Latar belakang Masalah Analisis Wacana Kritis Terhadap Pidato Kenegaraan Presiden Soekarno pada Tanggal 17 Agustus 1966

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Masalah

Bahasa adalah sebuah media komunikasi yang digunakan manusia dalam berinteraksi. Bahasa sebagai lambang bunyi yang arbitrer digunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. 1 Bahasa erat kaitannya dengan cara berpikir seseorang. Pola pikir seseorang terlihat dari cara ia membahasakan segala sesuatu hal. Untuk dapat memahami bahasa, kita dapat melakukannya melalui kajian teks. Menurut Van Dijk 2 teks sama dengan discourse, yaitu kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain saling terikat erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat. Dengan kata lain, teks adalah satu kesatuan semantik bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan dikarenakan bentuknya tetapi kesatuan artinya. Teks adalah suatu contoh proses dan hasil dari makna dalam konteks situasi tertentu. Pemahaman terhadap teks tidak terlepas dari konteks yang menyertai teks tersebut. Teks dan konteks merupakan aspek dari proses yang 1 Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia, hal.94. 2 A. Hamid Hasan Lubis. 1998. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Hal. 21. Universitas Sumatera Utara sama. Pengertian mengenai konteks tidak hanya meliputi hal-hal tertulis melainkan juga hal-hal yang tanpa kata atau nonverbal. 3 Analisis wacana kritis merupakan salah satu metode dalam memahami bahasa tersebut. Menurut pandangan kritis bahasa merupakan representasi subjek tertentu, tema tertentu, dan strategi-strategi tertentu. Selain itu dalam pandangan ini wacana tidak hanya dipahami sebagai studi bahasa, tetapi juga dihubungkan dengan konteks yang berarti bahwa bahasa dipakai untuk tujuan praktik tertentu. Selain itu wacana juga merupakan bentuk dari praktik sosial yang berkaitan dengan situasi, institusi dan struktur sosial yang membentuknya. Analisis wacana kritis ini dapat digunakan untuk membedah teks atau bahasa, baik yang terdapat pada teks media ataupun teks yang berasal dari peristiwa komunikatif seperti pidato atau retorika. Pidato merupakan hasil proses pemikiran seseorang yang dituangkan dengan berbicara kepada khalayak umum dengan memberikan urutan pemaparan dalam bentuk sistematis yang berupa sebuah topik informasi dengan tujuan khalayak pendengar dapat mengetahui dan mengikuti maksud komunikator tersebut. 4 Pidato, retorika, dan propaganda sering kali dipakai sebagai alat komunikasi politik, karena ketiga-tiganya mempunyai bentuk, tujuan dan fungsi yang hampir sama yaitu untuk mempengaruhi orang lain agar dapat mengikuti kemauan dari orang yang melakukan ketiga kegiatan seni berbahasa tersebut. 3 M.A.K. Halliday dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, hal. 6. 4 Hasan Alwi. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Universitas Sumatera Utara Berbicara mengenai komunikasi politik tentulah yang tergambar adalah unsur- unsur politik yang melingkupi dan mendasari kegiatan pidato, retorika dan propaganda. Sebuah kelaziman bahwa setiap pemimpin, penguasa, elit politik, atau kelas berkuasa senantiasa memanfaatkan kekuatan bahasa untuk memperkuat konsolidasi guna mempertahankan kelangsungan kekuasaannya. Oleh karena itu, komunikasi politik yang dijalankan tidak terlepas dari penggunaan bahasa, istilah, simbol verbal, yang memfokuskan perhatian pada topik dan aspek tertentu. Pemakaian istilah, kata, kalimat dapat mengarahkan khalayak pada pikiran dan perasaan tertentu, bahkan dapat mempengaruhi perilakunya. Leksikon tertentu, misalnya, dipilih pejabat pemerintah untuk menekankan sikap politik dan pendapat, mengumpulkan dukungan, memanipulasi opini publik, mengkonstruksi kesadaran politik publik atau legitimasi kekuatan politik. Untuk itu, seorang komunikator akan menyeleksi topik pembicaraan, memilih latar wacana tertentu, memakai retorika tertentu, menyusun dan mengatur ucapan, memakai interaksi tertentu, dan sebagainya 5 . Bahasa juga membatasi persepsi dan mengkonstruksi cara berpikir dan berkeyakinan khalayak. Pilihan kata diksi dan pemakaian gaya bahasa, kata, kalimat oleh komunikator adalah bagian strategi komunikator yang berkaitan erat dengan politik. Pemakaian kata, kalimat, gaya tertentu, tidak semata-mata 5 Jupriono, D. 2010. Analisis Wacana Kritis Latar Historis Pidato Kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Parafrase Vol.3 No. 2 September: 38-49. Universitas Sumatera Utara dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi harus pula dipahami sebagai politik berkomunikasi, sebagai cara untuk mempengaruhi opini publik, menciptakan dukungan, memperoleh legitimasi, dan juga menyingkirkan kelompok lawan. 6 Pidato presiden memiliki posisi penting dalam wacana politik. Segala yang dikatakan Presiden lebih mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dibandingkan pidato lainnya. Pidato Presiden selalu menunjukkan kebijakan publik, apa yang dikatakan oleh Presiden dianggap sebagai isu yang penting oleh pemerintah. Pidato Presiden juga mempengaruhi bagaimana masyarakat berpikir tentang realitas sosial politik yang ada. 7 Sukarno merupakan Persiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945-1966. Sukarno dikenal dunia internsional sebagai pejuang dan konseptor kemerdekaan RI yang handal. Banyak konsepnya sangat dikagumi oleh dunia karena itu ia sering kali diundang oleh banyak negara. Undangan itu ia manfaatkan untuk mengungkapkan konsepnya tentang pembangunan dan perjuangan yang disampaikannya dengan menarik yang membuat orang terkagum padanya. Sukarno dikenal sebagai pejuang dan peletak dasar RI yang punya kemampuan berpidato yang baik yang dapat ditunjukkan di level internasional dan dalam negara Indonesia. Periode 1965-1967 dapat dilihat sebagai masa peralihan kekuasaan dari Sukarno kepada Soeharto. Dalam buku sejarah versi pemerintah, masa ini 6 Jupriono D. Ibid. 7 Eriyanto. 2000. Kekuasaan Otoriter dari Gerakan Penindasan sampai Menuju Politik Hegemoni. Yogyakarta: Insist. Hal. Universitas Sumatera Utara dilukiskan sebagai era konsolidasi kekuatan pendukung era orde baru tentara, mahasiswa, rakyat untuk membasmi Partai Komunis Indonesia PKI sampai ke akar-akarnya. 8 Dari segi ekonomi keadaan saat itu juga sangat buruk. Harga membumbung tinggi, inflasi ratusan persen. Bahkan Presiden Sukarno menunjuk seorang Menteri Penurunan Harga yaitu Hadely Hasibuan, yang ternyata kemudian juga tidak berhasil melaksanakan tugasnya. Buruknya situasi politik dan ekonomi saat itu, dimanfaatkan oleh orang- orang yang ingin memisahkan dan juga menghancurkan barisan pendukung Sukarno. Setelah mendapatkan Supersemar, Soeharto dalam hitungan jam langsung membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai partai terlarang. Para anggota partai ini dan ormasnya tidak boleh pindah atau ditampung oleh partai lain. Pada minggu yang sama Soeharto mengamankan 15 Menteri pendukung Sukarno. Sukarno berusaha mengendalikan keadaan melalui pidato-pidatonya. Tidak banyak diketahui umum bahwa dalam masa peralihan kekuasaan kepada Soeharto, Presiden Sukarno sempat berpidato sedikitnya 103 kali. Dalam pidato- pidatonya ia mengungkapkan berbagai hal yang ditutupi bahkan diputarbalikkan selama Orde Baru. Dari pidato-pidato tersebut pula tergambar betapa sengitnya peralihan kekuasaan dari Sukarno kepada Soeharto. 8 Budi Setiyono Bonnie Triyana. 2014. Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Sukarno 30 September 1965-Pelengkap Nawaksara. Jakarta: Serambi. Hal. 18-19. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah