Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab orangtua dalam Menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahupada Masyarakat Batak Toba

(1)

Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan

Bergesernya Tanggung Jawab Orangtua dalam Menyekolahkan

Anak Sebagai Realisasi Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu ”

pada Masyarakat Batak Toba

(Studi Kasus Desa Pematang Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

DISUSUN OLEH:

HENDRIKSON SIAHAAN

110901038

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

dan Bergesernya Tanggung Jawab orangtua dalam Menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahupada Masyarakat Batak Toba”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana (S1) Sosiologi di Departeman Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan nasehat baik moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orang Tua saya tercinta Donald Siahaan dan Rosita Sihombing atas kasih sayang dan juga yang selalu mendoakan, mendanai dan memotivasi Penulis dalam meyelesaikan perkuliahan dan juga menyelesaikan skripsi. Kakak, abang dan adik-adik saya juga Nopalina Siahaan, Ferdinand Siahaan, Agustian Siahaan, Gumanti Priwanto Siahaan, Zogi Prizola Siahaan(Paulus Siahaan)yang sudah membantu dan memotivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada seluruh keluarga.

2. Bapak Prof. DR Badaruddin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(3)

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku ketua jurusan Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan juga Dosen Pembimbing Akademik saya selama kuliah yang sangat baik dan telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini .

5. Seluruh Dosen, staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

6. Orang terkasih Angela Christi Yosalin Manihuruk yang telah memotivasi dalam mengerjakan skripsi dan yang telah memberikan bantuan dalam mengerjakan skripsi saya serta ibu angkat saya R. Simbolon yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada saya selama ini.

7. Seluruh informan Masyarakat Desa Pematang Panei serta pihak Sekolah SD Negeri 091301, SD Negeri 091307, SMP Negeri 2 Panombeian Panei, Kepala Desa Pematang Panei, serta semua yang menjadi informan peneliti yang mau meluangkan waktunya dan membantu saya dalam penelitian skripsi ini.

8. Teman-teman Sosiologi Stambuk 2011 atas semua kebersamaan dan juga pengalaman- pengalaman selama masa perkuliahan, terutama kepadaWawan, Jhon, Rio, Hisbul, Arijaldi, Viktor, Wahyudi, Safrillah, Abdurrahman, Ramadona, Samuel Budi santoso, Natanael, Nahotmasi, Ernita, Novi Siregar, Sara Purba, Maiusna, Marulitua, Antonius lase, Era


(4)

Siagian, Emilia, Silvia, Andriani, Indah Lestari Hutapea, Dewi H Siregar, Grety, Rency, Yusni, Kathy, Vera, Fransisca, Devi, Carlina, Joan, Elo, Defa, Melda, Kristin, Siti Khadijah, Ismi Andari, Putri Mawaddah, May Pratiwi, Astra, dan semua kawan-kawan sosiologi 2011 yang tak bisa saya sebut satu per satu.

9. Sahabat dan kawan seperjuangan saya Regain Breigh Simanjuntak, Putra Sipayung, Irwansyah Silalahi, Ester Gultom, Ayu Margaret sijabat, Margaret silalahi, Yogi Simangunsong, Trisa Bakkara, Novita Sihotang, dan semua teman terbaik saya alumni anak 3(8) SMP N 3 Pematang siantar dan alumni kelas 3(IPS1) SMA 1 Panombeian Panei.

10.Teman kost penulis Bintua Simalango, Edi Gorge Tumanggor, Agus Naibaho, Yanti Marpaung, Selli, Rona, Rotua, Dion Sihombing, Santo. Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan dengan semaksimal mungkin, namun sebagai manusia penulis tidak luput dari kesalahan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.

Medan 2015 Penulis

Hendrikson Siahaan


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ii

Abstrak v Daftar Isi vi Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakan 1

1.2. Rumusan Masalah 15

1.3. Tujuan Penulisan 15

1.4. Manfaat Penelitian 16

1.5. Definisi Konsep 16

Bab II. Tinjauan Pustaka 2.1. Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) 19

2.2. Nilai Anak dalam Masyarakat 22

2.3. Nilai Anak dalam Masyarakat Batak Toba 24 2.4. Teori Dramaturgi 26

2.5. Nilai 30

Bab III. Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian 32

3.2. Lokasi Penelitian 33

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1.Unit Analisis 33

3.3.2. Informan 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data 34

3.5 Interpretasi Data 35

3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian 36

3.7 Keterbatasan Penelitian 37

Bab IV. Temuan dan Interpretasi Data Penelitian 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 38

4.1.1 Letak Geografis 38

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa Pematang Panei 42

4.1.3 Jumlah Penduduk Desa Pematang Panei 47

1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin 48

2.Komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatasdan beserta jenis pekerjaan 49

3. Data Komposisi penduduk berdasarkan Tamatan atau pendidikan tertinggi 50


(6)

5. Komposisi masyarakat Desa Pematang Panei

berdasarkan agama 52

6. Jenis penggunaan lahan di Desa Pematang Panei 53

7. Jumlah Rumah Tangga yang bekerja sebagai Petani 54

4.1.4 Kondisi Sosial Budaya Desa Pematang Panei 54

4.1.5 Gambaran Masyarakat Desa Pematang Panei 57

4.2. Profil Informan dan Temuan Data di Desa Pematang Panei 63

4.2.1 Masyarakat yang Mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah 63

4.2.1 Pihak Penyalur Bantuan Operasional Sekolah 70

4.2.3 Tokoh Pendidikan yang ada di Desa Pematang Panei 73

4.2.4 Tokoh Masyarakat 75

4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1 Arti Pendidikan Bagi Masyarakat Desa Pematang Panei 79

4.3.2 Nilai Anak Bagi Masyarakat Batak Toba 82

4.3.3 Peranan Orangtua dalam Pendidikan anak 86

4.3.4 Ketergantungan Masyarakat Desa Pematang Panei terhadap Pemerintah dalam menyekolahkan anak-anaknya 90

4.3.5 Respon Masyarakat Desa Pematang Panei dengan Hadirnya Bantuan Operasional Sekolah 94

4.3.6Fungsi Bantuan Operasional Sekolah bagi Masyarakat Desa Pematang Panei 97

4.3.7 Implementasi Bantuan Operasional Sekolah 105

Bab V. Penutup 5.1 Kesimpulan 112

5.2 Saran 115 Daftar Pustaka117


(7)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab Orangtua dalam menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu Pada Masyarakat Batak Toba”di Kabupaten Simalungun, Desa Pematang Panei. berawal dari ketertarikan penulis terhadapsemenjak hadirnya Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang merupakan salah satu program dari pemerintah untuk meringankan beban orangtua, namun kenyataannya membuat bergeser tanggung jawab dari orangtua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Hal inilah yang menginspirasi penulis untuk melihat sejauh mana Penerapan Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dan bergesernya tanggung orangtua dalam menyekolahkan anak di Desa Pematang Panei.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penerapan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab orangtua dalam Menyekolahkan Anak sebagai Realisasi Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada Masyarakat Batak Toba. Jenis Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif yang bersifat studi kasus. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta studi kepustakaan, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan

Hasil Penelitian menunjukkanDalam mencapai tujuan pendidikan yang berhasil tentunya dibutuhkan peran pemerintah yang mana dalam hal mendukung sepenuhnya proses pendidikan untuk mencapai peningkatan atau keberhasilan pendidikan dan pemerintah juga harus berkomitmen dalam memberikan serta meningkatkan kesempatan bagi warga negaranya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Pemerintah memberikan salah satu program bantuan yang bertujuan membantu warga negara memperoleh pendidikan yang layak dengan diberikannya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan salah satu Program atau sebuah kebijakan pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana Program wajib belajar. Yang mana penggunaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara khusus bertujuan untuk membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB dan SMP/SMPLB Negeri, membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun baik di sekolah negeri maupun swasta, meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta maupun di negeri. dengan adanya penerapan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terjadi pergeseran tanggung jawab orangtua dalam menyekolahkan anak-anaknya yang mana sebelumnya Masyarakat Batak Toba khususnya Desa Pematang Panei dikenal sebuah semangat atau nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu sudah memudar. Orangtua seakan-akan melepaskan tanggung jawabnya dalam menyekolahkan anak-anaknya dan bermalas-malasan bekerja karena adanya bantuan tersebut.

Kata Kunci: Bantuan Operasional Sekolah(BOS), Bergesernya Tanggung Jawab orangtua, Realisasi Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu”, Masyarakat Batak toba


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan saat ini menjadi prioritas utama bagi masyarakat dalam meningkatkan potensi diri untuk memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh masyarakat bangsa dan negara. Setiap bangsa atau setiap idividu pada umumnya menginginkan pendidikan, dengan pendidikan tersebut makin tinggi atau makin baik pendidikannya maka bangsa atau individu tersebut dapat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lainnya.

Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi umat manusia dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan hidup sehingga manusia suatu saat dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang seutuhnya. untuk itu pendidikan merupakan salah satu indikator kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat yang harus tetap dipenuhi yang mempunyai tujuan yang tinggi dan dengan pendidikan tersebutlah posisi manusia menjadi lebih terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak berpendidikan.

Ada beberapa Fungsi Pendidikan yang diatur dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 salah satunya yang tercantum pada Pasal 3 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


(9)

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Pendidikan memang layak disebut sebagai institusi sosial, dikatakan demikian karena institusi sosial sebagai tingkah laku berpola dan mempunyai berbagai fungsi, dan pendidikan itu sebagai institusi sosial dikarenakan dapat:

1. Menyederhanakan tindakan individu 2. Menyediakan cara pengendalian sosial

3. Menyediakan peran dan kedudukan bagi individu-individu

4. Merintangi kepribadian karena orang-orang selalu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang telah ada

5. Mendorong orang-orang merumuskan pola perilaku baru

6. Mengharmoniskan berbagai badan dengan konfigurasi kebudayaan

7. Menstabilkan kebudayaan masyarakat. hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa pendidikan dapat dikatakan sebagai institusi sosial (Muhyi Batubara, 2004: 9)

Salah satu Fungsi pendidikan adalah sebagai faktor pendorong pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan suatu Negara serta semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi peluang seseorang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dan menciptakan daya saing yang tinggi bagi masyarakat luar(Zainuddin Maliki 2008:272). Dalam mencapai tujuan tersebut tentunya


(10)

dibutuhkan peran pemerintah yang mana Pemerintah dalam hal ini juga harus mendukung sepenuhnya proses pendidikan untuk mencapai peningkatan atau keberhasilan pendidikan dan pemerintah juga harus berkomitmen dalam memberikan serta meningkatkan kesempatan bagi warga negaranya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Tujuannya adalah agar seluruh masyarakat Indonesia menjadi warga Negara yang mengenal dan mencintai tanah air juga memanfaatkan sumber daya dan peka terhadap situasi yang ada pada saat ini supaya dapat menghindari terjadinya dehumanisasi, eksploitasi, dan juga intervensi dari Negara lain maupun Negara sendiri.

Pemerintah juga telah berupaya melakukan peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan yang adil serta ditandai dengan diberikannya Bantuan Operasional Sekolah(BOS). Dengan pendidikan yang bermutu atau berkualitas masyarakat akan dapat mengembangkan potensi sumber daya yang ada serta meningkatkan kesejahteraan hidup. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam memajukan serta mewujudkan cita-cita atau tujuan dari pendidikan saat ini. Timbulnya semangat para orangtua terutama dari kalangan bawah untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai kejenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas, adalah suatu sikap yang harusnya didukung oleh semua pihak terutama pemerintah. Namun kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan pemerataan pendidikan yang bermutu dan terjangkau khususnya pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi masih perlu dipertanyakan dikarenakan banyak sekolah negeri atau perguruan tinggi negeri dipadati oleh anak-anak dari golongan ekonomi atas (Didin Saripudin dan Udin Winataputra, 2010:125).


(11)

Saat ini realita pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dinikmati oleh masyarakat Indonesia dikarenakan fasilitas dan kesadaran serta perhatian pemerintah masih kurang serius dalam membangun sistem pendidikan yang baik dan berkualitas. Pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar dalam menata pendidikan sebagai bagian dari perencanaan sistem nasional. berbagaicara serta pertimbangan yang dilakukan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut yang menjadi acuan nasional. Perlunya merencanakan, mengembangkan, pendidikan nasional merupakan implikasi dari tujuan nasional yang diharapkan akan menghasilkan manusia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang meghargai harkat dan martabat manusia ( Muhyi Batubara, 2004:114).

Upaya pemerintah dalam membantu serta meningkatkan pendidikan itu dapat dilihat pada UUD RI 1945 dalam perubahan keempatnya tentang pendidikan dan kebudayaan pada pasal 31 ayat 3 dan 4 bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Serta Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Berdasarkan undang-undang diatas maka pemerintah memiliki acuan atau pedoman dalam membangun pendidikan kearah yang lebih baik melalui beberapa program yang dibuat salah satunya yaitu Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pemerintah mengeluarkan kebijakan program Bantuan Operasional Sekolah tersebut dari tahun 2005 tepatnya pada bulan juli yang mana bantuan tersebut berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian Program wajib belajar Sembilan tahun. Bantuan Operasional Sekolah tersebut sudah terealisasi sejak tahun 2005 sampai


(12)

dengan saat ini menyediakan bantuan bagi sekolah dengan tujuan membebaskan biaya pendidikan bagi siswa. Berdasarkan Peraturan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 201/PMK.07/2013 Tentang ( Pedoman Umum dan Alokasi Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2014) bahwa Pemerintah mengucurkan dana untuk pendidikan sebesar Rp.24.074.700.000.000( dua puluh empat triliun tujuh puluh empat milliar tujuh ratus juta rupiah) 20.30 WIB)

Melalui Program ini Pemerintah memberikan bantuan dana kepada sekolah-sekolah baik tingkat Sekolah Dasar (SD) Maupun Sekolah Menengah Pertama(SMP) berupa perlengkapan sekolah seperti alat tulis, perbaikan infrastruktur, gaji guru honor, dan dalam pengalokasian dana Bantuan Operasional Sekolah terdapat juga dana khusus kepada siswa kurang mampu misalnya membantu meringankan biaya transport kesekolah. Berdasarkan buku petunjuk teknis penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah(BOS) untuk tahun 2014 bahwa besar biaya satuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan :

1. Sekolah Dasar/SDLB : Rp. 580.000,-/ siswa/tahun

2. Sekolah Menengah Pertama/ SMPLB/SMPT : Rp. 710.000,-/siswa/ tahun

Pada kepemimpinan pemerintahan Indonesia saat ini saja melalui Menteri kebudayaan dan pendidikan dasar menengah menargetkan akses pendidikan yang berkeadilan serta membawa kemajuan didalam bidang pendidikan di Indonesia.


(13)

Pendidikan dasar Sembilan tahun menjadi suatu yang wajib diperoleh seluruh anak Indonesia dan menjadi tanggung jawab dari pemerintah seutuhnya. Karena itulah pemerintah akan mengucurkan dana bantuan pendidikan yaitu melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sehingga Orangtua siswa tidak harus membayar saat anaknya mengikuti pendidikan dasar dan sekolah pun tidak boleh melakukan pungutan terhadap siswa. Khusus untuk siswa dari keluarga tidak mampu secara ekonomi dikucurkan dana bantuan siswa miskin (BSM) yang besarnya Rp 450.000 per tahun bagi siswa SD, Rp 750.000 bagi siswa SMP/MTs, serta Rp 1 juta per tahun bagi siswa SMA/SMK/MA. Jumlah penerimanya pada tahun 2014 ini sekitar 13,5 juta siswa di semua jenjang pendidikan, dengan anggaran yang dikucurkan pemerinta h pada tahun 2014 sebesar Rp 6,09 triliun. hari sabtu pukul 13.18).

Program pemerintah menyelenggarakan Sekolah gratis dengan memberikan Bantuan Operasional Sekolah kepada masyarakat, merupakan sebuah solusi bagi masyarakat yang ekonominya lemah karena program tersebut dapat meringankan beb an orangtua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Selain itu masyarakat dari kalangan menengah dan kalangan atas juga merasakan dampak atau manfaat dari Bantuan Operasional Sekolah tersebut dikarenakan mampu meringankan biaya sekolah yang harus ditanggung.

Selain pemerintah, masyarakat juga memprioritaskan pendidikan sebagai hal yang terpenting karena dengan pendidikanlah ekonomi masyarakat bisa semakin membaik dan masyarakat juga semakin cerdas dalam menanggapi dan mengatasi


(14)

perubahan-perubahan yang terjadi pada jaman modern sekarang ini. Dalam hal ini, masyarakat Batak Toba yang merupakan satu dari ratusan etnis yang ada di Indonesia yang dominannya berasal dari daerah Provinsi Sumatera Utara juga menjadikan pendidikan sebagai aspek yang penting dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakat Batak Toba. Semenjak dari penjajahan Hindia Belanda dulunya, masyarakat Batak Toba sudah mulai bergigih untuk memperjuangkan pendidikan di Tanah Batak. Untuk mencapai pendidikan yang diinginkan, meinmbulkan persaingan diantara masyarakat Batak Toba yang ingin menyekolahkan anak-anaknya kejenjang yang lebih tinggi lagi( Bungaran Anthonius Simanjuntak, 2002:281).

Saat ini pada Masyarakat Batak Toba terkenal dengan kegigihannya atau kerja keras dalam menyekolahkan anak-anaknya. Pada masyarakat Batak Toba menyekolahkan anak menjadi ukuran dalam mencapai keberhasilan dan kemajuan keluarga ditengah-tengah masyarakat. Orangtua juga tidak peduli dengan keadaan yang di alami saat mencari nafkah meskipun harus bekerja diladang terkena sinar matahari dan hujan. Seperti Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada orang Batak Toba yang juga menjadi semangat bagi orang batak menyekolahkan anak-anaknya, orangtua tidak perlu memakai perhiasan, mobil mewah, rumah besar ,orangtua juga rela bekerja keras siang malam demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya serta bila perlu berhutang agar kebutuhan anak-anak-anaknya tercapai, dan makan ubi pun orangtuanya mau asalkan anak-anaknya bisa sekolah. Karena kesuksesan pada masyarakat Batak Toba ada jika anak mereka sudah meraih sukses dan derajatnya lebih tinggi dari orangtua.


(15)

Kemajuan Tanah Batak, tidak terlepas dari peran serta masyarakat Batak Toba yang mana masyarakatnya berjuang untuk meningkatkan dan membangun perekonomian didaerah Batak Toba dan hal tersebut diperoleh melalui pendidikan yang dirasakan oleh Masyarakat Batak Toba. Kesuksesan banyak diraih Masyarakat Batak Toba seperti ada yang menjadi Pengacara, Penyanyi, Menteri, Pejabat-pejabat Pemerintahan, Militer, Pengusaha dan sebagainya. hal ini tentu saja tidak mudah diperoleh dan dicapai oleh Masyarakat Batak Toba sebelumnya, karena untuk memperoleh kesuksesan peran orangtua pada Masyarakat Batak Toba sangat besar pengaruhnya bagi anak-anaknya.

Posisi anak dalam keluarga Batak Toba itu sangat dijunjung tinggi, yang mana pada masyarakat Batak Toba memiliki anak merupakan suatu keberhasilan keluarga atau orangtua. Orangtua pada masyarakat Batak Toba akan berjuang memiliki anak karena anak pada masyarakat Batak Toba dapat dikatakan sebagai aset penting dalam keluarga dan yang lebih penting bahwa anak itu adalah harta yang sangat berharga dan harus diperjuangkan oleh masyarakat Batak Toba. Seperti Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba yang menjadi semangat yang tinggi buat orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya dan betapa berharganya anak itu bagi orangtua. Orangtua pada masyarakat Batak toba akan dikatakan berhasil “Hagabeon” jika memiliki anak dan kualitas yang dimilikinya juga tinggi yang diperoleh melalui pendidikan dan orangtua juga pada masyarakat Batak Toba akan dikatakan berhasil “ Hasangapon atau Kehormatan, Jabatan ”jika orangtuanya berhasil menyekolahkan anak-anaknya dan menciptakan anak-anak yang memiliki


(16)

pendidikan yang tinggi dan pengetahuan yang tinggi sehingga posisinya terhormat dan memiliki jabatan baik ditempat bekerja serta dihargai oleh semua masyarakat.

Partisipasi masyarakat Batak Toba terutama orangtua sangat tinggi dalam menyekolahkan anaknya, Pendidikan Bagi Masyarakat Batak Toba merupakan suatu jalan menuju tercapainya kekayaan dan kehormatan. “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” merupakan sebuah filosofi, nilai maupun sebagai ungkapan Suku Bangsa Batak Toba yang menyatakan bahwa anak adalah harta yang tertinggi baginya. Pada masyarakat Batak Toba anak dalam keluarga adalah harta yang sangat berharga yang menjadi kebahagiaan bagi setiap keluarga pada Masyarakat Batak Toba, sehingga orangtua pada masyarakat Batak Toba Bekerja keras demi menyekolahkan anaknya supaya menjadi anak yang berhasil.

Masyarakat Batak Toba meletakkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai filsafat hidup masyarakat Batak Toba yaitu “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” makna dari Filsafat tersebut yakni adanya prinsip Hagabeon yang artinya berhasil dalam memiliki anak, Hamoraon yaitu keberhasilan yang diukur dari aspek materi dan pendidikan, Hasangapon yaitu kehormatan atau kedudukan sosial jabatan. Dasar “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” inilah yang menghantarkan anak-anak dari masyarakat Batak Toba menjadi berhasil di dalam mengenyam pendidikan disekolah ( J. P. Sitanggang, 2010: 191).

Pada jaman sekarang ini setelah hadirnya ketentuan atau peraturan pemerintah dengan memberikan Bantuan Operasional Sekolah(BOS) ditengah tantangan globalisasi, tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta biaya pendidikan yang sangat mahal yang harus ditanggung sehingga masyarakat


(17)

membutuhkan campur tangan atau bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban orangtua untuk menyekolahkan anaknya. Dari permasalahan yang muncul pada masyarakat tersebut, Pemerintah memberikan sebuah solusi untuk membantu meringankan beban biaya menyekolahkan anak melalui Bantuan Operasional Sekolah(BOS).Namun realita yang terjadi saat ini setelah Hadirnya Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dari pemerintah menimbulkan pergeseran tanggungjawab orangtua dalam menyekolahkan anak serta mulai memudarkan Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” yang menjadi semangat pada orang Batak Toba. Dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah dengan mengadakan sekolah gratis yang biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah membuat orangtua semakin tergantung. Orangtua tidak lagi terbebani dalam memikirkan biaya pendidikan anak-anaknya, ada terkadang orangtua yang berkecukupan juga menikmati Bantuan tersebut sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi dunia pendidikan karena tidak merata, orangtua jadi meletakkan sepenuhnya tanggungjawab menyekolahkan anak itu kepada pemerintah.

Hal tersebut juga terjadi pada Masyarakat Batak Toba yang tepatnya di daerah Kabupaten Simalungun, Kecamatan Panombeian Panei tepatnya di Desa Pematang Panei dan menjadi lokasi fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Rata-rata masyarakat yang tinggal di Desa ini merupakan etnis Batak Toba dan mata pencaharian masyarakatnya bertumpu pada bidang pertanian dan pendapatan masyarakatnya bisa dikatakan masih menengah kebawah dikarenakan pekerjaan yang paling dominan pada masyarakat desa ini hanya bertumpu pada pertanian saja,


(18)

tentunya masyarakat di Desa Ini membutuhkan Bantuan dari pemerintah terutama dalam membantu masyarakat dalam meringankan biaya pendidikan anak-anaknya.

Masyarakat di Desa Pematang Panei ini membutuhkan Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Pemerintah untuk meringankan beban orangtua dalam menyekolahkan anak-anaknya. Dengan adanya Bantuan Operasional SekolahTersebut menyebabkan suatu ketergantungan serta masyarakat selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah untuk membantu menyekolahkan anak-anak pada masyarakat Batak toba serta tanggung jawab orangtua semakin berkurang dalam menyekolahkan anak-anaknya.

Peran dari orangtua seharusnya bertanggung jawab untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak-anaknya, apalagi pada masyarakat Batak Toba dikenal istilah” Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” tentunya orangtua bekerja keras untuk mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Namun dengan adanya campur tangan ataupun Bantuan dari Pemerintah, lantas orangtua atau masyarakat Batak Toba mengalihkan Tanggung jawabnya seutuhnya kepada pemerintah untuk membiayai pendidikan dari anak-anaknya.

Nilai ”Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” yang selama ini dipegang teguh oleh Masyarakat Batak Toba didaerah ini sudah semakin memudar. Dengan hadirnya Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh pemerintah, orangtua tidak terbebani lagi untuk melengkapi semua perlengkapan sekolah anak-anaknya karena pemerintah telah menyediakan atau menyiapkan semua kebutuhan anak-anaknya melalui sekolah. Dan saat ini pemerintah telah mengadakan Sekolah gratis tanpa ada pungutan dari orangtua siswa serta ada bantuan lain juga yang diberikan oleh


(19)

pemerintah seperti pemberian uang langsung yang dikirimkan melalui rekening para siswa yang ditunjuk oleh Sekolah.

Program Bantuan Operasional Sekolah dan bantuan yang lainnya untuk pendidikan yang diberikan oleh pemerintah tersebut berfungsi untuk meningkatkan kualitas dari pembelajaran siswa dan membuat orangtua semakin berantusias menyekolahkan anak-anaknya. Namun dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah ini, Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada Masyarakat Batak Toba di Desa Pematang Panei inisemakin memudar, yang mana sebelumnya Masyarakat Batak Toba menjunjung tinggi nilai bahwa anak itu adalah segalanya baginya dan anak adalah sumber kebahagiaan bagi orangtuanya sehingga Masyarakat Batak Toba seharusnya berjuang untuk memenuhi kebutuhan anaknya dan mengusahakan segigih mungkin demi kesuksesan anak-anaknya.

Setelah hadirnya Bantuan Operasional Sekolah ini tanggung jawab orangtua mencari nafkah untuk membiayai sekolah anak-anaknya semakin berkurang. Orangtua di Desa Pematang Panei ini menjadi tergantung dan ada Kegelisahan yang dihadapi orangtua jika tidak ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) karena orangtua selalu berharap untuk dibantu dengan berbagai bantuaan yang diberikan oleh pemerintah terutama untuk bidang pendidikan tersebut. sebelumnya pada Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” orangtua itu bekerja keras, tidak harus membeli perhiasan, mobil, membeli rumah besar, dan walaupun harus berutang kemana saja dan rela makan ikan asin serta ubi atau singkong. Namun hal tersebut sudah memudar pada orangtua di Desa Pematang Panei ini, pergeseran tanggung jawab yang orangtua yang mana biaya menyekolahkan anak sudah ditanggung oleh pemerintah sehingga


(20)

orangtua di desa ini tidak lagi bekerja keras atau malas mencari nafkah, ada juga orangtua memprioritaskan membeli barang atau perhiasan tanpa memikirkan biaya pendidikan anak-anaknya.

Semenjak hadirnya dana Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Pemerintah maupun Bantuan pendidikan untuk Siswa Miskin, banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat Batak Toba, misalnya pergeseran tanggung jawab menyekolahkan anak yang mana orangtua mengharapkan penuh Pemerintah yang membiayai pendidikan anak-anaknya maupun mengajari anak-anaknya sudah sepenuhnya dibebankan kepada guru-guru, orangtua juga malas bekerja, tidak bisa menabung, apalagi untuk menyekolahkan anak-anaknya orangtua berebut mempertanyakan bantuan-bantuan lainnya walaupun kondisi ekonominya bagus dan masih mampu bekerja mencari uang untuk sekolah anak-anaknya dan Nilai “ Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Desa Pematang Panei ini sudah memudar setelah hadirnya Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh pemerintah.

Dari paparan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, adanya ketergantungan serta bergesernya tanggung jawab menyekolahkan anak sebagai realisasi Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba semenjak diterapkannya program Bantuan Operasional Sekolah tentunya menjadi sorotan penting yang mana sebelumnya masyarakat Batak Toba dengan Nilai yang dipegang teguh yaitu Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu sudah mulai memudar dengan meletakkan tanggung jawab menyekolahkan anak seutuhnya kepada Pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah Tersebut. Untuk itu peneliti tertarik


(21)

melakukan penelitian lebih lanjut yang akan mengeksplorasi mengenai Bagaimana Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah dan Apakah ada pergeseran tanggung jawab menyekolahkan anak sebagai realisasi nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada Masyarakat Batak Toba terutama pada Masyarakat Desa Pematang Panei.


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas , maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah pada Masyarakat Batak Toba yang orangtuanya menerima Bantuan Operasional Sekolah ?

2. Apakah masyarakat Batak Toba tergantung pada Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh pemerintah

3. Bagaimana tanggung jawab orangtua dalam menyekolahkan anak sebagai realisasi nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengidentifikasi Bagaimana penerapan program Bantuan Operasional Sekolah dan bentuk ketergantungan yang dialami oleh masyarakat Batak Toba yang menerima Bantuan Operasional Sekolah.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana tanggung jawab orangtua di Desa Pematang Panei dalam menyekolahkan anak sebagai realisasi nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada masyarakat Batak Toba.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis diharapkan dapat menambah penegetahuan peneliti tentang penerapan program Bantuan Operasional Sekolah dan Bergesernya tanggung jawab menyekolahkan anak sebagai realisasi Nilai Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu serta memperkaya refrensi mahasiswa sebagai rujukan dalam penelitian dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya khususnya ilmu pengetahuan Sosiologi 2. Secara Praktis diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dalam

memberikan Bantuan Operasional Sekolah dan mengetahui perubahan yang terjadi pada masyarakat Batak toba semenjak diberikan bantuan tersebut serta hal ini menjadi acuan bagi pemerintah untuk mengoptimalkan segala jenis bantuan yang diberikan kepada masyarakat.serta dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan latihan dan pembentukan pola pikir ilmiah yang rasional dalam menghadapi realita sosial.

1.5 Defenisi Konsep

Defenisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau cirri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, obyek, kondisi, situsasi dan hal-hal sejenis (Silalahi, 2009 :12). Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan obyek penelitian maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti .proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna-makna


(24)

konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan adalah yaitu suatu proses, cara perbuatan menerapkan suatu kebijakan dalam hal mencapai suatau tujuan yang ingin dicapai.

2. Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Atau program itu adalah suatu konsep yang dijalankan untuk mencpai target yang diharapkan.

3. Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

4. Pergeseran adalah Suatu proses perubahan posisi dari suatu keadaan keposisi yang berbeda.

5. Tanggung Jawab adalah kesadaran yang dimiliki manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja .tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. 6. Anak adalah individu yang berada dalam suatu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja atau anak itu merupakan seseorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.

7. Realisasi adalah proses menjadikan nyata atau perwujudan akan suatu hal atau pelaksanaan yang nyata akan suatu kegiata atau kebijakan.


(25)

8. Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak yang ada dalam diri manusia atau kumpuan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal yang tentang baik buruk, benar salah, patut tidak patut , hina mulia, maupun penting tidak penting.

9. Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu adalah merupakan sebuah filosofi, nilai maupun sebagai ungkapan Suku Bangsa Batak Toba yang menyatakan bahwa anak adalah harta yang tertinggi baginya.

10.Masyarakat Batak Toba yaitu kelompok masyarakat yang etnisnya merupakan Batak Toba dan salah satu sub suku bangsa batak yang mendiami suatu daerah induk yang meliputi daerah tepi Danau Toba, Pulau Samosir, dataran tinggi D.Toba, daerah Asahan, Silindung dan daerah pegunungan Habinsaran.


(26)

BAB II

Kajian Pustaka

2.1 Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah adalah Program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Berdasarkan Buku petunjuk teknis penggunaan Bantuan Operasional Sekolah secara khusus program BOS tersebut Bertujuan Untuk :

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT( terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah , kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional(RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional( SBI ).

2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun baik disekolah negeri maupun swasta.

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta maupun di negeri.

Kebijakan Pemerintah dalam mencanangkan Program dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ), bahwa pemanfaatan atau penggunaan dana Bantuan Operasional sekolah dapat digunakan untuk membiayai :

1. Dana BOS tersebut digunakan dalam Pengembangan Perpustakaan Seperti : mengganti buku teks yang rusak, menambah kekurangan untuk memenuhi rasio satu siswa satu buku, dapat memperoleh akses informasi online,


(27)

pemeliharaan Buku atau koleksi perpustakaan, peningkatan kompetensi tenaga kepustakaan, pemeliharaan perabot perpustakaan.

2. Dana BOS tersebut digunakan dalam pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru seperti : Biaya pendaftaran, penggandaan Formulir, administrasi pendaftaran dan biaya pendaftaran ulang, biaya pendataan data pokok pendidikan, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan.

3. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa seperti : pembelajaran kontekstual, pengembangan pada pendidikan karakter, pembelajaran remedial, pembelajaran pengayan, peman

tapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, dan usaha kesehatan sekolah.

4. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan kegiatan ulangan dan ujian seperti: Ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah

5. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan bahan-bahan habis pakai, seperti: buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari disekolah dan penggunaan suku cadang alat kantor.

6. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan langganan daya dan jasa seperti : biaya listrik sekolah, dan telepon, pembiayaan penggunaan internet dan termasuk pemasangannya, membeli genset untuk sekolah yang tidak ada jaringan listrik.


(28)

7. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan perawatan sekolah seperti: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan sanitasi sekolah, serta perawatan fasilitas sekolah lainnya.

8. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer seperti: pegawai administrasi, satpam, peg awai perpustakaan, penjaga sekolah, pegawai kebersihan.

9. Dana BOS digunakan dalam pembiayaan pengembangan profesi guru seperti: KKG dan menghadiri seminar yang terkait langsung dengan peningkatan mutu pendidikan dan ditugaskan oleh sekolah.

10.Dana BOS digunakan untuk membantu membiayai siswa Miskin atau kurang mampu seperti : membiayai pemberian tambahan bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah, membeli alat transportasi sederhana bagi siswa miskin yang akan menjadi barang inventaris sekolah ( misalnya sepeda, perahu penyeberangan dll), pembiayaan membeli seragam, sepatu dan alat tulis bagi siswa penerima bantuan siswa miskin (BSM) sebanyak penerima BSM baik dari pusat, provinsi, maupun, kabupaten/kota di sekolah tersebut.

11.Dana BOS digunakan untuk pembiayaan seperti: alat tulis kantor, penggandaan, surat menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank

12.Dana BOS digunakan untuk membiayai pembelian perangkat Komputer sepe rti printer atau printer plus scanner, tinta printer dll.


(29)

13.Dana BOS digunakan untuk membiaya keperluan lainnya seperti: alat peraga/media pembelajaran, mesin ketik, peralatan UKS, pembelian meja dan kursi siswa jika meja da kursi yang ada sudah rusak berat.

2.2 Nilai Anak dalam Masyarakat

Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orangtua dari segi psikologis, ekonomis, dan sosial(Su’adah 2005: 103).

1. Anak dapat lebih mengikat tali perkawinan, yang mana orangtua merasa lebih puas dalam berumahtangga dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka merasakan pengalaman bersama anak.

2. Orangtua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda mereka melalui kegiatan anak mereka.

3. Anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu. Dalam kaitan ini, orangtua sering menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka; kepribadian, sifat, nilai, dan tingkah laku mereka diturunkan lewat anak-anak mereka.

4. Orangtua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. 5. Anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian

6. Anak dapat meningkatkan status seseorang. Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia memiliki anak.

7. Anak merupakan penerus keturunan. Untuk penganut sistem patrilineal bahwa adanya anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan


(30)

meneruskan garis keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan dan keluarga itu akan dianggap punah dan dapat dikatakan orangtua menjadi gagal atau tidak berhasil jika tidak memiliki anak sama sekali baik laki-laki maupun perempuan.

8. Anak merupakan pewaris harta pusaka. Bagi masyarakat yang sistem matrilineal, anak perempuan selain penerus garis keturunan juga bertindak sebagai pewaris dan penjaga harta pusaka yang diwarisinya sedangkan anak laki-laki hanya mempunyai hak guna atau hak pakai dan pada masyarakat sistem patrilineal bahwa laki-lakilah yang mewariskan harta pusaka.

9. Anak juga memiliki nilai ekonomis yang penting. Anak-anak bekerja untuk membantu orangtua, misalnya pada masyarakat desa anak-anak bekerja mengumpulkan rumput, ke sawah, memelihara ternak, menjaga adik-adiknya, serta semakin besar usia mereka semakin berat pekerjaan yang harus mereka lakukan.

Pada masyarakat, fungsi orangtua terhadap anak sudah seharusnya berlangsung karena orangtua bertanggungjawab atas anak-anak mereka. Tidak sedikit bantuan yang diberikan oleh orangtua kepada anak walaupun anak-anaknya seharusnya sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Bantuan yang diberikan oleh orangtua misalnya orangtua memberikan tumpangan tempat tinggal buat anak-anaknya yang sudah menikah. Orangtua juga biasanya membiayai sekolah anak sampai ke perguruan tinggi, tidak jarang orangtua juga memberikan bantuan keuangan pada anak-anak mereka yang sudah menikah tetapi belum mempunyai


(31)

penghasilan yang cukup. Bantuan yang diberikan oleh orangtua dapat dilihat sebagai hubungan saling ketergantungan anak pada orangtua. Pertama, orangtua berharap bila mereka membutuhkan bantuan anak akan menolong mereka. Kedua, menolong anak merupakan kepuasan secara emosional.

Keluarga dan anak pada umumnya menjadi topik pembicaraan apabila dua orang sahabat lama baru berjumpa. Jarang sekali dalam perjumpaan semacam itu antara dua orang sahabat membicarakan soal kekayaan. Hal tersebut menggambarkan bahwa anak mempunyai nilai yang mat penting dalam kehidupan seseorang atau keluarga, melebihi nilai harta kekayaan. Nilai anak bagi orangtua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang, anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh sepasang suami istri untuk membatalkan keinginannya bercera, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga disosialisasikan dan harta kekayaan keluarga diwariskan dan anak juga menjadi tempat orangtua menggantungkan harapan.

2.3 Nilai Anak dalam Masyarakat Batak Toba

Pandangan sudah sekaligus merupakan penilaian. Orientasi nilai yang ada pada masyarakat akan berbeda-beda, umpamanya apakah orangtua memperhatikan anak-anak dan mendidik mereka agar bersikap bebas dalam mengambil tindakan-tindakan inisiatif atau anak dilihat sebagai harapan masa depan keluarga. Memberikan motivasi kepada anak agar mau mempelajari pola-pola tingkah laku yang diajarkan kepadanya merupakan hal yang penting. Motivasi mana yang lebih dominan


(32)

diberikan oleh orangtua kepada anak-anaknya dalam masyarakat pasti berbeda-beda. Dalam pemberian motivasi itu dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan orangtua dimasa lampau serta latar belakang kebudayaan.

Dalam Masyarakat Batak Toba mengenal tiga nilai yaitu Hamoraon, Hasangapon, Hagabeon(kekayaan, kehormatan, dan kebahagiaan). Ketiga hal ini merupakan tujuan hidup masyarakat Batak Toba. Kekayaan(Hamoraon) adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang, berupa kekayaan terhadap harga diri, kekayaan karena memiliki anak, dan kekayaan memiliki harta. Tanpa anak akan merasa tidak kaya walaupun banyak harta seperti ungkapkan pada Masyarakat Batak Toba “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” (anakku adalah harta yang paling berharga buatku) yang menganggap bahwa anak adalah harta tertinggi bagi orangtua pada masyarakat Batak Toba.

Pada masyarakat Batak Toba harta benda tidak selalu menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, tetapi kejayaan, pendidikan yang tinggi dan kemakmuran anak-anak mereka yang menjadi tolak ukur kesuksesan mereka. Anak bagi masyarakat Batak Toba merupakan harta yang paling berharga, kehormatan, sekaligus kekayaan bagi orangtuanya. Orangtua menginginkan anak yang lahir itu akan rajin bekerja dan bijaksana, menjadi panutan tau teladan bagi masyarakat. itulah sebabnya orangtua menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya, segala upaya dilakukan demi membiayai pendidikan anak-anaknya. Mereka akan bekerja siang dan malam demi anak-anaknya, untuk itu segala pikiran dan tenaga serta serta harga diri senantiasa dikorbankan demi anak-anaknya. Keluarga yang mempunyai anak yang berhasil dalam sekolah dan pekerjaan keberhasilan orangtua yang telah bersusah


(33)

payah membesarkannya, mereka merupakan kebanggaan kebanggaan orangtua sekaligus harta yang dibanggakan oleh orangtua.

Kebahagiaan (Hagabeon) itu adalah kebahagiaan dalam keturunan yang biasanya diucapkan saat upacara pernikahan ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin dikaruniai putra 17 dan putri 16 yang artinya keturunan memberikan harapan hidup, kerena keturunan itu memberikan kebahagiaan yang tak ternilai bagi orangtua, keluarga dan kerabat.

Kehormatan (Hasangapon) adalah suatu kedudukan yang dimiliki di dalam lingkungan masyarakat, yang status diperoleh melalui proses belajar. Apabila sudah mamora, gabe dan dihargai dalam masyarakat maka diartikan ia telah memiliki hasangapon. Anak adalah sumber kehormatan(Hasangapon) dalam masyarakat. semakin tinggi tingkat pendidikan anak-anak suatu keluarga, semakin dianggap terpandang(Hasangapon) keluarga tersebut dalam masyarakatnya. Anak-anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi orangtua dan membuat keluarga itu terpandang (Hasangapon).

2.4 Teori Dramaturgi

Pandangan Erving Goffman tentang diri dibentuk oleh pendekatan dramaturginya ini. menurut Goffman (sebagaimana menurut mead dan interaksionisme simbolik lainnya) diri adalah: bukan sesuatu yang bersifat organik yang mempunyai tempat khusus dalam menganalisis diri(self), kita mengambilnya dari pemiliknya, dari orang yang akan sangat diuntungkan atau dirugikan olehnya, karena ia dan tubuhnya semata hanya menyediakan patokan bagi sesuatu yang


(34)

menghasilkan kerja sama yang akan tergantung untuk sementara. Cara menghasilkan dan mempertahankan diri tak terletak pada patokan itu. Menurut Goffman, diri bukan milik aktor tetapi lebih sebagai hasil interaksi dramatis antara aktor dan audiensi. Diri adalah “pengaruh dramatis yang muncul dari suasana yang ditampilkan, karena diri adalah hasil interaksi dramatis maka mudah terganggu selama penampilannya. Dramaturgi Goffman memerhatikan proses yang dapat mencegah gangguan atas penampilan diri, meski bagian terbesar bahasannya ditekankan pada kemungkinan interaksi dramaturgi ini, Goffman menunjukkan bahwa kebanyakan pelaksanaannya adalah sukses. Hasilnya adalah bahwa dalam keadaan biasa, diri yang kukuh serasi dengan pelakunya dan “penampilannya” berasal dari pelaku.

Goffman berasumsi bahwa saat berinteraksi, aktor ingin menampilkan perasaan diri yang dapat diterima oleh orang lain. Tetapi, ketika menampilkan diri, aktor menyadari bahwa anggota audiensi dapat mengganggu penampilannya. Karena itu aktor menyesuaikan diri dengan pengendalian audiensinya, terutama unsur-unsurnya yang dapat mengganggu. Aktor berharap perasaan diri yang mereka tampilkan kepada audiensi akan cukup kuat memengaruhi audiensi dalam menunjukkan aktor sebagai aktor yang dibutuhkan. Aktor pun berharap ini akan menyebabkan audiens bertindak secara sengaja seperti yang diinginkan aktor dari mereka. Goffman menggolongkan perhatian sentral ini sebagai “manajemen pengaruh” manajemen ini meliputi tehnik yang digunakan aktor untuk mempertahankan kesan tertentu dalam menghadapi masalah yang mungkin mereka hadapi dan metode yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah itu.


(35)

Dengan mengikuti analogi teatrikal ini, Goffman berbicara mengenai panggung depan(front stage). Front adalah bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefenisikan situasi bagi orang yang menyaksikan pertunjukan. Dalam Front stage, Goffman membedakan antara setting dan front personal. Setting mengacu pada pemandangan fisik yang biasanya harus ada di situ jika aktor memainkan perannya. Front personal terdiri dari berbagai macam barang perlengkapan yang bersifat menyatakan perasaan yang memperkenalkan penonton dengan aktor dan perlengkapan itu diharapkan penonton dimiliki oleh aktor.

Goffman kemudian membagi front personal ini menjadi penampilan dan gaya. Penampilan meliputi berbagai jenis barang yang mengenalkan kepada kita status sosial aktor, Gayamengenalkan pada penonton, peran macam apa yang diharapkan aktor untuk dimainkan dalam situasi tertentu. Tingkah laku kasar dan yang lembut menunjukkan jenis pertunjukan yang sangat berbeda. Umumnya kita mengaharapkan penampilan dan gaya saling bersesuaian.

Meski berpandangan struktural seperti itu, perhatian utama Goffman terletak dibidang interaksi. Ia menyatakan, karena orang umumnya mencoba mempertunjukkan gambaran idealis mengenai diri mereka sendiri di depan umum, maka tanpa terelakkan mereka merasa bahwa mereka harus menyembunyikan sesuatu dalam perbuatan mereka. Pertama, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesenangan rahasia(misalnya meminum alkohol) yang menjadi kegemaran dimasa lalu(pemabuk) yang bertentangan dengan prestasi mereka. Kedua, aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang telah dilakukan dalam meyiapkan langkah yang telah diambil untuk memperbaikin kesalahan itu. Ketiga, aktor mungkin merasa


(36)

perlu untuk menunjukkan hasil akhir dan menyembunyikan proses yang terlibat dalam menghasilkannya. Keempat, aktor mungkin merasa perlu menyembunyikan dari audien bahwa dalam membuat suatu produk akhir telah melibatkan “pekerjaan kotor”. Pekerjaan kotor seperti tugas-tugas yang tidak bersih secara fisik, semilegal, kejam, dan cara buruk lainnya. Kelima, dalam melakukan perbuatan tertentu aktor mungkin menyelipkan standar yang lain. Keenam, aktor mungkin merasa perlu menyembunyikan penghinaan tertentu atau setuju dihina asalkan perbuatannya dapat berlangsung terus.

Umumnya aktor mempunyai kepentingan tetap dalam menyembunyikan seluruh fakta. Aspek dramaturgi lain di Front stage adalah aktor sering mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan audien ketimbang dalam keadaan yang sebenarnya. Goffman menyatakan audien sendiri mungkin mencoba menagatasi kepalsuan itu agar citra ideal mereka tentang aktor tidak hancur. Tehnik lain yang digunakan oleh aktor adalah mistifikasi. aktor sering cenderung memistifikasi pertunjukan mereka dengan membatasi hubungan antara diri mereka sendiri dengan audien. Dengan membangun jarak sosial antara diri mereka dengan audien mereka mencoba menciptakan perasaan kagum di pihak audien.

Goffman juga membahas panggung belakang (back stage) dimana fakta disembunyikan di depan atau berbagai jenis tindakan informal mungkin timbul. Back stage biasanya berdekatan dengan front stage tetapi juga ada jalan memintas antara keduanya. Pelaku tak bisa mengharapkan anggota penonton di depan mereka muncul di belakang. Pelaku tak bisa mengaharapkan anggota penonton di depan mereka muncul dibelakang. Mereka terlibat dalam berbagai jenis pengelolaan kesan untuk


(37)

memastikannya. Pertunjukan mungkin menjadi sulit ketika aktor tak mampu mencegah penonton memasuki pentas belakang. Goffman mengklaim bahwa interaksi- interaksi sehari-hari dapat dipahami lebih baik jika kita menganggap orang sebagai aktor diatas panggung. Sebagai aktor orang bermain peran dan memanipulasi alat-alat atau barang keperluan pentas, tata panggung, pakaian, dan symbol-simbol untuk mencapai hasil yang berguna khususnya interaksi-interaksi lancar yang memunculkan diri berharga (George Ritzer- Douglas J. Goodman, 2011: 295).

2.6 Nilai

Menurut Horton dan Hunt dalam (Narwoko, 2004:55) nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar.

Nilai adalah suatu bagian penting dari kebudayaan. Suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. Ketika nilai yang berlaku menyatakan bahwa kesalehan beribadah adalah sesuatu yang harus dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi bahan pergunjingan. Sebaliknya, bila ada orang yang dengan ikhlas rela menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah atau rajin amal dan sebagainya, maka ia akan dinilai sebagai orang yang pantas dihormati dan diteladani.

Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan mempengaruhi perubahan


(38)

Folkways dan Mores. Di wilayah pedesaan, sejak berbagai siaran dan tayangan televisi swasta mulai dikenal, dengan perlahan-lahan terlihat bahwa didalam masyarakat itu mulai terjadi pergeseran nilai, misalnya nilai tentang kesopanan. Tayangan-tayangan acara yang didominasi sinetron-sinetron mutakhir yang sering memperlihatkan artis-artis berpakaian relatif terbuka alias minim, sedikit banyak menyebabkan batas-batas toleransi masyarakat terpengaruh menjadi ikut longgar (Narwoko, 2004).


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penyusunan suatu laporan selalu melakukan metode penelitian, dimana metode merupakan suatu cara,tahapan atau aturan yang digunakan sebagai suatu pedoman dalam menulis suatu karangan ataupun karya ilmiah lainnya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian dan mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menggambarkan fenomena –fenomena yang terkait dengan masalah penelitian. penelitian deskriptif ini dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada upaya untuk menggambarkan permasalahan, kejadian, atau peristiwa sebagaimana adanya sesuai dengan fakta dilapangan. penelitian ini berusaha untuk menggambarkan fakta mengenai “ Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab Menyekolahkan Anak Sebagai Realisasi Nilai “ Anakhon Hi Do Hamoraon Di Ahu” Pada Masyarakat Batak Toba.


(40)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan Peneliti melakukan penelitian ditempat tersebut karena pada daerah tersebut terjadi suatu pergeseran tanggung jawab menyekolahkan anak sebagai realisasi Nilai “Anakhon Hi do Hamoraon Di Ahu “ oleh karena adanya Bantuan Operasional Sekolah( BOS).

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis data adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian atau unsuryang menjadi fokus penelitian (Bungin , 2007: 76). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat Desa Pematang Panei.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian ( Bungin, 2007: 76). dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah :

1. Informan Kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah orangtua yang menerima Bantuan Operasional Sekolah( BOS), dan pihak Sekolah yang


(41)

terdiri dari Sekolah Dasar(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) serta pihak penyalur dana Bantuan Operasional Sekolah( BOS).Kriteria ini ditetapkan untuk menjawab dan menggali informasi mengenai Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) dan Bergesernya Tanggung Jawab Menyekolahkan Anak Sebagai Realisasi Nilai “ Anakhon Hi Do Hamoraon di Ahu” Pada Masyarakat Batak Toba.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah masyarakat sekitar di Desa Pematang Panei seperti Tokoh Masyarakat, dan masyarakat biasa.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut :

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengumpulan data secara langsung. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara :

1.Observasi

Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2007:115). metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan


(42)

gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian pada saat peristiwa yang sedang berlangsung di lapangan,metode observasi langsung ini digunakan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakannya.observasi dilakukan dengan mengamati objek dilapangan yaitu masyarakat Batak Toba penerima Bantuan Operasional Sekolah(BOS) di Desa Pematang Panei.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara Mendalam yaitu proses Tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian. hal ini dilakukan untuk menggali informasi mengenai permasalahan penelitian lebih mendalam, lebih lengkap dan rinci dari informan.wawancara dilakukan dengan memberikan pertannyaan kepada informan secara spesifik dengan panduan Interview guide.

3.4,2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau pihak lain terkait dengan permasalahan penelitian. Data ini dapat diperoleh melalui sumber–sumber bacaan seperti buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, serta laporan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Analisa Data dimulai dengan menelaah semua data yang telah terkumpul dalam proses penelitian, kemudian membaca dan mempelajarinya untuk dilakukannya reduksi data yang dilakukan dengan membuat rangkuman atau inti dari permasalahan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian. interpretasi data yang


(43)

dilakukan melalui upaya mengolah data, memadukan atau menggabungkannya, membuat rangkuman, menemukan apa yang penting.untuk dipelajari atau ditafsirkan dan memutuskan untuk menceritakannya kepada orang lain yang dikomunikasikan melalui penulisan laporan penelitian.

Data-data yang telah diperoleh dari lapangan dalam rangkaian atau proses penelitian selanjutnya diurutkan,dikelompokkan kedalam kategori-kategori, diatur, dan dipelajari untuk kemudian ditulis dalam bentuk laporan secara seksama untuk mendapatkan kesimpulan dan hasil penelitian yang baik.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Observasi √

2 Acc Judul Penelitian √

3 PenyusunanProposal Penelitian √ √ √ 4 Seminar Proposal Penelitian √ 5 Revisi Proposal Penelitian √ 6 Penelitian Lapangan dan

Interpretasi data

√ √ √ √

7 Penilisan Laporan Akhir √ √ √ √

8 Bimbingan √ √ √ √ √

9 Sidang Meja Hijau √


(44)

Dalam penelitian ini, peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan oleh kesibukan informan sehari-hari.

Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung penelitian, walaupun demikian peneliti berusaha untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin dicapai dapat.


(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Desa

Desa Pematang Panei merupakan salah satu Desa yang menjadi bagian wilayah Kecamatan Panombeian Panei. di Desa ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan desa lain di kecamatan Panombeian Panei, Secara geografis desa ini berada di dataran tinggi atau 1.400 meter diatas permukaan laut, Udara yang dingin dan bersih serta hawa sejuk lingkungan pertanian dan perkebunan masyarakat dapat dirasakan di desa ini. Secara umum, rumah–rumah penduduk dikelilingi oleh kawasan pertanian dan perladangan. Luas wilayah desa ini yaitu 17.50 km², dimana luas wilayah tersebut 70 % didominasi lahan basah untuk pertanian yang tersebar luas mengelilingi desa sampai ke perbatasan desa sekitarnya. Sebagian besar penduduk desa hidup dan bekerja di bidang pertanian. Komoditas pertanian yang utama adalah padi dan sayur–mayur. Adapun bidang pekerjaan lain di luar pertanian adalah bidang ekonomi seperti pedagang, kuli bangunan dan juga di bidang pemerintahan seperti Pegawai Negeri Sipil, Polisi, TNI yang jumlahnya sedikit. Adapun letak geografis desa, yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Nagori Bosar


(46)

san dengan Desa Pematang Siantar d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jangger Leto

Dilihat dari tipologi wilayah, desa ini dapat digolongkan kedalam desa swasembada. Ini dicerminkan dari fasilitas dan sarana yang terdapat di desa ini yang telah memenuhi syarat. Fasilitas dan sarana umum yang ada cukup memadai dan hasil dari pertaniannya juga cukup banyak terutama yang berasal dari tanaman sawah misalnya padi, dan sebelumnya banyak bantuan yang telah diberikan oleh pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun program CSR (Corporate Social Responsibility) yang diberikan oleh Bank Indonesia terutama di daerah Kecamatan Panombeian Panei.

Sebelumnya pada tahun 2008 semenjak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat itu Kecamatan Panombeian Panei dan beberapa desa didalamnya termasuk Desa Pematang Panei menjadi sorotan penting dari masyarakat dan banyak pembangunan yang dilakukan pemerintah pada saat itu baik dari pertanian maupun infrastruktur lainnya karena pada saat itu hasil pertanian dari Kecamatan Panombeian Panei cukup memuaskan.

Sampai saat ini Kecamatan Panombeian Panei merupakan salah satu daerah di Kabupaten Simalungun yang pertaniannya mengalami kemajuan baik dari hasil maupun kualitasnya, namun hal yang sangat memprihatinkan di Desa Pematang Panei saat ini adalah jalan yang rusak karena minimnya perawatan membuat kebanyakan fasilitas menjadi rusak. Jalan menjadi salah satu sarana yang penting untuk menggerakkan perekonomian masyarakat di bidang pertanian. Masyarakat Desa Pemtang Panei sadar dan tahu betapa pentingnya


(47)

sarana jalan tetapi mereka tidak pernah termotivasi untuk sekedar merawat apalagi memperbaikinya. Perbaikan jalan sebagai sarana penghubung kegiatan sehari-hari mereka dianggap bukan menjadi kewajiban mereka melainkan kewajiban pihak pemerintah.

Pemerintah daerah juga kurang memperhatikan kondisi jalan yang rusak padahal lokasi kantor pemerintahan Kecamatan melewati daerah ini namun perhatian untuk memperbaiki jalan ini kurang. Dengan kondisi jalan yang rusak parah tersebut dapat membuat kerugian baik waktu maupun materi dalam mendistribusikan hasil-hasil pertanian desa ini dan banyak hal yang juga merugikan masyarakat misalnya transportasi menyulitkan untuk anak-anak pergi bersekolah dan orangtua yang bekerja diluar.

Hal yang sangat memprihatinkan di Desa Pematang Panei ini merupakan Kondisi jalan yang rusak dan banyak ditutupi oleh rumput lalang serta sesekali berlumpur bahkan jika terjadi hujan menjadi semakin parah dan membuat jalan semakin rusak. Selain itu hal lain yang juga sangat memprihatinkan saat ini yaitu masalah pertanian di Desa Pematang Panei ini kurang memuaskan dan bisa dikatakan semakin turun, hal ini disebabkan oleh tidak serentaknya pola tanam masyarakat, banyak lahan pertanian yang dijual dan menjadi permukiman atau perumahan dan jangka waktu panen dalam setahun itu hanya sekali disebabkan oleh kurangnya semangat kerja para masyarakat petani di Desa Pematang Panei ini.

Desa Pematang Panei merupakan pemekaran dari daerah Simpang Panei mengharapkan kemajuan atau perkembangan baik dari segi pembangunan desa


(48)

maupun peningkatan perkeonomian masyarakat serta adanya gebrakan dari Pemerintah untuk mendorong semangat masyarakat Petani untuk meningkatkan hasil pertanian di desa ini. Beberapa Tahun belakangan ini, masyarakat Petani Kecamatan Panombeian Panei terutama Desa Pematang Panei lagi mendapatkan bantuan bibit, pupuk, traktor sawah, dan masih banyak lagi bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk Kecamatan ini terutama Desa Pematang Panei. Kondisi jalan di Desa Pematang Panei ini masih sangat rusak perlu bantuan dari pemerintah baik jalan penghubung antar Dusun atau lingkungan maupun penghubung antar desa.

Jarak tempuh dari Desa Pematang Panei ke Kota Pematang Siantar tidaklah terlalu jauh yaitu ± 5 kilometer dan perlu memakan waktu 15-20 menit ke Kota Pematang Siantar dengan menggunakan Bus maupun Sepeda Motor. Namun jarak dari Desa Pematang Panei ke pusat pemerintahan Kabupaten Simalungun cukup jauh sekitar ±16kilometer dan perlu memakan waktu 30 menit-1 jam lama perjalanan dan kondisi jalannya masi belum bagus dan sempit.

Namun masyarakat Desa Pematang Panei aksesnya ke kota besar, cukup lancar karena terletak di jalur Lintas. Namun masyarakat terasa sangat kesulitan jika mengurus surat ke Pemerintahan Kabupaten karena jaraknya cukup jauh. Sarana angkutan umum juga sudah banyak yang melintas baik menuju desa-desa lain yang berada diluar Kecamatan Panombeian Panei sehingga tidak menyulitkan masyarakat untuk bepergian ke desa-desa lain maupun ke kota dan masyarakat Desa Pematang Panei juga lebih suka berbelanja ke pusat pasar kota di Kota Pematang Siantar karena jaraknya lebih dekat.


(49)

4.1.2 Sarana dan Prasarana Desa Pematang Panei

Desa Pematang Panei dapat dikatakan sebagai salah satu desa yang mengalami kemajuan pembangunan yang pesat baik dari segi perbaikan jalan, irigasi untuk pertanian, bantuan untuk pertanian, dan sarana angkutan umum yang sudah banyak. Pembangunan yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah cukup membantu desa ini keluar dari keterasingan dan ketertinggalannya dari desa lain. Kondisi di Desa Pematang Panei juga sudah ramai dengan keberadaan hotel, mall, perumahan serta pusat hiburan juga karena jaraknya dengan kota besar Pematang Siantar cukup dekat. Dari pengamatan Pembangunan fasilitas umum cukup terpenuhi walaupun masih terdapat beberapa kekurangan, sarana dan prasarana desa, antara lain:

1. Jalan

Kondisi jalan-jalan di desa ini sudah baik namun hanya di jalan lintasnya saja namun yang sangata memprihatinkan jalan menuju desa-desa lain cukup parah apalagi jalan menuju dusun-dusun yang ada di Desa Pematang Panei ini. Jalan-jalan dipenuhi oleh bebatuan dan lalang yang cukup panjang menutupi jalan dan sangat sulit dilewati oleh kendaraan apalagi pada saat hujan pasti jalannya berlumpur. Kondisi jalan yang kurang baik ini tentunya dapat memperlambat aktivitas buat masyarakat terutama buat anak-anak yang ingin pergi kesekolah dan membuat transportasi tidak dapat masuk kedalam pelosok desa ini. Kondisi jalan yang baik hanya di jalan lintasnya saja karena penghubung ke kota besar


(50)

2. Listrik

Pada masyarakat Desa Pematang Panei ini sudah dapat merasakan Fasilitas listrik yang telah digunakan masyarakat sejak tahun ±1980 sampai dengan sekarang. Walaupun demikian, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai penyedia belum sepenuhnya dapat menyediakan sesuai kebutuhan masyarakat desa. Masyarakat desa ini sudah merasakan sangat terbantu dengan adanya listrik yang lancar di desa ini karena dapat mendorong lancarnya kegiatan masyarakat desa ini seperti beternak, berjualan, buat lingkungan pendidikan, terutama buat sekolah-sekolah bahwa para siswa atau anak sekolah tidak terganggu dalam proses belajar dan kegiatan operasional sekolah bisa berjalan, buat tempat-tempat ibadah juga serta membuat lingkungan Desa Pematang Panei lebih terang karena adanya lampu-lampu jalan disetiap tiang listrik yang dibuat.

3. Air Bersih

Sarana air bersih di Desa Pematang Panei ini diperoleh dari sumber– sumber mata air yang dikelola pemerintah untuk kemudian disalurkan ke rumah–rumah penduduk. Kualitas air dari sumber mata air tersebut cukup baik dan sehat karena airnya sangat jernih dan segar serta masyarakat sudah sangat puas dengan kondisi air bersih yang dimiliki karena tentunya membuat masyarakat sehat serta air bersih yang mengalir ke tiap-tiap rumah warga itu lancar dan tidak pernah mengalami masalah.


(51)

4. Transportasi

Letak strategis Desa Pematang Panei ini menyebabkan banyaknya transportasi yang tersedia dikarenakan posisi desa ini berada di jalur lintas antar Kota Kabupaten dan juga lintas Provinsi. Ketersediaan transportasi massal bagi masyarakat sudah banyak. Angkutan umum yang langsung menuju kota besar dan ke pusat Pemerintahan Kabuputen juga ada serta transportasi untuk lintas Provinsi juga ada. Jika ingin berpergian keluar Kota atau mau lintas Provinsi juga udah sangat mudah dari desa ini dengan menggunakan angkutan umum maupun Bus-bus lintas.

5. Tempat Ibadah

Tempat ibadah yang ada di Desa Pematang Panei ini terdapat Gereja yang berjumlah tiga buah diantaranya: Satu Gereja Huria Kristen Batak Protestan(HKBP), satunya lagi Gereja KristenProtestan Indonesia (GKPI) dan ada Gereja Kristen Protestan Simalungun ( GKPS). Kondisi tempat ibadah di desa ini masih sangat bagus karena bangunan Gerejanya masih sangat muda dan jemaat yang paling banyak pun berasal dari Desa Pematang Panei saja karena letak tempat ibadahnya tepat di desa ini.

6. Kesehatan

Desa Pematang Panei memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Panombeian Panei, namun fasilitas kesehatan yang ada masih sangat terbatas. Tidak ada balai kesehatan tempat praktek seorang bidan desa, dan Fasilitas kesehatan lainnya, seperti: Puskesmas atau Posyandu belum tersedia di desa ini. Masyarakat Desa


(52)

Pematang Panei lebih mengutamakan berobat ke Klinik yang ada di kota maupun ke Rumah Sakit yang ada di Kota Pematang Siantar dikarenakan jaraknya dekat dan fasilitas kesehatan pun banyak dijumpai.

7. Irigasi Pertanian

Desa Pematang Panei merupakan salah satu wilayah yang berbasis pertanian dan salah satu penghasil padi yang cukup banyak di Kecamatan Panombeian Panei. Dalam memperlancar pengelolaan lahan pertanian tentunya didukung oleh infrastruktur irigasi pertanian yang cukup baik agar tidak menyulitkan para petani. Namun kondisi ini tidak dialami oleh masyarakat petani di Desa Pematang Panei ini dikarenakan saluran irigasi untuk pertanian yang terkadang hancur atau roboh, bendungan airnya yang sering dipenuhi oleh sampah atau kayu yang membuat air untuk irigasi pertanian kurang lancar dan terkadang memberikan masalah tertentu bagi masyarakat, misalnya saja jika saluran irigasi pertanian itu rusak banyak petani mengeluh akan gagal panen disaat padi sedang lagi berkembang dan mengalami banyak penyakit, ada juga petani yang mengeluh karena lahan perikanan atau kolam ikan kering sehingga banyak ikan yang mati, masyarakat juga yang memiliki ternak mengalami kesulitan air untuk ternaknya. Namun akhir-akhir ini pemerintah sudah melakukan kerjasama untuk membangun dan merawat saluran irigasi untuk pertanian misalnya bendungan atau sungai kecil.


(53)

8. Aula

Desa Pematang Panei memiliki aula yang ketepatan posisi aulanya tepat bersebelahan dengan Kantor Kepala Desa. walaupun kondisi aula desa yang tidak bagus lagi dan sempit namun aula tersebut masih digunakan untuk musyawarah atau rapat desa, rapat tentang pembahasan masalah pertanian, untuk acara-acara penting seperti musyawarah dengan pihak pemerintahan pusat maupun dengan pihak Kepolisian dan TNI.

9. Sekolah

Fasilitas pendidikan yang ada di Desa Pematang Panei ini seperti sekolah, sudah tersedia bagi masyarakat desa. Tetapi jumlahnya empat yaitu tiga Sekolah Dasar (SD) Negeri, satu Sekolah Menengah Pertama(SMP) swasta dan satu Sekolah Menengah Pertama(SMP) Negeri yang lokasinya jauh dari desa ini namun anak-anak yang dari desa ini ada juga yang sekolah disana. Sekolah dasar dan SMP inilah yang diperuntukkan bagi seluruh penduduk desa. Pada awal berdirinya Sekolah Dasar di desa ini ada Empat, Tetapi pada tahun 2012 Sekolah Dasar yang lokasinya berdekatan tersebut digabungkan menjadi satu SD Negeri dengan jumlah Siswa yang cukup besar. dengan keberadaan Sekolah Dasar Negeri yang berada di desa ini sehingga orangtua merasa tidak kesulitan jika anaknya mau sekolah karena dekat dari rumah dan orangtua lebih memilih anaknya sekolah harus di Sekolah Dasar Negeri karena biaya pendidikan gratis dan tidak mengeluarkan ongkos untuk kesekolah serta orangtua tidak terbebani dengan biaya pendidikan anak terutama di Sekolah Dasar. Sesuai dengan fokus penelitian dari peneliti daerah


(54)

yang menjadi lokasi penelitian di Desa Pematang Paneiyang memiliki dua sekolah yaitu Sekolah Dasar(SD) 091301 dan Sekolah Dasar(SD) 091307 yang mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah(BOS) yang diberikan oleh pemerintah. Dan jumlah siswa yang dimilik SD 091301 adalah berjumlah 136 0rang dan untuk SD 091307 berjumlah 89 0rang dan jumlah siswa di SMP N 2 berjumlah 760 dan SMP Swasta GKPS Berjumlah 39. SMP swasta GKPS ini merupakan sekolah tertua yang ada di desa ini dan peminat untuk masuk sekolah ini sangat sedikit, dikarenakan kondisi sekolahnya yang tidak layak lagi.

Tabel 4

Jumlah Siswa Berdasarkan Sekolah

No Nama Sekolah Laki-laki Perempuan Jumlah 1 SD Negeri 091301 79 57 136 2 SD Negeri 091307 52 37 89 3 SMP Negeri 2 402 358 760

4 SMP GKPS 22 17 39

Sumber: Hasil wawancara dari pihak sekolah yang di Desa Pematang Panei

4.1.3 Jumlah Penduduk Desa Pematang Panei

Desa Pematang Panei ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar dari desa lainnya di Kecamatan Panombeian Panei ini. Berdasarkan data yang didapat peneliti dari Kantor Kepala Desa Pematang Panei, jumlah penduduk desa pada tahun 2010 adalah 2.386 jiwa dan memiliki jumlah rumah tangga sebanyak


(55)

387 Kepala Rumah Tangga, Sedangkan jumlah penduduk laki–laki adalah 1.298 orang atau 61,30 % dan perempuan adalah 1.088 orang atau 38,70 %.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Pematang Panei dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

NO Kelompok Usia Laki- laki Perempuan Jumlah Persentase 1 0- 14 Tahun 410 orang 283 orang 693 orang 29,05 2 15- 65 Tahun 931 orang 678 orang 1609orang 67,43 3 66Tahunkeatas 35 orang 49 orang 84 orang 3,52

Jumlah 1376 orang 1010 orang 2386orang 100 Sumber : Statistik Desa Pematang Panei Tahun 2010 (Data dari kantor kepala

desa)

Berdasarkan Data komposisi penduduk diatas dan jumlah penduduk yang dimiliki Desa Pematang Panei, bahwa jumlah keseluruhan masyarakat Desa Pematang Panei berjumlah 2386 orang yang dibagi atas 1376 orang untuk laki-laki dan 1010 orang untuk perempuan. dan komposisi penduduk Desa Pematang Panei berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pada usia 15-65 tahun jumlah penduduk desa yang paling dominan atau banyak sekitar 1609 orang atau 67,43%. Sedangkan untuk jumlah penduduk yang usia 0-14 tahun di Desa Pematang Panei sekitar 693 orang atau sekitar 29,05% dan untuk usia 66 tahun keatas sekitar 84 orang atau 3,52%. Pada komposisi penduduk Desa Pematang Panei terlihat bahwa pada usia 15-65 tahun yang usianya produktif atau usia yang paling aktif bekerja dan pada masyarakat desa ini yang paling dominan yaitu yang bekerja disektor pertanian, pedagang, kuli bangunan, dan lainnya. Pada sektor pertanian ini memang masyarakat lebih banyak bekerja sebagai petani


(56)

sawah, kebun, sayur-sayuran dn sebagainya, namun pada usia 15-65 tahun ini ada juga para anak yang putus sekolah atau tidak mau merantau mencari pekerjaan dan anak-anak tersebut hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Tabel dibawah ini juga akan menunjukkan komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatas dan beserta jenis pekerjaan yang dimilikinya.

Tabel 4.2

Komposisi penduduk Desa Pematang Panei yang usia 15 tahun keatas dan beserta jenis pekerjaan

NO

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Sekolah 79 4,92

2 Pertanian 1387 86,20

3 Jasa/ Pemerintahan 19 1.18

4 Industri 8 0.49

5 Perdagangan 25 1.56

6 Transportasi 11 0.68

7 Konstruksi/ Bangunan 31 1.93

8 Lain-lain 49 3.04

Jumlah 1609 100

Sumber : Statistik Desa Pematang Panei 2010( Data dari Kantor Kepala Desa)

Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat terlihat jelas bahwa dominan atau kebanyakan masyarakat Desa Pematang Panei bekerja disektor pertanian yang berjumlah 1387 orang atau sekitar 86,20%. Masyarakat Desa Pematang Panei ini identiknya bersawah atau menanam padi dan lokasi yang luas juga seperti lahan pertanian yang mengelilingi desa ini, masyarakat paling banyak bekerja pada sector ini disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dan juga para pemuda yang menjadi pengangguran di desa ini juga paling banyak bekerja sebagai buruh tani dan tentunya akhirnya akan bekerja juga pada sektor pertanian .Selain itu penduduk yang usia 15 tahun keatas yang bersekolah ada 79 orang


(57)

atau sekitar 4,92% dan untuk yang lainnya seperti pada bidang konstruksi penduduk yang bekerja pada bidang tersebut berjumlah 31 orang atau sekitar 1,93%. Pada bidang konstruksi ini juga didominasi oleh para pemuda yang tidak bisa melanjutkan sekolah kejenjang perguruan tinggi dan tidak mau pergi merantau mencari pekerjaan sehingga membuat para pemuda tersebut memilih untuk bekerja pada konstruksi atau ada juga sebagai kuli bangunan.

Berikut ini akan disajikan data komposisi penduduk berdasarkan tamatan atau pendidikan tertinggi yang ditamatkan atau dimiliki oleh masyarakat Desa Pematang Panei.

Tabel 4.3

Data komposisi penduduk berdasarkan tamatan atau pendidikan tertinggi

NO Pendidikan Masyarakat Jumlah Persentase 1 Tidak Tamat Sekolah Dasar( SD

)

386 18.34

2 SD 712 33.79

3 SLTP 394 18.69

4 SLTA/SMA 538 25.54

5 Diploma I – IV 20 0.94

6 Sarjana 57 2.70

JUMLAH 2107 100

Sumber: Data Statistik Desa Pematang Panei 2010

Berdasarkan data penduduk menurut tamatan atau pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Desa Pematang Panei terlihat bahwa jumlah penduduk yang hanya tamat Sekolah Dasar menjadi paling dominan berjumlah 712 orang atau sekitar 33,79 % dan yang tidak tamat Sekolah Dasar atau yang tidak bersekolah berjumlah 386 atau sekitar 18,34%. Hal ini disebabkan rendahnya fasilitas


(1)

kurangnya peningkatan jumlah panen didesa ini, dan orangtua sepenuhnya meletakkan tanggung jawab menyekolahkan anak-anaknya kepada pihak sekolah dan tergantung pada bantuan pemerintah saja. Sifat ketergantungan masyarakat itu tidak hanya pada bidang pendidikan saja namun dalam bidang lainnya juga misalnya masyarakat juga sangat berharap dibantu lebih pada bidang pertanian dan berharap ada bantuan uang yang besar. semangat kerja atau kegigihan orangtua itu semakin memudar dan nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” juga semakin memudar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah dan sifat orangtua yang semakin tergantung.

5.2 Saran

Adapun yang menjadi saran dari penulis berdasarkan judul yang diteliti mengenai Penerapan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan bergesernya


(2)

tanggung jawab orangtua dalam menyekolahkan anak sebagai realisasi nilai “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu” pada Masyarakat Batak Toba khususnya di Desa Pematang Panei ini yaitu sudah seharusnya Masyarakat Desa Pematang Panei ini bersyukur karena adanya program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) bisa membantu meringankan beban mereka dalam menyekolahkan anak. Masyarakat Desa Pematang Panei ini seharusnya lebih bekerja keras lagi mencari nafkah dan bukan menjadi tergantung atau bermalas-malasan karena adanya bantuan dari pemerintah. Serta masyarakat Desa Pematang ini juga harus melakukan budaya menabung demi pendidikan anak-anaknya agar nantinya jika melanjut ke pendidikan yang lebih tinggi lagi tidak kesusahan mencari uang dan tidak mengharapkan lagi bantuan dari pemerintah serta bisa mengurangi beban Negara.

Masyarakat Desa Pematang Panei ini juga harus lebih perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Walaupun sudah dibantu oleh pemerintah lantas masyarakat tidak boleh lepas tangan dalam mengurus anak-anaknya di sekolah. Peran orangtua juga besar dalam mendidik dan mengajar serta mengontrol anak-anaknya karena bisa saja anak-anaknya terpengaruh dari lingkungan rumah atau teman bermainnya. Peran orangtua juga sangat penting agar terjalin tujuan pendidikan serta bantuan atau program yang dilakukan oleh pemerintah tersebut tidak sia-sia.

Pemerintah juga sudah seharusnya lebih memfokuskan atau mengkaji lagi arah Suatu program atau bantuan yang diberikan kepada masyarakat, agar bantuan atau program yang dijalankan pemerintah itu benar-benar tepat sasaran, program atau bantuan itu benar-benar efektif dan program atau bantuan yang diberikan oleh pemerintah itu tidak membuat sebuah ketergantungan pada masyarakat dan memicu


(3)

terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat. pentingnya dilakukan suatu pemberdayaan agar masyarakat Desa Pematang panei agar menjadi masyarakat yang mandiri dan tidak tergantung baik itu mengembangkan potensi sumber daya alam seperti pada bidang pertanian dan mengembangkan potensi pada masyarakat seperti “Marsiadapari” mencari uang, serta menguatkan kembali nilai atau semangat “Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu”.

Seharusnya tanpa Bantuan Operasional Sekolah(BOS) tersebut, masyarakat harus mampu mandiri dan memanfaatkan sumber daya yang ada serta dikelola dengan baik sehingga mengurangi beban ketergantungan bagi pemerintah. Keterlibatan orangtua dan masyarakat sekarang ini dalam pendidikan justru ada yang menjurus kepada tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan, serta pendidikan saat ini akhirnya menghasilkan dan membentuk masyarakat yang memiliki ketergantungan sosial yang sangat besar dan menjadi beban Negara bukan menjadi manusia yang mandiri (Muhyi Batubara, 2004: 121).

DAFTAR PUSTAKA


(4)

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. Buku Panduan Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2013

Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Ihromi, T.O. 1999. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Maliki, Zainuddin. 2008. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan Poskolonial. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi Teks Pengantar & Terapan. Jakarta: Prenada Media Group

Ritzer, George dan Barry Smart. 2011. Handbook Teori Sosial. Bandung: Nusa Media


(5)

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group

Saripuddin, Didin dan Udin S.Winataputra. 2010 . Interpretasi Sosiologis dalam Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2002. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba.Yogyakarta : Jendela

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2011. Pemikiran Tentang Batak Setelah 150 Tahun agama Kristen di Sumatera utara. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : Grasindo Monoratama

Su’adah. 2005. Sosiologi Keluarga. Malang: UMM Press

Sztompka, Piotr. 2010. Sosiologi Perubahan Sosial .Jakarta : Prenada Media Group

Sumber Internet :

Ahmed Fernanda Desky. 2013. PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) BAGI SISWA KURANG MAMPU . Medan: (Jurnal: http /repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal tanggal 05 September 2015

Asmawati, Sri. 2013. Interaksi Sosial Masyarakat Multi Etnis. Medan: (Jurnal Skripsi: http/Repository.Usu.ac.id) diakses tanggal 27 september2015 pukul 18.02 wib


(6)

Pardosi, Imanuel. 2014. Orientasi Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini di YPN Putra Sejahtra. Medan :(Jurnal Skripsi: http/Repository. Usu.ac.id) diakses pada tanggal 27 september 2015, pukul 17.45 wib

Sihaloho, Magdalena. 2010. PANDANGAN PETANI YANG MENGALAMI GAGAL PANEN DI DESA PARBABA SAMOSIR TERHADAP KELANJUTAN

PENDIDIKAN ANAK. Medan: (Jurnal Skripsi : http/ Repository.usu.ac.id) diakses pada tanggal 27 September 2015)

related:www.smeru.or.id/newslet/2006/news19.pdf pelaksanaan bantuan operasional sekolah. Diakses pada tanggal 08- 10- 2014 pada hari rabu pukul 20.00 wib

tanggal 27 september 2015, pada pukul 18.37 wib.

tanggal 27 september 2015, pada pukul 19.20 wib.