1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga
dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba Schipper, 1989. Sedangkan Healy dan Wahlen 1999 dalam Beneish 2001 menyatakan bahwa earnings
management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan
keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang
mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba muncul sebagai dampak masalah keagenan yang terjadi
karena adanya ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham principal dan manajemen perusahaan agent.Pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterahkan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat sedangkan agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Salno dan Baridwan, 2000.Dalam kondisi seperti ini
diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
2 Sri Sulistyanto 2008:6 mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.Manajemen laba earningmanagement merupakan potensi manajemen akrual untuk memperoleh keuntungan.Upaya
perusahaan atau pihak-pihak tertentu untuk merekayasa, memanipulasi informasi, bahkan melakukan tindakan manajemen laba yang dapat menyebabkan laporan
keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamentalnya, karena laporan keuangan seharusnya berfungsi sebagai media komunikasi manajemen dengan pihak eksternal
atau antara perusahaan dengan pemangku kepentingan. Manajemen laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai sepenuhnya pada angka laba hasil rekayasa tersebut. Manajemen laba tidak hanya merugikan investor, namun juga dapat berbalik
merugikan manajemen. Jika investor sampai mengetahui informasi yang disajikan manajemen tidak benar, harga saham yang overvalued bisa menjadi undervalued.
Harga saham yang lebih rendah dari harga sesungguhnya merugikan manajemen, karena mempertinggi biaya manajemen untuk memperoleh tambahan dana dari pasar
modal Setiawan dan Na ’im, 2000.
Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya ditujukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana
laba tersebut dihasilkan.Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan beberapa tindakan yang disebut manajemen laba earningmanagement.Sudut
Universitas Sumatera Utara
3 pandang tradisional bahwa ketidakstabilan pada laporan pendapatan merupakan tanda
risiko yang meninggi, menghasilkan risk premium yang tinggi.Sudut pandang ini memberikan kesempatan kepada praktik perataan laba.
Terjadinya skandal keuangan di beberapa perusahaan, merupakan kegagalan integritas laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna
laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomi perusahaan sehingga laba yang diharapkan dapat
memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Jika informasi yang disampaikan dapat memenuhi kebutuhan
stakeholders, maka praktik manajemen laba dapat diminimalkan Budiono, 2005. Perilaku manajer dalam melakukan manajemen laba dapat diminimalisir
dengan menerapkan good corporate governance. Meningkatkan efisiensi sebuah perusahaan dengan good coorporate governance, yang merupakan serangkaian
hubungan antara manajer perusahaan dengan dewan komisaris, pemegang saham, dan para stakeholder perusahaan. Good coorporate governance mendorong tercapainya
kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006: 5. Sebagaimana diungkapkan oleh Cadbury bahwa good coorporate governance adalah mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan agar tercapai kesinambungan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur
Universitas Sumatera Utara
4 kewenangan Direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan
dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu. Pada prinsipnya corporate governance menyangkut kepentingan para
pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan stakeholders dalam corporate governance,
transparansi dan penjelasan, serta peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit. Beberapa penelitian telah dilakukan Penelitian Chtourou 2001, Wedari
2004 dan Nasution dan Setiawan 2007 menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Penelitian mereka tersebut melaporkan bahwa
dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif signifikan dengan manajemen laba. Artinya dewan komisaris independen mampu mengurangi
manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Berbeda dengan penelitian Siregar dan Utama 2005 dan Nuryaman 2008 yang menunjukkan bahwa dewan komisaris
tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba. Jika dilihat dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat perbedaan hasil penelitian
yang berkaitan dengan pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Dalam penelitian Tarjo 2008 menunjukkan hasil bahwa leverage mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan dalam penelitian Jao dan Pagulung 2011 menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
5 Variabel lain yang berpengaruh pada manajemen laba adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan menurut Sumarmadji dan Sularto 2007 menggambarkan total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan dengan ukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari pada stakeholdersnya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para
investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kesenjangan penelitian serta hasil-hasil yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih
lanjut mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur.Sebagai bahan perbandingan, penelitian ini juga mereplikasi penelitian Siti Nayiroh yang dilakukan
di Indonesia. Dengan objek penelitian perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Penelitian ini berusaha menyelidiki adanya
praktik manajemen laba serta menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhuinya seperti kepemilikan keluarga, komisaris independen, komite
audit, kualitas audit, ukuran perusahaan, growth. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel leverage dan profitabilitas karena dalam penelitian Siti
Nayiroh variabel ini tidak ditemukan dengan manajemen laba. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul :
“ PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, LEVERAGE DAN PROFITABILITAS
TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
”.
Universitas Sumatera Utara
6
1.2 Rumusan Masalah