20 dengan auditor eksternal akan memeriksa laporan keuangan perusahaan beserta
ketaatan teradap peraturan yang berlaku sebelum diverifikasi oleh auditor eksternal. Semakin besar komposisi komite audit maka pemeriksaan ketaatan terhadap
peraturan internal perusahaan dan laporan keuangan auditan akan lebih maksimal sehingga kemungkinan asymmetric information baik itu berupa moral hazard
maupun adverse selection antara manajer dan pemegang saham akan dapat diminimalisir dan praktik manajemen laba dapat dihindari.
Tujuan dari keberadaan komite audit di perusahaan seperti yang diungkapkan dalam Susiana dan Herawaty 2007 adalah:
1 Memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum serta disajikan secara wajar dan tidak menyesatkan. 2 Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan telah
memadai. 3 Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti kemungkinan penyimpangan
material dalam bidang keuangan dan implikasi hukumnya 4 Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang akan
melakukan audit di perusahaan.
2.1.5.7 Kualitas Audit
Secara umum audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
21 dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut
dengan criteria yang telah ditetapkan Mulyadi, 2001. Moizer 1981 dalam Irawati 2011 menyatakan bahwa pengukuran kualitas
proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada stardar yang telah digariskan, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam SPAP 2011 : 110
yang menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Zhou dan Elder 2004
dalam Rachmawati 2013 menyatakan bahwa kualitas audit tidak dapat diobservasi secra langsung. Persepsi mengenai kualitas audit biasanya berkaitan dengan nama
auditor, termasuk disini adalah pengalaman industri dan kemampuan untuk mengungkapkan kesalahan yang dilakukan manajemen.
2.1.5.8 Leverage
Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan
yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka risiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan
yang semakin besar. Leverage dalam Van Horne 2007:182 adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas. Leverage merupakan
pedang bermata dua menurut Van Horne 2007:182 yang mana jika laba perusahaan dapat diperbesar, maka begitu pula dengan kerugiannya. Dengan kata lain,
penggunaan leverage dalam perusahaan bisa saja meningkatkan laba perusahaan, tetapi bila terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan, maka perusahaan dapat
Universitas Sumatera Utara
22 mengalami kerugian yang sama dengan persentase laba yang diharapkan, bahkan
mungkin saja lebih besar. Leverage dalam konteks bisnis terdiri atas dua macam yaitu leverage operasional operating leverage dan leverage keuangan financial
leverage. Van Horne 2007:183 juga menyatakan bahwa leverage ini menjadi tahapan dalam proses pembesaran laba perusahaan. Sebagai tahap pertama yaitu
leverage operasional, yang akan memperbesar pengaruh perubahan dalam penjualan atas perubahan laba operasional. Dalam tahap kedua, manajer keuangan memiliki
pilihan untuk menggunakan leverage keuangan agar dapat makin memperbesar pengaruh perubahan apa pun yang dihasilkan dalam laba operasional atas perubahan
EPS Earning Per Share. Tri Widyastuti 2009 juga menemukan bahwa Leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap earnings management.
2.1.5.9 Profitabilitas