarang ini saya harus bekerja keras dalam bertani dan mendorong supaya anak-anak mau bersekolah seperti yang dibilang lagu itu ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ harus bisa anak-anak saya lebih tinggi sekolahnya dari saya… walaupun saya harus berhutang menyekolahkan anak-anak saya…Wawancara 08 Mei 2015 Informan berikut ini juga mengatakan hal yang sama : Relli Simanjuntak Perempuan, 32 tahun “ Sebagai orangtua harus saya lah yang bertanggung jawab buat pendidikan anak-anak saya…tidak akan lepas tanggung jawab saya untuk menyekolahkan anak-anak saya ini sampai kejenjang yang lebih tinggi pun sekolahnya bakalan saya tanggung jawab… walaupun ada bantuan kan gak mungkin saya Cuma tidur dirumah, harus bekerja keraslah saya …kalau gak, mau makan apa nanti kami.. gak perlu beli kebaya mahal,tas mahal asal lah anak saya ini bisa sekolah. “ ai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu itulah yang membuat saya menjadi semangat karena saya bekerja hanya untuk anak-anak saya , untuk sekolahnya juga…jadi apapun akan saya usahakan biar anak-anak saya ini bisa sekolah.. tidak penting bagi saya harta yang banyak, asal lah anak-anak saya ini berhasil dan sukses makanya harus bisa saya sekolahkan”Wawancara 09 Mei 2015 Partisipasi masyarakat Batak Toba terutama orangtua sangat tinggi dalam menyekolahkan anaknya, Pendidikan Bagi Masyarakat Batak Toba merupakan suatu jalan menuju tercapainya kekayaan dan kehormatan. “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” merupakan sebuah filosofi, nilai maupun sebagai ungkapan Suku Bangsa Batak Toba yang menyatakan bahwa anak 91 adalah harta yang tertinggi baginya. Pada masyarakat Batak Toba anak dalam keluarga adalah harta yang sangat berharga yang menjadi kebahagiaan bagi setiap keluarga pada Masyarakat Batak Toba, sehingga orangtua pada masyarakat Batak Toba Bekerja keras demi menyekolahkan anaknya supaya menjadi anak yang berhasil. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut: Rikton SipayungLaki-laki, 48 tahun “ Walaupun harus makan ikan asin asal lah anak-anak saya ini bisa sekolah… harus bekerja keras dan semangatlah untuk menyekolahkan mereka ini , nanti kan kalau mereka berhasil bisa gak usah kerja lagi kami jadi petani , berjualan udah bisa lah mereka ini diandalkan nantinya. Anak itu lebih berharga dari segalanya makanya saya sangat sayang sekali sama mereka ini…saya tidak mau mereka ketinggalan dari teman-teman mereka ..semampu saya akan saya usahakan buat kebahagiaan anak-anak saya ini.. harus bisa anak saya ini lebih baik dari anak-anak yang lain yang ada di desa ini”Wawancara 13 Mei 2015 Hal senada juga disampaikan oleh informan berikut: Pantun Mangatur SiahaanLaki-laki, 41 tahun menurut saya“Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” jadi saya harus bertanggungjawab penuh atas masa depan anak-anak saya ini”jadi apapun akan saya lakukan demi mencukupi kebutuhan anak saya walaupun saya harus banting tulang mencari nafkah dan saya hanya fokus memikirkan kebahagiaan dan kesuksesan anak-anak saya ini karena jika mereka sukses atau bahagia tentunya saya sebagai orangtua akan bangga..Wawancara 14 Mei 2015 Hal yang serupa juga dikatakan oleh informan berikut: Haposan ManurungPerempuan, 39 tahun “ anak itu sesuatu yang sangat berharga pada masyarakat batak toba, posisi anak itu sangat dijunjung tinggi bagi masyarakat.. seperti lagu “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” bahwa orangtua harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya, walupun harus bersakit-sakit dan tidak bisa membeli apapun barang berharga namun orangtua harus tetap bisa menafkahi anak-anaknya terutama pada bidang pendidikan dan untuk masyarakat Desa Pematang Panei itu bahwa Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu menjadi penguat bagi oranngtua menyekolahkan anak- anaknya”Wawancara 18 Mei 2015 92 Posisi anak dalam keluarga Batak Toba itu sangat dijunjung tinggi dan lebih penting atau diutamakan dikarenakan bahwa anak itu adalah harta yang sangat berharga dan harus diperjuangkan oleh masyarakat Batak Toba. Seperti Nilai atau lagu “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba yang menjadi semangat yang tinggi buat orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya dan betapa berharganya anak itu bagi orangtua. Seperti yang diungkapkan oleh informan saya berikut ini: Almer PurbaLaki- laki, 38 tahun “ seperti yang dibilang orang kita batak toba…’Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ inilah yang membuat saya semangat tetap memperjuangkan sekolah anak- anak dan kebutuhan keluarga saya… saya harus tetap semangat bekerja dan tetap mengutamakan kepentingan kebutuhan keluarga… sampai kapanpun saya akan bekerja keras walaupun harus menjualan Tuak sampai tengah malam demi menambahi penghasilan saya dan saya juga akan terus mengusahakan supaya anak-anak saya ini tetap bisa sekolah dan tidak ketinggalan dan bisa menjadi anak-anak yang sukses” Wawancara 15 Mei 2015 Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba Haposan Manurung Perempuan,39 tahun anak itu sesuatu yang sangat berharga pada masyarakat batak toba, posisi anak itu sangat dijunjung tinggi bagi masyarakat. seperti lagu “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” bahwa orangtua harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya, walupun harus bersakit-sakit dan tidak bisa membeli apapun barang berharga namun orangtua harus tetap bisa menafkahi anak-anaknya terutama pada bidang pendidikan dan untuk masyarakat Desa Pematang Panei itu bahwa Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu menjadi penguat bagi oranngtua menyekolahkan anak-anaknya Mangatas Tampubolon Laki-laki,43 tahun Bagi saya itu ‘Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu’ saya harus bisa bekerja keras walaupun bersakit-sakit mencari uang untuk menyekolahkan mereka, karena jika anak-anak saya berhasil nantinya kan saya juga yang bangga, apalagi kalau sudah berhasil, punya jabatan, kaya tetunya kan saya sangat senanglah. 93

4.3.3 Peran Orangtua dalam Pendidikan anak