Teori Dramaturgi Kajian Pustaka

33 payah membesarkannya, mereka merupakan kebanggaan kebanggaan orangtua sekaligus harta yang dibanggakan oleh orangtua. Kebahagiaan Hagabeon itu adalah kebahagiaan dalam keturunan yang biasanya diucapkan saat upacara pernikahan ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin dikaruniai putra 17 dan putri 16 yang artinya keturunan memberikan harapan hidup, kerena keturunan itu memberikan kebahagiaan yang tak ternilai bagi orangtua, keluarga dan kerabat. Kehormatan Hasangapon adalah suatu kedudukan yang dimiliki di dalam lingkungan masyarakat, yang status diperoleh melalui proses belajar. Apabila sudah mamora, gabe dan dihargai dalam masyarakat maka diartikan ia telah memiliki hasangapon. Anak adalah sumber kehormatanHasangapon dalam masyarakat. semakin tinggi tingkat pendidikan anak-anak suatu keluarga, semakin dianggap terpandangHasangapon keluarga tersebut dalam masyarakatnya. Anak-anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi orangtua dan membuat keluarga itu terpandang Hasangapon.

2.4 Teori Dramaturgi

Pandangan Erving Goffman tentang diri dibentuk oleh pendekatan dramaturginya ini. menurut Goffman sebagaimana menurut mead dan interaksionisme simbolik lainnya diri adalah: bukan sesuatu yang bersifat organik yang mempunyai tempat khusus dalam menganalisis diriself, kita mengambilnya dari pemiliknya, dari orang yang akan sangat diuntungkan atau dirugikan olehnya, karena ia dan tubuhnya semata hanya menyediakan patokan bagi sesuatu yang 34 menghasilkan kerja sama yang akan tergantung untuk sementara. Cara menghasilkan dan mempertahankan diri tak terletak pada patokan itu. Menurut Goffman, diri bukan milik aktor tetapi lebih sebagai hasil interaksi dramatis antara aktor dan audiensi. Diri adalah “pengaruh dramatis yang muncul dari suasana yang ditampilkan, karena diri adalah hasil interaksi dramatis maka mudah terganggu selama penampilannya. Dramaturgi Goffman memerhatikan proses yang dapat mencegah gangguan atas penampilan diri, meski bagian terbesar bahasannya ditekankan pada kemungkinan interaksi dramaturgi ini, Goffman menunjukkan bahwa kebanyakan pelaksanaannya adalah sukses. Hasilnya adalah bahwa dalam keadaan biasa, diri yang kukuh serasi dengan pelakunya dan “penampilannya” berasal dari pelaku. Goffman berasumsi bahwa saat berinteraksi, aktor ingin menampilkan perasaan diri yang dapat diterima oleh orang lain. Tetapi, ketika menampilkan diri, aktor menyadari bahwa anggota audiensi dapat mengganggu penampilannya. Karena itu aktor menyesuaikan diri dengan pengendalian audiensinya, terutama unsur- unsurnya yang dapat mengganggu. Aktor berharap perasaan diri yang mereka tampilkan kepada audiensi akan cukup kuat memengaruhi audiensi dalam menunjukkan aktor sebagai aktor yang dibutuhkan. Aktor pun berharap ini akan menyebabkan audiens bertindak secara sengaja seperti yang diinginkan aktor dari mereka. Goffman menggolongkan perhatian sentral ini sebagai “manajemen pengaruh” manajemen ini meliputi tehnik yang digunakan aktor untuk mempertahankan kesan tertentu dalam menghadapi masalah yang mungkin mereka hadapi dan metode yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah itu. 35 Dengan mengikuti analogi teatrikal ini, Goffman berbicara mengenai panggung depanfront stage. Front adalah bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefenisikan situasi bagi orang yang menyaksikan pertunjukan. Dalam Front stage, Goffman membedakan antara setting dan front personal. Setting mengacu pada pemandangan fisik yang biasanya harus ada di situ jika aktor memainkan perannya. Front personal terdiri dari berbagai macam barang perlengkapan yang bersifat menyatakan perasaan yang memperkenalkan penonton dengan aktor dan perlengkapan itu diharapkan penonton dimiliki oleh aktor. Goffman kemudian membagi front personal ini menjadi penampilan dan gaya. Penampilan meliputi berbagai jenis barang yang mengenalkan kepada kita status sosial aktor, Gayamengenalkan pada penonton, peran macam apa yang diharapkan aktor untuk dimainkan dalam situasi tertentu. Tingkah laku kasar dan yang lembut menunjukkan jenis pertunjukan yang sangat berbeda. Umumnya kita mengaharapkan penampilan dan gaya saling bersesuaian. Meski berpandangan struktural seperti itu, perhatian utama Goffman terletak dibidang interaksi. Ia menyatakan, karena orang umumnya mencoba mempertunjukkan gambaran idealis mengenai diri mereka sendiri di depan umum, maka tanpa terelakkan mereka merasa bahwa mereka harus menyembunyikan sesuatu dalam perbuatan mereka. Pertama, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan rahasiamisalnya meminum alkohol yang menjadi kegemaran dimasa lalupemabuk yang bertentangan dengan prestasi mereka. Kedua, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang telah dilakukan dalam meyiapkan langkah yang telah diambil untuk memperbaikin kesalahan itu. Ketiga, aktor mungkin merasa 36 perlu untuk menunjukkan hasil akhir dan menyembunyikan proses yang terlibat dalam menghasilkannya. Keempat, aktor mungkin merasa perlu menyembunyikan dari audien bahwa dalam membuat suatu produk akhir telah melibatkan “pekerjaan kotor”. Pekerjaan kotor seperti tugas-tugas yang tidak bersih secara fisik, semilegal, kejam, dan cara buruk lainnya. Kelima, dalam melakukan perbuatan tertentu aktor mungkin menyelipkan standar yang lain. Keenam, aktor mungkin merasa perlu menyembunyikan penghinaan tertentu atau setuju dihina asalkan perbuatannya dapat berlangsung terus. Umumnya aktor mempunyai kepentingan tetap dalam menyembunyikan seluruh fakta. Aspek dramaturgi lain di Front stage adalah aktor sering mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan audien ketimbang dalam keadaan yang sebenarnya. Goffman menyatakan audien sendiri mungkin mencoba menagatasi kepalsuan itu agar citra ideal mereka tentang aktor tidak hancur. Tehnik lain yang digunakan oleh aktor adalah mistifikasi. aktor sering cenderung memistifikasi pertunjukan mereka dengan membatasi hubungan antara diri mereka sendiri dengan audien. Dengan membangun jarak sosial antara diri mereka dengan audien mereka mencoba menciptakan perasaan kagum di pihak audien. Goffman juga membahas panggung belakang back stage dimana fakta disembunyikan di depan atau berbagai jenis tindakan informal mungkin timbul. Back stage biasanya berdekatan dengan front stage tetapi juga ada jalan memintas antara keduanya. Pelaku tak bisa mengharapkan anggota penonton di depan mereka muncul di belakang. Pelaku tak bisa mengaharapkan anggota penonton di depan mereka muncul dibelakang. Mereka terlibat dalam berbagai jenis pengelolaan kesan untuk 37 memastikannya. Pertunjukan mungkin menjadi sulit ketika aktor tak mampu mencegah penonton memasuki pentas belakang. Goffman mengklaim bahwa interaksi- interaksi sehari-hari dapat dipahami lebih baik jika kita menganggap orang sebagai aktor diatas panggung. Sebagai aktor orang bermain peran dan memanipulasi alat-alat atau barang keperluan pentas, tata panggung, pakaian, dan symbol-simbol untuk mencapai hasil yang berguna khususnya interaksi-interaksi lancar yang memunculkan diri berharga George Ritzer- Douglas J. Goodman, 2011: 295.

2.6 Nilai