wacana dominan, dan wacana lainnya menjadi terpinggirkan. Karena itu, analisis tidak akan peneliti gunakan dalam penelitian ini.
1.5.3. Antagonisme, Sistem Perbedaan Persamaan dan Hegemoni
Antagonisme memainkan peran penting dalam teori diskursus Laclau dan Mouffe. Menurut Laclau dan Mouffe, antagonisme merupakan “a failure of
difference ” semenjak adanya keterbatasan-keterbatasan dalam obyektivitas sosial.
Antagonisme memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan hegemoni, karena penciptaan suatu antagonisme sosial meliputi penciptaan musuh
yang akan menjadi sesuatu yang penting bagi terbentuknya political frontier yang dikotomik. Antagonisme sosial membuat setiap makna sosial berkontestasi dan
tidak akan pernah menjadi penuhtetap fixed, yang kemudian memunculkan political frontier. Setiap aktor akan memahami identitas mereka melalui hubungan
antagonistik, karena antagonisme mengidentifikasikan musuh mereka. Formasi hegemonik selalu memerlukan yang dibentuk di luar dirinya yang memiliki relasi
antagonistik. Antagonisme sosial terjadi jika agen-agen hegemonik tidak mampu menjaga identitas mereka dan mengkonstruksi musuh mereka. Dalam hal ini,
antagonisme menguak perbatasan dari batas-batas politik suatu formasi sosial sebagaimana ditunjukkan pada point di mana identitas tidak dapat lagi distabilkan
dalam pemaknaan utuh dari suatu system of differences, tetapi dikontestasikan oleh kekuatan yang berdiri pada batasan tatanan tersebut. Menurut Laclau dan
Mouffe, dalam hal identitas kolektif, akan selalu menghadapi penciptaan “kita” yang hanya dapat eksis hanya jika ada demarkasi dari “mereka”. Mouffe
Universitas Sumatera Utara
menekankan bahwa relasi ini tidak perlu untuk selalu dilihat sebagai satu dari relasi kawanlawan, yakni suatu relasi yang antagonistik. Tetapi hal tersebut harus
diakui, dalam kondisi-kondisi tertentu selalu dimungkinkan dimana relasi kitamereka ini dapat menjadi antagonistik, yakni itu dapat berubah menjadi suatu
relasi kawanlawan.
15
Selain konsep antagonisme, sistem persamaan dan perbedaan, dalam teori diskursus Laclau juga dikenal dengan adanya konsep hegemoni. Menurut Laclau
dan Mouffe, medan bagi munculnya hegemoni ialah medan bagi praktek-paktek artikulatoris, de
ngan kata lain suatu medan dimana „elemen-elemen‟ tidak terkristalisasi menjadi „momen-momen‟. Dalam suatu identitas relasional yang
tertutup, dimana di dalamnya makna dari setiap momen telah fixed secara absolut, tidak ada ruang apapun bagi suatu praktek hegemonik. Namun Laclau dan Mouffe
juga menambahkan bahwa agar adanya hegemoni, momen artikulasitoris saja tidaklah cukup. Artikulasi itu harus dijalankan lewat suatu konfrontasi dengan
praktek-praktek artikulatoris yang antagonistik, yang dengan kata lain, hegemoni akan terjadi dalam suatu medan yang dipenuhi dengan antagonism-antagonisme
dan arena itu mengandaikan adanya fenomena ekuivalensi dan efek-efek garis perbatasan.
16
Sistem perbedaan dan persamaan yang diungkapkan oleh Laclau dapat menjelaskan bagaimana di dalam pidato tersebut terdapat terdapat antagonism-
antagonisme. Sistem perbedaan ini menjelaskan bagaimana Sukarno yang
15
Ernesto Laclau Chantak Mouffe. 2008. Hegemoni dan Strategi Sosialis: Postmarxisme + Gerakan Sosial Baru. Jakarta: Resist Book. Hal: xli.
16
Ibid, Hal: 202- 204
Universitas Sumatera Utara
dahulunya menjalankan pemerintahan dengan demokrasi liberal, namun karena berbagai masalah yang terjadi dan ditambah dengan imajinasi Sukarno tentang
dirinya dan pemikirannya myth, kemudian Sukarno menciptakan sebuah musuh baru yaitu demokrasi liberal. Hal ini dilakukan guna menemukan dan
mentransformasikan sebuah wacana baru yaitu wacana „demokrasi terpimpin merupakan demokras
i pancasila dan demokrasi Indonesia asli‟. Sehingga pada akhirnya kita dapat melihat apakah wacana yang dikembangkan oleh Sukarno
dalam pidatonya tersebut dapat menjadi sebuah hegemonic discourse.
1.6. Metode Penelitian