perbedaan persamaan, antagonisme, dan mitos. Sistem perbedaan ini menjelaskan bagaimana Sukarno yang dahulunya menjalankan pemerintahan
dengan demokrasi liberal, namun karena berbagai masalah yang terjadi dan ditambah dengan imajinasi Sukarno tentang dirinya dan pemikirannya myth,
kemudian Sukarno menciptakan sebuah musuh baru yaitu demokrasi liberal. Hal ini dilakukan guna menemukan dan mentransformasikan sebuah wacana baru
yaitu wacana „demokrasi terpimpin merupakan demokrasi pancasila dan demokrasi Indonesia asli‟. Sehingga pada akhirnya kita dapat melihat apakah
wacana yang dikembangkan oleh Sukarno dalam pidatonya tersebut dapat menjadi sebuah hegemonic discourse.
3.1. Analisis van Dijk
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis van Dijk memliki tiga dimensi dalam menganalisis wacana, yaitu analisis teks, analisis kognisi
sosial, dan analisis sosial. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya akan menggunakan analisis teks dan analisis kognisi sosial.
3.1.1. Analisis Teks
Van Dijk melihat sebuah teks terdiri atas beberapa strukturtingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topic atau tema yang dikedepakan dalam suatu
berita. Kedua, superstruktur yang merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam
berita secara utuh. Ketiga struktur mikro yang merupakan makna wacana yang
Universitas Sumatera Utara
dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi. Ketiga tingakatan tersebut masing-masing memiliki unit analisis, yang dapat
dijelaskan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1.
Struktur Wacana
Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro TEMATIK Apa Yang Dikatakan
Topik Superstruktur
SKEMATIK Bagaimana pendapat Disusun dan Dirangkai
Skema
Struktur Mikro SEMANTIK Apa Arti Pendapat yang
Ingin Disampaikan Latar, Detil,
Maksud, Praanggapan,
nominalisasi Struktur Mikro
SINTAKSIS bagaimana Pendapat Disampaikan
Bentuk kalimat, koherensi, kata
ganti. Struktur Mikro
LEKSIKON Pilihan Kata Apa yang Dipakai
Kata kunci Struktur Mikro
RETORIS Dengan Cara Apa Pendapat Disampaikan
Grafis, metafora, dan ekspresi
3.1.1.1. Tematik Dimensi tematik merupakan makna global dari suatu wacana. Tema
merupakan gambaran umum mengenai pendapat atau gagasan yang disampaikan seseorang. Tematik ini akan dipahami ketika kita membaca
keseluruhan teks. Pidato ini merupakan pidato kenegaraan yang Presiden Sukarno
sampaikan pada hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 21. Bila sekilas
Universitas Sumatera Utara
membaca atau mendengarkan, pidato ini hanyalah sekedar pidato untuk mereview 21 tahun Indonesia sebagai negara merdeka. Selama 21 tahun
Indonesia sebagai negara merdeka, tentulah akan mengalami masa-masa yang sulit, namun tentunya akan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.
Teks pidato ini menggambarkan bahwa masa-masa sulit yang dihadapi Indonesia terselesaikan dengan Demokrasi Terpimpin.
Ada dua tema utama wacana yang dikembangkan dalam pidato ini. Tema pertama adalah demokrasi terpimpin adalah demokrasi pancasila dan
demokrasi Indonesia asli. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks berikut:
Ha, bagaimana tindakan saya untuk opknappen warisan ini? Memasuki windu pendadaran uang kedua berikutnya, dari tahun 1959 sampai
sekarang, kita dapat men-traceer kembali berdasarkan Dekrit 5 Juli 1959 itu kita kembali kepada Undang-Undang Dasar Proklamsi kita, dan
demokrasi liberal saya bongkar sama sekali dan saya ganti dengan Demokrasi terpimpin, yaitu Demokrasi Gotong Royong, demokrasi
Pancasila, demokrasi Indonesia Asli.
63
Untuk menjelaskan demokrasi terpimpin ini merupakan demokrasi pancasila, Sukarno membuat perbandingan antara masa demokrasi liberal
dengan masa demokrasi terpimpin. Demokrasi liberal diartikan sebagai crucial period dikarenakan banyak masalah yang terjadi baik dari segi ekonomi
atapun politik. Sukarno memaknai hal ini karena demokrasi liberal tidak sesuai dengan Pancasila. Berbeda dengan demokrasi liberal, demokrasi
terpimpin digambarkan telah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
63
Pidato Kenegaraan 17 Agustus 1966, dikutip dari buku Revolusi Belum Selesai: Kumpulan Pidato Presiden Soekarno 30 September 1965-Pelengkap Nawaksara.
Universitas Sumatera Utara
Tema yang kedua adalah demokrasi terpimpin merupakan solusi atas masalah-masalah yang terjadi di masa lampau. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan teks berikut:
Dengan Demokrasi Terpimpin itu perpecahan dan keretakan dalam tubuh alat-alat revolusi dapat saya kembalikan kepada persatuan bangsa dan
kekompakan rakyat dengan memberikan dasar dan landasan kesatuan politik kepadanya.
64
Kemudian,
Dan saya berikan kepada bangsa untuk persatuan politik itu pelbagai kelengkapan dan pelengkapan. Saya berikan pelengkapan Manipol-
Usdek, saya berikan pelengkapan Membangun Dunia Kembali, saya berikan pelengkapan Resopim, saya beri pelengkapan Tri Sakti, saya beri
pelengkapan Berdikari, hingga menjadi kompak-mantap-kokoh landasan idiil daripada perjuangan kita untuk menyelesaikan revolusi. Dengan
kekompakan seluruh rakayat secara demikian, yaitu secara batiniah dan lahiriah itu, pemberontakan-pemberontakan militer dan pengacauan-
pengacauan di bidang politik dan ekonomi dapat kita tindas, hingga keamanan dapat dipulihkan kembali.
65
Dan juga,
Semua kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas tersebut memang benar memakan biaya, tetapi faktanya menunjukkan bahwa kita juga dapat
merasakan hasilnya dengan nyata. Tidakkan keadaan lantas berlainan dengan yang dulu? Berlainan dengan waktu 1950-1959, dimana kita
selalu harus mengalami kenyataan “biaya habis, hasil tidak ada”, kecuali malahan berkobar rebut-rebutan antar kita dengan kita sendiri? Oleh
sebab itu, jika kita secara jujur, mawas diri meninjau perkembangan dari tahun 1959 sampai sekarang, ternyata bahwa banyaklah fakta-fakta yang
membuktikan bahwa kebijaksanaan yang saya terapkan untuk opknappen warisan 1950-1959 itu adalah kebijaksaan yang tepat dan benar.
Penggambaran demokrasi terpimpin sebagai solusi atas masalah-maaslah yang terjadi di demokrasi liberal dijelaskan dengan sangat jelas di pidato ini.
64
Ibid
65
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Sukarno memaknai demokrasi liberal yang sangat kental dengan nilai-nilai barat sebagai akar dari masalah-masalah yang terjadi. Untuk itu, Sukarno
hadir dengan demokrasi terpimpin untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Menggunakan kegagalan di masa lalu dan masalah-masalah yang
terjadi di masa sebelumnya, kemudian ditekankan bahwa masalah tersebut dapat diatasi saat demokrasi terpimpin. Dua tema utama dari teks pidato ini
mensugestikan kepada khalayak bahwa demokrasi terpimpin di bawah kepemimpinan Sukarno adalah sebuah sistem politik yang paling tepat
digunakan oleh bangsa Indonesia. 3.1.1.2. Skematik
Skematik merupakan dimensi dari superstruktur yang menggambarkan bentuk umum suatu teks. Skematik merupakan strategi dari komunikator
untuk mendukung makna umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung. Struktur skematik memberikan tekanan bagian mana yang
didahulukan dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
Wacana dalam pidato ini didukung cara penceritaan yaitu bagaimana satu peristiwa disusun dan dirangkai dengan peristiwa lain. Secara garis besar
skema teks pidato ini peneliti bagi dalam 3 bagian, yaitu bagian awal, pertengahan, dan bagian akhir pidato. Pada bagian awal Sukarno mengajak
khalayak melihat dan mengingat masa lampau yang penuh dengan masalah.
Universitas Sumatera Utara
Berikut contoh teks pidato yang mengajak khalayak untuk mengingat masa lampau:
Cobalah lepaskan pandangan kita lebih jauh lagi ke belakang. Marilah kita mawas diri sejak saat kita terlepas dari cengkraman penjajajh
Belanda di tahun 1950, yaitu apa yang dinamakan Pengakuan Kedaulatan, -recognition of sovereignty. Betapa hebatnya crucial period-
crucial period yang harus kita lalui selama masa 1950-1959 itu. Free fight liberalism sedang merajalela; jegal-jegalan ala demokrasi
parlementer adalah hidangan sehari-hari, main krisis kabinet terjadi seperti dagangan kue, dagangan kacang goring. Antara 1950-1959 kita
mengalami 17 kali krisis kabinet, yang berarti rata-rata sekali tiap-tiap delapan bulan.
66
dan
Dan sebagai titik terdalam dalam crucial period pada waktu itu, sebagai genjotan yang paling nggenjot, rakyat dan bangsa kita dihadapkan
kepada pergulatan sengit melawan usaha-usaha beberapa tokoh yang ingin megganti dasar negara kita, yaitu Pancasila.
67
Kemudian ia lanjutkan dengan teks berikut:
Itulah semua warisan yang saya terima dari zaman 1950-1959. Retak- goyahnya kesatuan bangsa Indonesia pada waktu itu, hampir-hampir
berantakanlah seluruh tubuh revolusi kita Gonjang-ganjinglah kemerdekaan kita terancam oleh bahaya Apa yang saya perbuat waktu
itu untuk menyelematkan kemerdekaan, untuk menyelematkan revolusi? Konstituante yang ternyata tidak mampu menyelesaikan soal yang
dihadapinya, Konstituante itu saya bubarkan dan saya pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang terkenal: kembali kepada
Undang-Undang Dasar 1945, kembali kepada Undang-Undang Dasar Revolusi.
68
Bagian pertengahan pidato, Sukarno menjelaskan masalah dapat diselesaikan dengan Demokrasi terpimpin dan menguraikan
kebijakan-kebijakan yang sedang ia lakukan. Berikut contoh teks yang menuraikan kebijakan tersebut:
Pelaksanaan program stabilisasi politik dan stabilisasi ekonomi yang telah diperinci menjadi 4 program, a. memperbaiki peripenghidupan
rakyat, terutama di bidang sandang-pangan; b. melaksanakan pemilihan
66
Ibid
67
Ibid
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
umum selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968; c. melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional; d.
melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, adalah merupakan tantangan bagi
pembantingan tulang daripda seluruh rakyat kita di bawah pimpinan Kabinet Ampera sekarang ini, dan entah kabinet apa yang kemudian.
Sekali lagi, berhasil atau tidaknya pelaksanaan empat program itu bukanlah semata-mata merupakan tantangan terhadap kepada pemerintah
saja, tetai pada hakikatnya adalah merupakan tantangan bagi seluruh rakyat kita yang berjuang dari Sabang sampai Merauke.
69
Dan Dalam usaha pemerintah untuk segera dapat memenuhi kebutuhan pokok
sandang-pangan kita, kita akan menggerakkan dan memperkembangkan terutama usaha produksi sendiri. Disamping itu kita juga akan
mengusahakan tambahan-tambahan dari luar, manakala produksi sendiri itu belum mencukupi. Memperbesar dan memperkembangkan produksi
dalam negeri itulah dasar dan sumber kemakmuran yang harus kita wujudkan. Sebab, memang usaha memperbesar produksi sendiri itu
adalah
kunci, kunci
untuk menyehatkan
perekonomian kita
memeberantas inflasi. Dalam usaha untuk segera dapat meringankan beban hidup kita sehari-hari, kita harus memusatkan segala perhatian dan
segala kemampuan pemerintah serta rakyat kepada sector-sektor usaha pangan dan sandang, dengan anatara lain usaha-usaha penertiban dan
pengaturan kembali serta rehabilitasi infrastruktur kita, yang di waktu- waktu belakangan ini kadang-kadang malah kita rusak sendiri.
70
Bagian akhir pidato, Sukarno kembali mengajak masyarakat agar tetap mengingat sejarah, yang menekankan pada crucial period tersebut. Berikut
contoh teks yang menunjukkan hal tersebut:
Nah, saudara-saudara, demikianlah beberapa ungkapan introspeksi dan mawas diri dari tahun-tahun yang telah lampau. Panjang, ya 21 tahun ini
penuh dengan pengalaman-pengalaman pahit dan manis, penuh dengan pengalaman-pengalaman plus dan minus. Kewajiban kita adalah
mengoreksi minus-minusnya, menyempurnakan plus-plusnya, sebagai bekal untuk perjalan kita seterusnya, yang masih jauh dan niscaya masih
berat itu. Men leert historie om wijs worden van teveron, ini dari seorang pujangga, pelajarilah sejarah untuk tidak tergelincir di hari depan,
demikianlah Thomas Carlyle, begitu namanya ahli falsafah ini pernah berkata. Kepadamu saya berkata, pelajarilah sejarah perjuanganmu
69
Ibid
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sendiri yang sudah lampau, agar supaya tidak tergelincir dalam perjuanganmu yang akan datang.
71
Itulah intisari daripada peringatanku tadi, Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, never leave history Jangan sekali-sekali
meninggalkan sejarahmu sendiri, never, never leave your own history .”
“Inilah sejarah perjuanganmu, inilah sejarah history-mu. Pegang teguh sejarahmu itu, never leave your own history Pegangah apa yang telah
kita miliki sekarang, yang adalah akumulasi daripada hasil semua perjuangan kta di masa lampau, kataku tadi. Dan kataku tadi, jikalau
engkau meninggalkan sejarah, engkau akan berdiri diatas vacuum, engkau akan berdiri diatas kekosongan, dan perjuanganmu nanti akan
paling-paling bersifat amuk saja, seperti kera di gelap gulita.
Skema ini Sukarno bangun dengan mengaitkan peristiwa-peristiwa. Pertama adalah banyaknya terjadi masalah-masalah yang terjadi dalam kurun
waktu 1950-1959. Pada awal pidato Sukarno telah menguraikan masalah- masalah yang terjadi pada masa demokrasi parlementer. Kemudian ia rangkai
dan kaitkan dengan apa yang menjadi kebijakannya pada masa demokrasi terpimpin. Selanjutnya Sukarno terus mereview kebijakan-kebijakan yang
berhasil ia lakukan pada masa demokrasi terpimpin. Setelah menjelaskan kebijakan-kebijakan yang sedang ia lakukan, kemudian di akhir pidato
kembali ia mengingatkan agar rakyat Indonesia jangan pernah melupakan sejarah.
Dari rangkaian ini kita dapat melihat bahwa skema pidato ini ingin menonjolkan masalah terlebih dahulu, kemudian diselesaikan dengan
kebijakan-kebijakan yang diambil pada masa demokrasi terpimpin. Setelah itu kembali ia tegaskan dengan jangan pernah meninggalkan sejarah, yang dia
maksudkan agar bangsa Indonesia tetap mengingat crucial period tersebut
71
Ibid
Universitas Sumatera Utara
yang telah diselesaikan oleh Sukarno. Hal ini dapat mempengaruhi khalayak bahwa demokrasi terpimpin ataupun sosok Sukarno adalah sosok heroik
dalam masalah ini. Sebagai tambahannya, Sukarno terus menguraikan apa-apa saja kebijakan yang diambil pada masa demokrasi terpimpin dan secara tidak
langsung menggiring pikiran khalayak untuk membandingkannya dengan pemerintahan di masa demokrasi liberal.
Secara garis besar, struktur pidato kenegaraan ini memiliki tiga bagian. Ketiga bagian ini adalah bagian awal yang berisi tentang bagaimana mengajak
khalayak mengingat masa lalu, kemudian bagian tengah yaitu menjelaskan tentang kebijakan yang sedang dilakukan pada masa demokrasi terpimpin, dan
bagian akhir yang kembali mengajak khalayak mengingat masa lampau. Bila dianalisis lebih jauh, ada hal yang menarik dari tiga bagian dari skema pidato
ini. Pertama, pada bagian awal pidato yang mengajak khlayak mengingat masa lalu, S
ukarno banyak menggunakan kata ganti „kita‟. Berikut contoh kutipan pidato:
Bukan satu kali itu saja revolusi kita mengalami suatu period yang crucial, yaitu suatu masa yang berbahaya. Selam duapuluh satu tahun
yang kita jalani ini sudah berulang-ulang revolusi kita dihadapkan kepada crucial period-crucial period yang menggempur dada kita ibarat
gempurannya gelombang topan pada batu karang di tengah lautan.
72
dan
,
Cobalah lepaskan pandangan kita lebih jauh lagi ke belakang. Marilah kita mawas diri sejak saat kita terlepas dari cengkraman penjajajh
Belanda di tahun 1950, yaitu apa yang dinamakan Pengakuan Kedaulatan, -recognition of sovereignty. Betapa hebatnya crucial period-
crucial period yang harus kita lalui selama masa 1950-1959 itu. Free
72
Ibid
Universitas Sumatera Utara
fight liberalism sedang merajalela; jegal-jegalan ala demokrasi parlementer adalah hidangan sehari-hari, main krisis kabinet terjadi
seperti dagangan kue, dagangan kacang goring. Antara 1950-1959 kita mengalami 17 kali krisis kabinet, yang berarti rata-rata sekali tiap-tiap
delapan bulan.
73
Kata ganti „kita‟ dapat diartikan sebagai sikap bersama. Penggunaan kata ganti „kita‟, menurut peneliti adalah untuk menyamakan perasaan antara Sukarno
dan masyarakat. Selain untuk menyamakan perasaan, hal ini juga digunakan untuk membangun logika tentang demokrasi liberal tersebut. Sehingga pada
akhirnya, khalayak akan memiliki cara pandang yang sama dengannya bahwa tahun 1950-1959 merupakan masa-masa yang gawat dan kritis.
Kedua, berbeda dengan bagian awal yang banyak menggunakan kata ganti „kita‟, maka di bagian pertengahan pidato, kalimat lebih banyak
menggunakan kata „sayaaku‟. Bagian pertengahan ini adalah bagian yang banyak menjabarkan tentang kebijakan-kebijakan di masa demokrasi
terpimpin. Berikut contoh kutipan teks pidato pada bagian pertengahan:
Duduknya perkara adalah begini. Saya memerintahkan Jenderal Soeharo mencari penyelesaian secara damai atas dasar Manila Agreement.
Jenderal Soeharto mulai bekerja. Dan tadi saya berkata, setapak demi setapak mencapai hasil. Tapi dari laporan-laporan yang saya terima, dari
beliau juga, ternyata bahwa pihak Kuala Lumpur pada perundingan itu alot sekali menerima usul-usl kita untuk memnuhi Manila Agreement itu,
alot sekali menerima usul-usul dari piahka kita sesuai dengan Manila Agreement itu. Kumaha ieu, bagaimana ini?
Well, saya lantas anggap perlu untuk sedikit tarik muka anger dalam perundingan ini. Saya anggap perlu memberi tulang punggung kepda
Soeharto dalam perundingan ini. Saya anggap perlu memberi back bone sedikit kepadanya. Dan saya lantas berkata, kalau mereka tidak mau
menerima usul-usl kita buat implementasi Manila Agreement itu, maka kita akan jalankan terus konfrontasi
74
73
Ibid
74
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Kemudian,
Saudara-saudara, maka demikianlah Manila Agreement yang dul ditandatangani dengan khidmat di Manila itu, dengan saya sebagai salah
seorang pengambil inisiatifnya yang aktif, ternyata membawa manfaat besar kepada perjuangan kepada perjuangan melawan neo-kolonialisme
dan kepada perikiehidupan di Asia Tenggara….
75
selain itu,
Justru itulah yang saya ikhtiarkan Justru itulah saya kerjakan siang dan malam. Justru itulah yang saya anggap sebagai salah satu tugas hidup
saya . Justru itulah yang saya anggap sebagi salah satu life dedication
saya . Bahwa mengenai gagasan Conefo kita harus menyesuaikannya
dengan kondisi dalam negeri dan kemampuan-kemampuan dalam penyelenggaraanya, oo, itu adalah logis. Itu spreekt vanzelf. Itu adalah
terang sebagi 2x2=4.
76
dan
Nah, saya mau meningkatkan perjuangan perombakan PBB itu lebih dahulu di luar PBB. Antara lain, antara lain karena ada peningkatan lain
juga, saya mau mengadakan Conefo lebih dahulu. Baru nanti setelah peningkatan perjuangan perombakan itu di luar dan di dalam Conefo,
baru nanti kita tetapkan kapannya atau waktunya kita kembali ke dalam PBB. Bandingkan taktik ini dengan politik saya terhadap Malaysia;
konfrontasi lebih dahulu, baru kemudian perundingan. Dan perhatikan pidato saya
“Membangun Dunia Kembali” di New York, To Build a The
New World. Disitu saya jelaskan bahwa PBB sekarang ini adalah sarang daripada negar-negara besar, didominasi oleh negara-negara imperialis.
Sesungguhnya, perjuangan perombakan PBB adalah satu bagian daripada perjuangan antiimperialis
77
Penggunaan kata ganti „sayaaku‟ adalah untuk menjelaskan peran individu. Menurut peneli
ti penggunaan kata ganti „saya‟ pada bagian pertengahan ini, adalah untuk meyakinkan khlayak tentang peran Sukarno
yang besar dalam pembangunan pada masa Demokrasi Terpimpin. Bila di bagian awal pidato Sukarno banyak menekankan sikap dan perasaan
75
Ibid
76
Ibid
77
Ibid
Universitas Sumatera Utara
bersama, maka di bagian pertengahan ini, lebih banyak menonjolkan kelebihan dirinya. Hal ini tidak lain adalah untuk membangun sebuah citra
positif tentang dirinya dan demokrasi terpimpin tersebut. Pada bagian akhir pidato, tidak terlalu terlihat kecenderungan dengan
menggunakan kata ganti tersebut. Pengolahan struktur kalimat dengan menggunakan kata ganti sangat terlihat pada bagian awal dan pertengahan.
Bila sekilas dibaca, tidak ada yang menarik dari skema pidato ini. Akan tetapi, Sukarno dapat membangun logika tersebut, walaupun secara
implisit, dengan menggunakan kata ganti. Pada bagian awal pidato Sukarno membangun sebuah logika bahwa demokrasi liberal merupakan
sebuah periode gawat. Hal ini dilakukan dengan cara membuat menjadi perasaan bersama. Ketika khalayak telah memiliki pandangan yang sama
mengenai demokrasi liberal, maka kemudian Sukarno muncul sebagai pemimpin yang menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini terlihat dari
struktur kalimat yang menggunakan kata ganti „saya‟. Sehingga, dapat terlihat pola pidato yang dibentuk oleh Sukarno, yaitu dengan membuat
„seolah-olah‟ perasaan bersama, kemudian menonjolkan kelebihan dirinya sebagai seorang Presiden.
3.1.1.3. Semantik Dimensi semantik melihat bagaimana makna yang ditunjukkan suatu
teks. Bentuk strategi semantik ini antara lain latar, detail, maksud dan pengandaian. Latar peristiwa dipakai untuk menjelaskan latar belakang hendak
Universitas Sumatera Utara
kemana makna suatu teks itu dibawa. Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan
secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, sebaliknya ia akan menampilkan informasi dalam jumalah yang sedikit apabila hal itu merugikan
dirinya.
78
a. Latar
Latar merupakan elemen wacana yang dapat memperngaruhi semantik arti kata yang ingin ditampilkan. Seorang komunikator ketika
menyampaikan pendapat biasanya mengemukakan latar belakang dan pendapatnya. Latar dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak
hendak dibawa. Wacana dalam pidato kenegaraan ini muncul diantaranya lewat
pemberian latar. Latar yang dipakai dalam pidato ini adalah latar historis. Pengalaman politik seperti krisis kabinet, kemunduran ekonomi,
pemberontakan yang terjadi menjadi latar untuk membantu Sukarno membentuk wacana dalam pidato ini.
Wacana dalam pidato ini dibentuk dengan memberikan latar historis di masa lampau. Pengalaman masa lalu seperti pergantian kabinet dan
kemunduran ekonomi kerap disebutkan Sukarno dalam pidato ini. Latar historis ini merupakan pintu masuk bagi Sukarno untuk menekankan
78
Eriyanto, Op.cit.
Universitas Sumatera Utara
kepada khalayak agar peristiwa tersebut jangan sampai terulang. Latar historis tersebut dapat dilihat dari kutipan teks tersebut:
Betapa hebatnya crucial period-crucial period yang harus kita lalui selama masa 1950-1959 itu. Free fight liberalism sedang merajalela;
jegal-jegalan ala demokrasi parlementer adalah hidangan sehari-hari, main krisis kabinet terjadi seperti dagangan kue, dagangan kacang
goring. Antara 1950-1959 kita mengalami 17 kali krisis kabinet, yang berarti rata-rata sekali tiap-tiap delapan bulan.
79
dan,
Berbareng dengan crucial period-nya krisis-krisis kabinet dan krisis demokrasi itu, kita juga mengalami kerewelan-rewelan dalam urusan
daerah, kerewelan-rewelan
dalam urusan
tentara, mengalami
industrialisasi yang tepat, tetapi industrialisasi tambal sulam zonder overall
–planning yang jitu, mengalami, aduh, Indonesia yang subur loh jenawi, bahkan kecukupan bahan makanan tetapi impr beras terus
menerus, mengalami bukan membumbung tingginya kebudayaan nasional yang patut dibangga-banggakan, tetapi gila-gilaanya rock and
roll, geger ributnya swing dan jazz, kemajnunnya twist dan mambo rock, banjirnya literatur komik.
80
Selain itu,
Pengeluaran uang menjadi terus-menerus meningkat, antara lain dan teristimewa karena diperlukan untuk operasi politik, operasi militer, dan
opersi administrasi. Biaya yang meningkat-ningkat ini mengakibatkan inflasi yang sungguh sukar dapat dibendung. Harga-harga dan tarif-tarif
terus menaik, pendapatan dari para buruh dan pegawai sebaliknya terus- menerus merosot dalam nilainya karena uang kita semakin kehilangan
kekuatan nilai tukarnya. Tibalah sebagi puncak dalam crucial period-nya ekonomi keuangan itu tindakan pengguntingan uang, yang ternyata
malah menambah hebatnya inflasi dan menambah beratnya pederitaan dan pengorbanan rakyat
81
Dengan memberi latar historis, Sukarno ingin menarik garis batas kegagalan di masa lalu sebagai akibat dari demokrasi liberal tersebut.
Lewat teks ini ditekankan bahwa sumber kegagalan di masa lalu adalah demokrasi ala barat yang tidak sesuai dengan pancasila.
79
Pidato Kenegaraan 17 Agutus 1966
80
ibid
81
Ibid
Universitas Sumatera Utara
demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer tidak dianggap Sukarno sebagai sebuah kebebasan berpendapat, namun
dianggap sebagai perpecahan yang membuat kondisi politik tidak stabil.
Sukarno memakai elemen latar sejarah untuk mendukung pendapatnya. Latar yang diberikan dipakai untuk menggiring pikiran
khalayak agar memiliki penafsiran yang sama dengannya. Penggunaan latar sejarah ini ia terapkan dengan ajakan untuk selalu mengingat
masa lalu, dan jangan sampai melakukan kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu itu pula.
b. Detail
Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang
komunikator. Informasi
yang menguntungkan
komunikator, ditampilkan secara berlebih. Sebaliknya informasi yang merugikan komunikator akan ditampilkan sesedikit mungkin. Detail
yang lengkap dan panjang lebar merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.
Berikut pemakaian detail dalam pidato kenegaraan:
Pelaksanaan program stabilisasi politik dan stabilisasi ekonomi yang telah diperinci menjadi 4 program, a. memperbaiki peripenghidupan
rakyat, terutama di bidang sandang-pangan; b. melaksanakan pemilihan umum selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968; c. melaksanakan
politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional; d. melanjutkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya, adalah merupakan tantangan bagi pembantingan tulang daripda seluruh rakyat kita di bawah pimpinan
Kabinet Ampera sekarang ini, dan entah kabinet apa yang kemudian.
Universitas Sumatera Utara
Sekali lagi, berhasil atau tidaknya pelaksanaan empat program itu bukanlah semata-mata merupakan tantangan terhada kepada pemerintah
saja, tetai pada hakikatnya adalah merupakan tantangan bagi seluruh rakyat kita yang berjuang dari Sabang sampai Merauke.
82
dan,
Dalam usaha pemerintah untuk segera dapat memenuhi kebutuhan pokok sandang-pangan kita, kita akan menggerakkan dan memperkembangkan
terutama usaha produksi sendiri. Disamping itu kita juga akan mengusahakan tambahan-tambahan dari luar, manakala produksi sendiri
itu belum mencukupi. Memperbesar dan memperkembangkan produksi dalam negeri itulah dasar dan sumber kemakmuran yang harus kita
wujudkan. Sebab, memang usaha memperbesar produksi sendiri itu adalah
kunci, kunci
untuk menyehatkan
perekonomian kita
memeberantas inflasi. Dalam usaha untuk segera dapat meringankan beban hidup kita sehari-hari, kita harus memusatkan segala perhatian dan
segala kemampuan pemerintah serta rakyat kepada sector-sektor usaha pangan dan sandang, dengan antara lain usaha-usaha penertiban dan
pengaturan kembali serta rehabilitasi infrastruktur kita, yang di waktu- waktu belakangan ini kadang-kadang malah kita rusak sendiri
83
Dari kutipan teks pidato diatas terlihat bagaimana Sukarno menjelaskan dengan panjang lebar apa yang menjadi kebijakannya.
Walaupun Sukarno tidak menguraikan keberhasilannya, menjelaskan kebijakan di masa demokrasi terpimpin sudah cukup untuk menggiring
pikiran khalayak. Namun dalam teks pidato ini tidak dijelaskan mengenai detail masalah-masalah yang terjadi di masa demokrasi terpimpin. Bahkan
pemberontakan yang terjadi pada 30 September tidak diungkit dalam pidato ini. Seperti yang diketahui kondisi politik di masa demokrasi
terpimpin tidak begitu stabil. Hal ini dikarenakan perang dingin yang terjadi antara Sukarno, PKI dan Angkatan Darat. Penyebab utama dari
masalah ini adalah upaya nasakomisasi dalam tubuh angkatan darat dan
82
Ibid
83
Ibid
Universitas Sumatera Utara
juga isu pembentukan angkatan kelima.
84
Selain kondisi politik yang tidak stabil, kondisi perekonomian juga tidaklah baik. Pada tahun 1964 inflasi
meningkat sampai 134. Bahkan pada September 1965 perekonomian bangsa Indonesia dapat dikatakan hampir runtuh. Inflasi sangat tinggi,
dengan harga barang-barang naik sekitar 500 selama tahun itu. Detail- detail seperti ini tidak dijelaskan oleh Sukarno, bahkan tidak disinggung
sedikitpun. c.
Ilustrasi Elemen ilustrasi hampir mirip dengan elemen detail. Kalau elemen
detail melihat bagaimana komunikator menampilkan informasi secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, maka ilustrasi melihat
kontrol informasi dilakukan komunikator lewat contoh ilustrasi. Dengan kata lain, informasi yang posistif mangenai komunikator akan
disampaikan melalui ilustrasi panjang lebar dengan berbagai perbandingan Berikut contoh ilustrasi yang dipakai pada pidato kenegaraan.
Pancasila adalah, seperti yang seringkali kukatakan, satu hogere optrekking daripada Declaration of Independence Amerika dan
Menifesto Komunis. Bahkan lebih jauh daripada itu saya telah sering berkata, Revolusi Indonesia adalah satu vebertede editie, dan Insya Allah
satu laatste editie daripada revolusi-revolusi di dunia sekarang ini.
Lihatlah revolusi-revolusi lain Revolusi Amerika sudah tinggal hanya menjadi satu historis moment dan satu historis monumen saja, atau
bahasa asingnya , De Amerikaanse Revolutie is maar een historisch moment en een historisch monument geworden Kenapa? Revolusi
Amerika terjadi hampir dua abad yang lalu.
Revolusi Perancis sudah tinggal hanya menjadi satu historis momentdan satu historis monument saja, atau dalam bahasa asingnya De
84
Nur Fitri Hermayati, 2012, Upaya Nasakomisasi TNI-AD dan Dampaknya Pada Situasi Politik Indonesia Tahun 1960-1967 [Skripsi], Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, hal.7.
Universitas Sumatera Utara
France Revolutie is maar een historisch moment en een historisch monument geworden Kenapa? Revolusi Prancis terjadi hampir dua abad
yang lalu. Revolusi Soviet pun sudah lamat-lamat mungkin nanti menuju
kepada satu historis momen dan satu historis monumen saja, atau De Soviet Revolutie, mogelijk, dreigt later ook slechts een historisch moment
en een historisch monument te worden Kenapa? Revolusi Soviet pecah setengah abad yang lalu. Atau kalau kita hitung dari tahun 1905, yang
oleh Lenin dikatakan generale repetite daripada revolusi, sudah 60 tahun yang lalu.
Sudah tentu kita mengambil keuntungan-keuntungan besar daripda revolusi-revolusi tersebut. Akan tetapi Revolusi Indonesia tidak bisa dan
tidak boleh hanya didasarkan atas pengalaman-pengalaman dan hasil- hasil Revolusi Amerika, Revolusi Perancis, Revolusi Soviet itu saja.
Cita-cita dan misi serta konsep daripada revolusi kita harus merupakan penggalian daripada tuntutan-tuntutan seluruh umat-umat
manusia umumnya dan rakyat Indonesia sendiri pada khususnya pada waktu itu, yaitu dalam abad ke-20 ini Bukan dua abad yang lalu seperti
Revolusi Amerika, bukan dua abad yang lalu seperti Revolusi Perancis, bukan hampir tigaperempat abad seperti Revolusi Soviet. Tetapi
Revolusi Indonesia haruslah mencerminkan revolusi umat manusia dan revolusi Bangsa Indonesia sendiri pada waktu ini pada abad ke-20.
Saya berkata bahwa Nasakom atau Nasasos atau Nasa apapun adalah unsur mutlak daripada pembangunan Bangsa Indonesia.
Nasionalisme, Ketuhanan, sosialisme dengan nama apapun adalah merupakan tuntutan daripada tiap jiwa manusia, tiap bangsa, tuntutan
seluruh umat manusia.
85
Kutipan tersebut menggiring pikiran khalayak untuk melihat bagaimana revolusi yang terjadi di Amerika, Perancis dan Uni Soviet
hanya menjadi sejarah belaka, tanpa adanya perubahan apapun. Untuk itu, agar Revolusi Indonesia dapat berhasil, maka revolusi harus dilakukan
berdasarkan nilai-nilai keindonesiaan. Revolusi harus berasal dari tuntutn rakyat Indonesia itu sendiri, dan menurut Sukarno Nasionalisme,
Ketuhanan dan Sosialisme adalah tuntutan rakyat Indonesia.
85
Pidato Kenegaraan 17 Agustus 1966
Universitas Sumatera Utara
d. Praanggapan
Elemen prananggapan presupposition merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pranggapan adalah upaya
mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang
terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Berikut contoh praanggapan dalam kutipan teks pidato kenegaraan berikut:
Saya berkata bahwa Nasakom atau Nasasos atau Nasa apapun adalah unsur mutlak daripada pembangunan Bangsa Indonesia.Nasionalisme,
Ketuhanan, sosialisme dengan nama apapun adalah merupakan tuntutan daripada tiap jiwa manusia, tiap bangsa, tuntutan seluruh
umat manusia
. Oleh sebab itu, ini harus kita pertumbuhkan secara konsekuen, tanpa dipengaruhi oleh pikiran atau doktrin yang sudah
lapuk, baik dari ekstrem kanan maupun dari ekstrem kiri
86
Dalam kutipan teks tersebut pranggapan yang dipakai adalah yang dicetak tebal. Dalam kutipan tersebut, ditekankan bahwa Nasakom
merupakan unsur yang berasal dari rakyat Indonesia, sehingga nasakom harus menjadi landasan pembangunan. Secara ilmplisit dinyatakan bahwa,
pembangunan di Indonesia tidak akan berjalan bila menggunakan nilai- nilai yang tidak sesuai dengan tuntutan rakyat. Dengan praanggapan
seperti itu, maka masyarakat diajak untuk berpikir bahwa Nasakom merupakan landasan bagi pembangunan, karena sesuai dengan kepribadian
Bangsa Indonesia. Di sisi lain, pembangunan Bangsa Indonesia tidak akan berjalan bila menggunakan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan bangsa
86
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Lewat praanggapan ditekankan kebenaran pernyataan itu. Khalayak diharapkan menerima saja. Praanggapan adalah alat rekayasa
simbolik untuk mengontrol wilayah kesadaran publik. Analisis semantik melihat makna yang ingin ditekankan dalam teks
pidato. Dari analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa teks pidato yang disampaikan memiliki tujuan untuk menggambarkan Sukarno atau
Demokrasi Terpimpin secara positif. Makna yang ingin ditekankan bahwa demokrasi terpimpin ini berbeda dengan demokrasi liberal dengan
menggunakan latar historis. Pemakaian latar historis tersebut bertujuan menarik garis pembeda antara demokrasi terpimpin dan demokrasi liberal,
sehingga dapat menjadi alasan pemebenar gagasan demokrasi terpimpin tersebut. selain makna tersebut, yang ingin ditekankan selanjutnya adalah
bahwa masa demokrasi terpimpin telah melakukan banyak kebijakan- kebijakan. Hal ini dapat dilihat dari pemakaian detil yang panjang dan
jelas. Makna demokrasi terpimpin merupakan pengejawantahan tutntutan rakyat Indonesia juga Sukarno tekankan dalam pidato ini. Pemakaian
ilustrasi dan praanggapan adalah elemen yang menguatkan makna ini. 3.1.1.4. Sintaksis
Proses manipulasi politik untuk menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif dapat dilakukan dengan cara sintaksis. Sintaksis
dilakukan dengan pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian kategori sintaksis yang spesifik, pemakaian kalimat aktif dan pasif, pelekatan anak
Universitas Sumatera Utara
kalimat, pemakaian kaliamat yang kompleks dan sebagainya. Strategi yang digunakan pada sisntaksis ini antara lain, koherensi, kata ganti, bentuk
kalimat, dan nominalisasi. a.
Bentuk Kalimat Kalimat aktif digunakan apabila ingin menerangkan sesuatu yang
positif. Namun apabila yang diterangkan sesuatu yang negatif, maka struktur kalimat diubah menjadi pasif. Sehingga, sesuatu yang negatif itu
diletakkan pada posisi di belakang kalimat. Pidato kenegaraan ini banyak menggunakan struktur kalimat aktif.
Subyek dari pernyataan adalah Sukarno sendiri atau pemerintah. Berikut contoh kutipan teks dengan menggunakan struktur kalimat aktif:
Dalam usaha pemerintah untuk segera dapat memenuhi kebutuhan pokok sandang-pangan kita, kita akan menggerakkan dan memperkembangkan
terutama usaha produksi sendiri. Disamping itu kita juga akan mengusahakan tambahan-tambahan dari luar, manakala produksi sendiri
itu belum mencukupi. Memperbesar dan memperkembangkan produksi dalam negeri itulah dasar dan sumber kemakmuran yang harus kita
wujudkan. Sebab, memang usaha memperbesar produksi sendiri itu adalah
kunci, kunci
untuk menyehatkan
perekonomian kita
memeberantas inflasi. Dalam usaha untuk segera dapat meringankan beban hidup kita sehari-hari, kita harus memusatkan segala perhatian dan
segala kemampuan pemerintah serta rakyat kepada sector-sektor usaha pangan dan sandang, dengan anatara lain usaha-usaha penertiban dan
pengaturan kembali serta rehabilitasi infrastruktur kita, yang di waktu- waktu belakangan ini kadang-kadang malah kita rusak sendiri.
87
Dan
Dalam pada itu pagi-pagi saya telah mengeluarkan peringatan kepada bangsa dan rakyat akan bahaya gontok-gontokan dan jegal-jegalan dalam
menyelenggarakan pemilihan umum.
88 87
Ibid
88
Ibid
Universitas Sumatera Utara
b. Kata Ganti
Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Dalam mengungkapkan
sikapnya seseorang
dapat menggunakan
sayaakukami yang
menggambarkan sikap resmi komunikator semata. Akan tetapi memakai kata ganti kita bila menjadikan sikap itu sebagai repsentasi sikap bersama.
Dalam pidato kenegaraan ini, Sukarno menggunakan kata sayaaku dan kita dengan jumlah yang kurang lebih hampir sama. Kata ganti sayaaku
digunakan Sukarno bila ingin menunjukkan kelebihannya, dan sisi heroiknya. Berikut contoh kutipan teks pidato kenegaraan dengan
menggunakan kata ganti sayaaku:
“Konstituante yang ternyata tidak mampu menyelesaikan soal yang dihadapinya, Konstituante itu saya bubarkan dan saya pada tanggal 5 Juli
1959 mengeluarkan Dekrit Presiden yang terkenal: kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945, kembali kepada Undang-Undang Dasar
Revolusi.”
89
kemudian,
“Dan saya berikan kepada bangsa untuk persatuan politik itu pelbagai kelengkapan dan pelengkapan. Saya berikan pelengkapan
Manipol-Usdek, saya berikan pelengkapan Membangun Dunia Kembali, saya berikan pelengkapan Resopim, saya beri pelengkapan Tri Sakti,
saya beri pelengkapan Berdikari, hingga menjadi kompak-mantap-kokoh
landasan idiil daripada perjuangan kita untuk menyelesaikan revolusi”
90
selain itu
89
Ibid
90
Ibid
Universitas Sumatera Utara
“Pendek kata, hasil politis, hasil ekonomis, hasil moneter, prestige, respect dunia internasional kepda kita, nation building, character
building, selfrespect dan selfconfidence, semangat Berdikari, semua, semua ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai kebijaksanaan yang
saya jalankan sejak tahun 1959 untuk opknappen warisan jahat yang saya
sebut tadi”
dan,
“Justru itulah yang saya ikhtiarkan Justru itulah saya kerjakan siang dan malam. Justru itulah yang saya anggap sebagai salah satu tugas
hidup saya. Justru itulah yang saya anggap sebagi salah satu life dedication
saya.”
91
Berikut contoh kutipan teks pidato kenegaraan dengan menggunakan kata ganti kita:
“Tetapi kenapa kita sudah terjadinya Gestok itu harus ubah haluan? Kenapa kita sesudah terjadinya Gestok itu harus melemparkan jauh
kebeberapa hal yang sudah nyata baik? Tidak Pancasila, Panca Azimat, Tri Sakti, harus kita pertahankan terus, malahan harus kita pertumbuhkan
terus”
92
“Dengan tetap berpegang teguh dan tidak boleh melepaskan kepada mahkota kemerdekaan kita yang yang berwujud prinsip Berdikari, kita
mengusahakan dan mencari kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan dengan kawan-kawan di seluruh dunia, terutama sekali
kawan-kawan bangsa seperjuangan, untuk memperkembangkan dan memajukan kehidupan sosial ekonomi kita. Hendaknya kita selalu
mengingat bahwa prinsip Berdikari menolak kebijaksanaan minta-minta, menolak kebijaksanaan mengemis, apalagi mengemis kepada musuh
yang hanya akan merendahkan martabat dan harkat kebangsaan kita
sebagai rakayat yang merdeka.”
93
Dari beberapa kutipan tersebut dapat dilihat perbedaan makna bila menggunakan kata ganti “saya” dan “kita”. Dalam pidato ini, Sukarno
menggunakan kata ganti “saya” bila ingin memperlihatkan prestasinya, sisi baiknya, sisi heroiknya, dan betapa besar beban yang ia tanggung.
91
Ibid
92
Ibid
93
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Sementara pemakaian “kita” ia gunakan sebagai representasi dari sikap bersama. Pemakian kata ganti “kita” mempunyai implikasi menumbuhkan
solidaritas dan mengurangi kritik. Pemakaian kata ganti “kita”menciptakan komunitas antara Sukarno d
an rakyat Indonesia. kata ganti “kita” membuat seolah-olah apa yang menjadi sikap Sukarnopemerintah menjadi sikap
rakyat Indonesia. Padahal ada kemungkinan tidak semua rakyat Indonesia memiliki sikap yang sama dengan Sukarno. Namun, pemakaian kata ganti
“kita” menjadikan batas antara Sukarnopemerintah dengan rakyat Indonesia menjadi hilang. Sehingga, dalam pidato ini apa yang menjadi
sikap atau pendapat Sukarno akan menjadi sikap dan pendapat rakyat Indonesia.
3.1.1.5. Leksikon Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas bebagai kemungkinan kata yang tersedia. Dengan demikian pilihan kata yang dipakai tidak semata hanya karena kebetulan, tetapi juga secara ideologis
menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap faktarealitas. a.
Kata Kunci Elemen kata kunci adalah kata-kata yang sering dipakai dan digunakan
oleh komunikator dalam mengungkapkan gagasannya. Karenanya kata kunci menunjukkan sisi ideologis dari komunikator. Ada beberapa kata
kunci yang peneliti temukan dalam pidato kenegaraan ini.
Universitas Sumatera Utara
1. Crucial Period. Kata kunci yang paling utama dalam pidato
kenegaraan ini adalah “crucial period”. Kata “crucial period” disebutkan pada awal pidato dan diulang sebanyak lima belas kali.
Crucial period menggambarkan sebuah masa yang penuh dengan masalah-masalah, seperti masalah politik, ekonomi dan sosial.
Penggunaan kata crucial period ini menunjukkan masa demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer.
2. Sejarah. Kata lain yang tidak kalah penting dalam pidato
kenegaraan ini adalah kata sejarah. Sukarno membangun wacana ini dengan menggiring pikiran khalayak agar mengingat sejarah. Di
awal pidato Sukarno mengajak masyarakat agar mengingat masa lalu yang penuh dengan masalah agar tidak terulang kembali.
Kemudian di akhir pidato, Sukarno kembali mengulang kata sejarah sebagai bagian yang tidak terpisahan dari perjalanan sebuah
bangsa. 3.
Warisan. Kata terakhir yang menurut peneliti menarik adalah kata “warisan”. Kata ini disebutkan pada awal pidato. Kata “warisan”
disebutkan untuk menggambarkan masalah-masalah yang terjadi di masa demokrasi liberal diselesaikan oleh Sukarno. Penggunaaan
kata “warisan” untuk menekankan bahwa masalah yang terjadi di masa demokrasi liberal bukanlah karena Sukarno, melainkan orang
lain. Namun, masalah tersebut diberikan ke Sukarno untuk
Universitas Sumatera Utara
diselesaikan. Sehingga, Sukarno menggunakan kata “warisan” untuk menggambarkannya.
Dari analisis teks tersebut dapat kita lihat bagaimana unsur tematik, skematik, smantik, sintaksis, dan leksikon pidato tersebut. Wacana dalam pidato
ini mengangkat tentang demokrasi terpimpin adalah demokrasi pancasila dan demokrasi asli Indonesia. Cara Sukarno membangun wacana ini dengan
menggiring khalayak untuk terus mengingat masa lampau yang penuh dengan masalah. Bahkan melalui pidato ini, salah satu quotes Sukarno yang terkenal,
yaitu JAS MERAH terbentuk. Terbentuknya quotes „jangan sekali-sekali
meninggalkan sejarah‟ bila dianalisis melalui analisis teks van Dijk tentunya berkaitan erat dengan bagaimana Sukarno membangun wacana dalam pidato ini.
3.1.2. Analisis Kognisi Sosial