Masa Muda Sukarno Biografi Sukarno

BAB II SUKARNO, MASA PEMERINTAHAN DAN PIDATO KENEGARAAN TANGGAL 17 AGUSTUS 1966 Pada bab ini peneliti akan menguraikan Biografi Sukarno, yang dimulai dari masa mudanya sampai ke masa proklamasi 1945, masa pemerintahan Sukarno, yaitu Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin, dan juga isi pidato kenegaraan pada tanggal 17 Agustus 1966. Penguraian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penelitian ini.

2.1. Biografi Sukarno

Sukarno mempunyai kepribadian yang kompleks. Ia lahir berbintang Gemini, yang menurutnya pendapatnya sendiri, memberi corak beraneka ragam pada kepribadian itu. Pada puncak masa kekuasaanya, Sukarno digelari Pemimpin Besar Revolusi, Penyambung Lidah Rakyat, Waljul Amri, Panglima Tertinggi, dan lain-lain. Namun secara tiba-tiba, semua gelarnya dicopot. Jasa dan peranannya ditiadakan bahkan diejek. Disini, peneliti akan menguraikan bagaimana Sukarno tumbuh dan berkembang serta bagaimana perjalanan politiknya yang mengantarkan dia sampai ke kursi kepresidenan.

2.1.1. Masa Muda Sukarno

Sukarno dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo, yang semasa hidupnya menjabat sebagai Universitas Sumatera Utara guru dan kepala sekolah. Ibunya berasal dari Bali, bernama Ida Ayu Nyoman Ray lebih dikenal dengan sebutan Idayu. Mula-mula ia diberi nama Koesnososro Sukarno. Tetapi karena sering sakit pada masa kecilnya, kemudian nama Koesno ditanggalkan dan hanya disebut Sukarno saja. Namun di beberapa lingkungan ia masih juga dipanggil dengan nama Koesno. 21 Pada masa kecilnya, Sukarno tampak sebagai anak biasa saja. Tidak ada sesuatu yang menonjol ketika Sukarno masih belum bersekolah. Ibu Wardoyo yang nama kecilnya Sukarmini, kakak Sukarno pernah berkata: “Atau mungkin saya kurang memperhatikan secara teliti, saya menganggap Karno adalah bocah kecil biasa saja. Sebab tidak ada yang bisa meramalkan seseorang anak akan menjadi presiden atau orang penting di kelak kemudian hari. Kecuali setelah si anak menjelang remaja”. 22 Dalam masa kanak-kanak Sukarno hidup bersama ayah bundanya serta neneknya di Tulungangung, Jawa Timur. Barulah sesudah Sukarno memasuki sekolah dasar dan bergaul dengan banyak temannya memang ada juga kelainan atau kelebihan yang menonjol pada dirinya. Sukarno waktu kecil itu anak pemberani dan suka berkelahi. Tidak aneh bila Sukarno sering pulang kerumah dengan muka bengkak-bengkak atau benjut karena dipukul lawan berkelahinya. Hebatnya lagi kalau berkelahi Sukarno itu jarang kalah. Itu karena sifatnya yang pemberani. Mungkin sifat pemberaninya itu merupakan warisan dari kedua orang tuanya. Ibunda Sukarno yaitu Ida Ayu Nyoman Rai atau Idayu itu keturunan 21 Tugiyono. 1998. Dwitunggal Sukarno-Hatta Pahlawan Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya. hal. 5 22 Ibid, Hal. 6 Universitas Sumatera Utara bangsawan Bali yang menentang penjajahan Belanda. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman Ibunda Bung Karno. Belanda pada akhir abad ke-19 memerangi kerajaan Singaraja di Bali. Kakek dan moyang Bung Karno dari pihak ibu telah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ketika mereka menyadari, bahwa segala sesuatu telah ditumpas Belanda, mereka dengan gagah berani melakukan Perang Puputan. Dengan mengenakan pakaian serba putih dari kepala hingga kaki, kemudian mereka menunggang kuda dan berlarian dengan pedang terhunus menyerang pasukan Belanda sampai semuanya gugur di medan pertempuran. Tidak ada seorang pejuang pun yang tersisa hidup. Tidak ada yang menyerah dan menjadi tawanan musuh. Demikianlah perang puputan. Ibunda Bung Karno, memang seorang wanita pemberani dan keras hati melawan penjajahan Belanda. Pada zaman perang kemerdekaan, ketika usianya sudah 70 tahunan kota Blitar sudah akan diserang pasukan Belanda, Ibu Idayu pernah langsung mendatangi pasukan dan pemuda pejuang Indonesia yang bertahan di garis depan. Beliau berbicara di depan pasukan kita dengan bersemangat: “Janganlah gentar menghadapi pasukan Belanda. Ayo, kamu semua lekas- lekas menyerang pasukan Belanda itu ” Sedangkan ayah Bung Karno adalah keturunan raja-raja Kediri pada abad ke-12. Nenek moyang Bung Karno dari garis ayah juga ikut berjuang bersama Pangeran Diponegoro dalam perang dari tahun 1825 sampai 1830. Universitas Sumatera Utara Ketika masih kecil Sukarno seringkali mendengar cerita kepahlawanan dari ibunya. Tentu berbagai kisah kepahlawanan itu ikut membina watak dan kepribadian Bung Karno di kemudian hari. Salah satu kesukaan Sukarno pada masa kecil ialah menonton wayang. Ia selalu memperhatikan lakon wayang dengan penuh minat. Cerita-cerita yang melukiskan semangat pahlawan sangat mempengaruhi jiwanya, sehingga kadang-kadang semalam suntuk dia tidak tidur, dan asyik menonton. Yang amat disukainya dalam permainan wayang ialah tokoh Bima, yang dilukiskan sebagai pecinta keadilan, pembela kebenaran dan satria sejati. Pada waktu kecil Sukarno sudah akrab dengan rakyat kecil. Di rumah Sukarno lebih banyak diasuh oleh pembantu rumah tangga, bernama mbok Sarinah. Begitu akrab hubungannya dengan mbok Sarinah, sehingga sesudah menjadi Presiden Republik Indonesia, Sukarno memberi judul Sarinah pada buku yang ditulisnya. Begitu pula pasar swalayan atau toko serba ada toserba yang pertama berdiri tahun 1962 di Indonesia di Jalan Muhammad Husni Thamrin, Jakarta, diberi nama Sarinah. Setelah usianya cukup enam tahun, Sukarno dimasukkan ke sekolah desa di Tulungagung. Waktu itu tidak kelihatan rajinnya di sekolah itu, malah ia termasuk murid yang pemalas, karena senantiasa diganggu oleh cerita-cerita wayang. Kemudian ketika ayahnya dipindah ke Mojokerto, ia pun ikut pindah. Di kota inilah ia meneruskan sekolahnya yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Sukarno dapat lulus dari Sekolah Dasar Bumiputera itu, sementara usianya sudah Universitas Sumatera Utara hampir 13 tahun. Ayahnya bercita-cita agar Sukarno dapat meneruskan pelajarannya ke sekolah menengah, kemudian ke perguruan tinggi. Ayah Sukarno adalah seorang mantra guru atau kepala sekolah dasar Bumiputera yang bercita- cita tinggi. Kalau Sukarno hanya tamat sekolah dasar Bumiputera lima tahun, pasti tidak akan dapat meneruskan pelajarannya karena tidak dapat berbahasa Belanda. Karena itu bapak Sukemi Sosrodihardjo meminta bantuan ibu guru bahasa Belanda, yaitu Juffrouw M.P de La Riviere untuk mengajar bahasa Belanda pada Sukarno. Tiap hari Sukarno belajar bahasa Belanda selama satu jam. Pada waktu yang singkat Sukarno sudah pandai berbahasa Belanda. Sesudah itu ayah Sukarno membawanya ke sekolah dasar Belanda atau Europesche Lagere School. Tidak mudah bagi anak Indonesia untuk dapat diterima di sekolah dasar Belanda ini. Orang tua murid mesti harus seorang pegawai negeri pemerintah Hindia-Belanda, dan masih keturunan bangasawan serta dapat berbahasa Belanda. 23 Pada usia 14 tahun, Sukarno tinggal di rumah Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pemimpin Sarekat Islam yang kharismatik, dan disekolahkan ke Hoogere Burger School H.B.S. Dengan mudah, Sukarno yang cerdas diperkenalkan kepada kalangan nasionalis, anggota Jong Java dan anggota Sarekat Islam SI. Sejak tahun 1911 Sukarno telah menerbitkan tulisan-tulisan pertamanya dalam penerbitan-penerbitan nasionalis 23 Ibid, hal: 6-41. Universitas Sumatera Utara Sesudah menamatkan pendidikan HBS di Surabaya, Sukarno sejak tahun 1920 pindah ke Bandung untuk mengikuti kuliah di Sekolah Tinggi Teknik Bandung yang terletak di wilayah Dago. THS memang baru saja dibuka dan diresmikan pada tanggal 3 Juli 1920 atau yang sekarang bernama Institut Teknologi Bandung ITB. Sesudah melalui perjuangan berat selama lima tahun Bung Karno dapat menyelesaikan pelajaran di THS pada tahun 1925. Bung Karno dapat lulus sesudah membuat skripsi tentang perencanaan sebuah pelabuhan. Sejak saat itu nama resminya menjadi Ir.Sukarno

2.1.2. Masa Pergerakan Nasional