5. Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis
dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk
skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun secara sistematis dan dibagi dalam 5 lima bab, dan setiap bab dibagi dalam sub bab bagian-bagian yang secara garis besarnya akan
digambarkan sebagai berikut: BAB I : Bab ini menerapkan ringkasan mengenai Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematis Penulisan.
BAB II : Bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility CSR, Pengertian Corporate Social Responsibility
CSR, Model Pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR, Konsep Corporate Social Responsibility CSR, Pengaturan Hukum
Mengenai Corporate Social Responsibility CSR. BAB III : Bab ini membahas tentang Pengertian Badan Usaha Milik Negara
BUMN, Bentuk-bentuk Badan Usaha Milik Negara BUMN yaitu Perusahaan Perseroan Persero dan Perusahaan Umum Perum,
Maksud dan tujuan Pendirian Badab Usaha Milik Negara BUMN, Pengaturan hukum Mengenai Badan Usaha Milik Negara BUMN,
Universitas Sumatera Utara
PT. Bank Negara Indonesia sebagai Salah Satu Badan Usaha Milik Negara BUMN.
BAB IV : Bab ini merupakan jawabab dari permasalahan. Bab ini dibagi dalam 4 empat sub bab, yaitu Deskripsi tentang PT.BNI 46, Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility CSR yang diterapkan PT.BNI 46, Manfaat Penerapan Corporate Social Responsibility CSR PT.BNI 46,
Kendala dalam Penerapan Corporate Social Responsibility CSR PT. BNI 46.
BAB V : Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan sekaligus
dikemukakan beberapa saran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY CSR
A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility CSR.
Di Amerika Utara, Eropa, dan Asia, Corporate Social Responsibility CSR tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat di sekitar
perusahaan sedang diteliti dengan seksama. Ini mencerminkan berkembangnya kesadaran akan pengaruh kegiatan mereka terhadap lingkungandan kerugian yang
dapat ditimbulkan dari kegiatan mereka. Di mana-mana, terjadi diskusi yang mencerminkan pengakuan adanya perubahan hubungan antara perusahaan dan
komunitas. Corporate Social Responsibility CSR tanggung jawab sosial perusahaan
telah menjadi pemikiran para pembuat kebijakab sejak lama. Bahkan di dalam Kode Hammurabi 1700-an SM yang berisi 282 hukum telah memuat sanksi bagi
para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. Dalam Kode Hammurabi disebutkan bahwa
hukuman mati diberikan kepada orang-orang yang menyalahgunakan izin penjualan minuman, pelayanan yang buruk dan melakukan pembangunan gedung
di bawah standar sehingga menyebabkan kematian orang lain.
19
19
Hangga Surya Prayoga, “CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep”, http:www.dohangga.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 18 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
Adanya Revolusi Industri telah menyebabkan masalah tanggung jawab perusahaan menjadi fokus yang tajam. Ini merefleksikan kekuatan industri baru
untuk membentuk kembali hubungan yang sudah diaggap kuno, Feodal, klan, rumpun , atau sistem otoritas yang berlandaskan kekeluargaan dan teknologi
memberi kekuasaan yang besar dan kekayaan pada “perusahaan”. Tanah harus dibagi-bagikan kembali dan kota-kota dibangun. Kekuatan mesin yang melebihi
manusia meningkatkan masalah tanggung jawab dan moralitas. Kesan yang kadang-kadang muncul adalah, Revolusi Industri melakukan pelanggaran keras
terhadap sistem, struktur, dan perhatian pada masa lalu. Dampak industrialisasi terhadap lingkungan alam maupun lingkungan buatan menjadi sumber baru untuk
diperhatikan dan diberi tanggapan. Kondisi di sekitar pabrik dan kota memperbesar kemarahandan membuat orang lain memberi perhatian mendalam.
20
Gema Corporate Social Responsibility CSR semakin terasa pada tahun 1960-an saat di mana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang
Dunia II, dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Pada waktu itu, persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan
mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Persoalan ini telah mendorong berkembangnya beragam aktivitas yang terkait dengan
pengentasan kemiskinan dan keterbelakangan dengan mendorong berkembangnya sektor produktif dari masyarakat.
21
Konsep hubungan antara perusahaan dengan masyarakat ini dapat juga ditelusuri dari Zaman Yunani Kuno, sebagaimana disarankan Nocholas Eberstadt.
20
Tom Cannon, Corporate Responsibility Tanggung Jawab Perusahaan, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1995, hal. 2, 8.
21
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa pengamat menyatakan Corporate Social Responsibility CSR berhutang sangat besar pada konsep etika perusahaan yang dikembangkan gereja Kristen
maupun fiqih muamalah dalam Islam. Tetapi istilah Corporate Social Responsibility CSR sendiri baru menjadi populer setelah Howard Bowen
menerbitkan buku “Social Responsibility of Businessmen” pada 1953. Sejak itu perdebatan tentang tanggung jawab sosial perusahaan dimulai. Tetapi baru pada
dekade 1980-an dunia barat menyetujui penuh adanya tanggung jawab sosial itu. Tentunya dengan perwujudan berbeda di masing-masing tempat, sesuai
pemahaman perusahaan terhadap apa yang disebut tanggung jawab sosial.
22
Buku karangan Howard Bowen yang berjudul “Social Responsibility of Businessmen” dapat dianggap sebagai tonggak bagi Corporate Social
Responsibility CSR modern. Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal dari Corporate Social Responsibility CSR sebagai: “…obligation of
businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those line of action which are diserable in term of the objectives and values of our
society.” Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris di kalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-
prinsip tanggung jawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak Corporate Social Responsibility CSR. Sejak saat
itu sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat
yang telah dijabarkan dalam buku Bowen. Ide dasar yang dikemukakan Bowen
22
http:www.csrindonesia.com, terakhir kali diakses tanggal 15 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
adalah mengenai “kewajiban perusahan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan
tersebut beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui
urusan kinerja finansial perusahaan.
23
Dalam dekade 1960-an pemikiran Bowen dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Devis yang memperkenalkan konsep
Iron law of Social Responsibility. Dalam konsepnya Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif
dengan size atau besarnya perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin
besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada
masyarakat. Dalam periode 1970-1980 definisi Corporate Social Responsibility CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis
bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar menjadi penunjang eksistensi perusahaan.
24
Pada dasawarsa 1970-an, terbitlah “The Limits to Growth”. Buku yang hingga kini terus diperbaharui itu merupakan hasil pemikiran para cendikiawan
dunia yang tergabung dalam Club of Rome. Buku ini mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa bumi yang kita pijak ini mempunyai keterbatasandaya
dukung. Sementara disisi lain, manusia bertambah secara eksponensial.
23
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 37.
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Karenanya, eksploitasi alam mesti dilakukan secara hati-hati supaya pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
25
Di era 1980-an makin banyak perusahaan yang menggeser konsep filantropisnya kearah Community Development CD. Intinya kegiatan
kedermawanan yang sebelumnya kental dengan pola kedermawanan ala Robbin Hood makin berkembang kearah pemberdayaan manusia misal pengembangan
kerja sama, memberikan ketrampilan, pembukaan akses pasar, dan sebagainya. Dasawarsa 1990-an adalah dasawarsa yang diwarnai dengan beragam pendekatan
civil society. Beragam pendekatan tersebut telah mempengaruhi prektek Community Development CD. Community Development CD menjadi suatu
aktivitas yang lintas sektor karena mencakup baik aktivitas produktif maupun sosial dan juga lintas pelaku sebagai konsekuensi berkembangnya keterlibatan
berbagai pihak.
26
Terobosan besar dalam kontek Corporate Social Responsibility CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” Profit, people dan planet
yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Fotks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” yang di release pada tahun 1997. Ia berpendapat
bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan Cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif
kepada masyarakat people dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet. Gaung Corporate Social Responsibility CSR kian bergema setelah
diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development WSSD tahun
25
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 5.
26
Ibid., hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
2002 di Johannesburg Afrika Selatan. Sejak saat inilah, definisi Corporate Social Responsibility CSR mulai berkembang.
27
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah
lama melakukan CSA Corporate Social Activity atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai
Corporate Social Responsibility CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep Corporate Social
Responsibility CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep
Corporate Social Responsibility CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan
bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse, bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar
perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat
sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa dan pemerintah selaku regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara
27
Yusuf Wibisono, Op. cit., hal. 6-7.
Universitas Sumatera Utara
satu perusahaan dengan lainnya, tergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan Supomo, 2004.
28
Saat ini Corporate Social Responsibility CSR telah menjadi sebuah isu global. Tetapi walaupun telah menjadi sebuah isu global, sampai saat ini belum
ada definisi tunggal dari Corporate Social Responsibility CSR yang diterima secara global. Secara etimologis Corporate Social Responsibility CSR dapat
diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Korporasi. Corporate Social Responsibility CSR kini dianggap penting untuk
menjembatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin di berbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang
dapat maju apabila berada di tengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak menunjang eksistensinya. Itu sebabnya model Corporate Social
Responsibility CSR yang kini dikembangkan lebih luas jangkauannya dari sekedar menunjukkan kepedulian terhadap berbagai problematika sosial.
Perusahaan membutuhkan masyarakat yang semakin meningkat kualitas hidupnya, potensi kewirausahaan serta lingkungannya demi menunjang eksistensi
usaha di masa depan. Dengan demikian maka pelaku bisnis yang visioner memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai unsur penting yang
menunjang survival perusahaan sejak sekarang. B. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR
29
28
http:mamrh.wordpress.com , terakhir kali diakses tanggal 03 Februari 2010.
29
Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas Risiko hukum Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Jakarta, Forum Sahabat, 2008, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Secara Umum Corporate Social Responsibility CSR merupakan peningkatan kulitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia
sebagai individu anggota komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk
perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak
positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari
stakeholders pihak-pihak lain yang berkepentingan baik secara internal pekerja, shareholders pemegang saham dan penanam modal maupun eksternal
kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain.
30
Tanggung Jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya. Dalam Undang-Undang RI No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Bab V Pasal 74, Corporate Social Responsibility CSR disebut dengan istilah “Tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang
RI Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas didefinisikan:
31
Definisi dari Corporate Social Responsibility CSR itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah Definisi yang dikemukakan
oleh Magnan Farrel 2004 yang mendefinisikan Corporate Social
30
Bambang Rudito, Op. cit., hal. 207.
31
Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 butir 3.
Universitas Sumatera Utara
Responsibility CSR sebagai: “A business acts in socially resposible manner when its decision and account for and balance diverse stakeholders interest”.
Definisi ini menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders
pihak-pihak lain yang berkepentingan yang beragamdalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil
patra pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab. Sedangkankomisi Eropa membuat definisi yang lebih praktis, yang pada dasarnya
bagaimana perusahaan yang secara sukarela memberi kontribusi bagi terbentuknya masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.
Sedangkan Elkington mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikanperhatian kepada
peningkatan kualitas perusahaan profit; masyarakat, khususnya komunitas sekitar people; serta lingkungan hidup planet earth.
32
The Commission for European Communities dalam publikasi Green Paper-nya memandang Corporate Social Responsibility CSR sebagai sebuah
konsep yang penting dimana perusahaan memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi bagi masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih
besar. Green Paper mencatat bahwa bagi sebuah organisasi untuk menjadi bertanggung jawab secara lingkungan berarti tidak hanya memenuhi sebuah
ekspektasi legal, tetapi juga menginvestasikan lebih dalam hal sumber daya manusia, lingkungan dan hubungan dengan para stakeholders. Green Paper juga
mendeskripsikan Corporate Social Responsibility CSR dalam dua kategori yaitu
32
A.B. Susanto, Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility,, Jakarta, The Jakarta Consulting Group, 2007, hal. 21-22.
Universitas Sumatera Utara
dimensi internal diinterpretasikan termasuk dalam manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan sat kerja, adaptasi pada perubahan, dan
manajemen dari dampak lingkungan dan sumber daya alam. Dimensi eksternal termasuk komunitas lokal, rekan bisnis termasuk pemasok dan konsumen dan
kepadulian lingkungan global.
33
Corporate Social Responsibility CSR adalah komitmen berkelanjutan perusahaan untuk berprilaku secara etis dan berkontribusi kepada
pengembangan ekonomi dengan tetap meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluargamereka, begitu juga halnya dngan masyarakat
sekitar perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan. Corporate Social Responsibility CSR secara sederhana dapat diartikan
bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk menghasilkan pengaruh positif di masyarakat. Corporate Social Responsibility
CSR adalah memberi timbal balik usaha terhadap masyarakat. Menurut Lord Home dan Richard Watts:
34
Versi lain mengenai Corporate Social Responsibility CSR dilontarkan oleh world Bank. Lembaga keuangan global ini memandang Corporate Social
Responsibility CSR sebagai: “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with amployees and their
representatives the local community and sociaty at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development.” Yang
artinya adalah komitmen bisnis untuk berprilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama dengan semua
pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang
33
Gunawan Widjaja, Yeremia Ardi Pratama, Op. cit., hal. 39.
34
Amin Widjaja, Op. cit., hal. 22.
Universitas Sumatera Utara
bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat ummu.
35
Meskipun memiliki banyah definisi, namun secara esensi Corporate Social Responsibility CSR merupakan wujud dari giving back dari korporat
kepada komunitas. Perihal hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat tulus guna memberi kontribusi yang
paling positif pada komunitas stakeholders.
36
Tampaknya wacana Corporate Social Responsibility CSR ini akan menjadi tren global. Tidak sedikit perusahaan-perusahaan raksasa maupun
menengah, baik yang multinasional, nasional maupun domestik, telah mengklaim bahwa Corporate Social Responsibility CSR ini telah diimplementasikan dengan
baik. Banyak perusahaan telah menggeser paradigma sempit yang menyatakan bahwa orientasi seluruh kegiatan perusahaan hanyalah profit, dimana aktivitas
apapun harus ditakar dari sudut menambah keuntungan finansial scara langsung atau tidak.
C. Model Pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR