Sebelum tahun 2001, World Health Organization WHO merekomendasikanuntuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah
artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan. Prevalensi ASI ekslusif
menurut data SDKI hanya 32,7 menurut penelitian Mercy Corps sebesar 7,4 ASI predominan pada bayi usia 0- 5 bulan dan 28,9 ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi usia
0-5 bulan,18 dan penelitian Awal Sehat Untuk Hidup Sehat sebesar 9,2.10 Survei yang dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya
mendapatkan ASI eksklusif selama 1,7 bulan. Target pencapaian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80 yang ditetapkan Depkes RI tampak terlalu tinggi.
WHO merekomendasikan untuk memberikan hanya ASI saja sampai 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi. Namun demikian ada beberapa rekomendasi dan
catatan penting yang diungkapkan dalam kajian tim pakar tersebut. Rata-rata pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya 1,7 bulan maka perlu diberikan petunjuk yang jelas mengenai
makanan pendamping apa saja yang dapat diberikan.
2.8 Teori Penelitian
Berkaitan dengan model implementasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model implementasi yang disampaikan oleh Merilee S. Grindle serta Mazmanian dan Sabatier dapat
diketahui bahwa keduanya memiliki kerangka piker yang tidak jauh berbeda. Mereka sama sama melihat implementasi dalam keterpengaruhannya dengan daya tanggap dan sikap kelompok
sasaran masyarakat. Dalam mengkaji tentang ASI eksklusif perspektif regulasi dengan mengacu pada pertanyaan penelitian dan kerangka teori.
2.8.1 Model teori implementasi menurut Grindle 1980
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan implementasi menurut Merilee Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan content 0f policy dan lingkungan implementasi context of implementation
. Variabel isi kebijakan mencakup :
1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasasran atau target groups termuat dalam isi
kebijakan; individu atau kelompok yang bersentuhan dalam implementasi kebijakan mungkin merasa diuntungkan tetapi dapat pula sebaiknya merasa
dirugikan. Dengan demikian, yang merasa dirugikan akan melakukan perlawanan 2.
Jenis manfaat yang diterima oleh target groups ; Manfaat yang diperoleh bias secara kolektif, biasanya lebih mudah untuk
diimplementasikan. 3.
Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan peraturan ; Derajat perubahan menyangkut perubahan perilaku dari pihak yang memperoleh
manfaat. Tingkat perubahan perilaku dipengaruhi oleh manfaat kebijakan maupun waktu untuk mencapai tujuan kebijakan.
4. Apakah sebuah peraturan telah menyebutkan implementornya dengan rinci;
keahlian, keaktifan, dan tanggung jawab pelaksana yang menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.
5. Apakah sebuah peraturan didukung sumber daya yang memadai.
Variabel lingkungan kebijakan menyangkut : 1.
Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para actor yang terlihat dalam implementasi kebijakan:
Implementasi kebijakan melibatkan berbagai actor yang mempunyi proses administrasi pengambilan keputusan. Masing-masing actor mempunyai posisi dan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan khusus yang dapat menyebabkan konflik kepentingan melalui strategi yang digunakan.
2. Karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa:
Interaksi dalam persaingan actor memperebutkan sumber daya, tanggapan dari pejabat pelaksana dan elit politik dipengaruhi oleh karakteristik dari lembaga dan
penguasa yang terkait. 3.
Responsivitas Daya tanggap kelompok sasaran:
Adalah bentuk partisipasi masyarakat yang berupa sikap mengerti dan mendukung terhadap peraturan yang diimplementasikan.
2.8.2 Model teori implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier