Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan pemekaran wilayah Kabupatenkota yang begitu pesat di Propinsi Sumatera Utara, telah menambah jumlah Kabupatenkota pada tahun 2004 menjadi 25 Kabupatenkota, yang terbagi dalam 18 kabupaten, 7 kota, 326 kecamatan, 5466 desakelurahan dengan ibukota propinsinya Medan dengan luas 2 256km dan jumlah penduduk ± 2 juta jiwa. Hubungan eksekutif dan legislatif di Sumatera Utara terbina dengan sangat baik. Hal ini terlihat pada saat pemilihan kepala daerah yang berlangsung secara demokratis. Dalam perkembangan perekonomian, Sumatera Utara sejak masa krisis ekonomi tahun 1998 terus mengalami perbaikan dengan ditandai oleh pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang terus mengalami peningkatan pertumbuhan dari 4,81 persen pada tahun 2003 menjadi 5,74 pada tahun 2004. Pembangunan ekonomi masyarakat hakekatnya merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Menurut Meier Gemmell, 1994: 196 pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menciptakan pendapatan riil perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang hidup dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Tetapi berbicara mengenai masalah ketertinggalan, negara ini sesungguhnya sedang mengalami proses ketertinggalan yang lambat tetapi pasti. Hal ini antara lain disebabkan oleh semakin banyaknya ketimpangan, baik itu Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 ketimpangan pendapatan, pendidikan, maupun ketimpangan kualitas institusi birokrasi di negara ini. Salah satu hasil studi William Easterly 2006 mengungkapkan bahwa tingkat ketimpangan inequality yang tinggi merupakan penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi. Laporan Bank Dunia 2005 bertajuk World Development Report menyebutkan dalam pengantarnya bahwa keadilan equity adalah salah satu aspek fundamental dalam mencapai kemakmuran jangka panjang bagi masyarakat secara keseluruhan. Meskipun begitu, perdebatan mengenai pengaruh ketimpangan terhadap pembangunan ekonomi masih berlanjut dengan serius. Dalam hal ini perlu ditegaskan, bahwa ketimpangan berkaitan dengan distribusi hasil outcomes seperti pendapatan, kemakmuran, konsumsi, dan dimensi- dimensi lain dari apa yang disebut sebagai kesejahteraan well being. Sedangkan ketidakadilan inequality merujuk pada distribusi kesempatan opportunities yang mencakup aspek-aspek ekonomi, politik, dan sosial. Gelombang pertama first wave literatur mengenai pembangunan berargumentasi bahwa tingkat ketimpangan yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan dengan mengarahkan pendapatan lebih banyak lagi kepada para pemodal bertabungan tinggi high saving capitalist Lewis, 1954, Kaldor, 1956, 1961. Argumen ini berangkat dari standar hipotesis dimana tingkat tabungan individu akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Ketika redistribusi sumberdaya dari golongan kaya ke golongan miskin cenderung menurunkan tingkat tabungan agregat dalam suatu perekonomian, akumulasi Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 kapital akan menurun seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya ketidaksamaan cenderung meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan pembangunan pada prinsipnya merupakan ketimpangan ekonomi yang mengandung makna kemiskinan dan kesenjangan. Agar ketimpangan dan perkembangan antar suatu daerah dengan daerah lain tidak menciptakan jurang yang semakin lebar, maka implikasi kebijaksanaan terhadap daur perkembangan dari pembangunan haruslah dirumuskan secara tepat Suryana, 2000: 29. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan merupakan masalah pokok yang dihadapi oleh setiap negara yang sedang berkembang dalam usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebar cukup merata dan diikuti dengan membaiknya taraf hidup di bawah garis kemiskinan. Sasaran yang ingin dicapai pada umumnya dalam pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang adalah untuk mencapai tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertambahan penduduk Robinson, 2004: 18. Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk dan PDRB Indonesia dan Sumatera Utara Laju Pertumbuhan Tahun Indonesia Sumatera Utara Penduduk 1980-1990 1990-1995 1990-2000 1,98 1,66 1,35 2,06 1,62 1,20 PDRB 1997 1998 1999 2000 5,23 14,22 1,09 5,24 5,70 10,90 2,59 4,83 Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Jumlah penduduk tersebar di Sumatera Utara ada di Kota Medan, yaitu sebanyak 2.036.185 jiwa, merupakan 16,51 dari total persentase keseluruhan penduduk Sumatera Utara sejumlah 12.326.678 jiwa ditahun 2005. Sementara itu PDRB perkapita yang tertinggi di Sumatera Utara tercapai pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp.7.130.696,- atau naik sebesar Rp.955.007,- dari tahun 2001 yang merupakan suatu keadaan dimulainya kebijakan otonomi daerah dan juga pemekaran wilayah. Secara umum pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP Gross National Product perkapita atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang Sirojuzilam, 2005: 1. Walaupun banyak mendapat tanggapan dikalangan masyarakat namun tidak dapat disangkal bahwasanya pemerataan pembangunan merupakan salah satu indikator dari pembangunan yang lazim digunakan oleh badan-badan dunia dalam menilai Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara Todaro, 1994: 164. Sebelum diberlakukannya kebijakan otonomi daerah tahun 1999, pemerintah daerah baik tingkat propinsi Dati I maupun kabupatenkota Dati II lebih banyak tergantung pada pemerintah pusat Kuncoro, 1995. Dalam hal ini, keikutsertaan subsidi dari pemerintah pusat dalam struktur penerimaan pemerintah daerah sangat tinggi, jauh melebihi Pendapatan Asli Daerah PAD. Studi Rappaport 1999 dimaksudkan untuk mengkaji empat kelompok fakta-fakta empiris dari pertumbuhan ekonomi antar daerah lokal di Amerika Serikat dengan menggunakan data panel berbagai atribut lokal Amerika Serikat tahun 1970-1990. salah satu kelompok fakta empiris yang dikaji adalah korelasi- korelasi kebijakan anggaran pemerintah dari pertumbuhan ekonomi lokal. Dalam hal hubungan antara kebijakan anggaran pemerintah lokal dengan pertumbuhan ekonomi lokal tersebut dilihat dari tiga indikator: migrasi netto, pertumbuhan pendapatan per kapita, dan pertumbuhan harga perumahan, dari estimasinya- estimasinya, Rappaport mendapatkan empat fakta proses pertumbuhan ekonomi lokal di Amerika Serikat. Keempat fakta proses pertumbuhan ekonomi lokal Amerika Serikat tersebut adalah: pertama, bahwa dari tahun 1970 sampai 1990, pertumbuhan ekonomi lokal berkorelasi negatif dengan besaran keuangan pemerintah lokal; kedua, pertumbuhan ekonomi lokal sepanjang periode yang diamati berkorelasi positif dengan pengeluaran pemerintah lokal untuk pendidikan dasar dan pendidikan menengah; ketiga, pertumbuhan ekonomi daerah tahun 1970 sampai 1990 berkorelasi negatif dengan pajak pendapatan personal lokal; keempat, Lia Maharani Fadilla : Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara, 2008. USU Repository © 2009 pertumbuhan ekonomi daerah berkorelasi negatif dengan pajak penjualan tertentu yang diambil oleh pemerintah lokal. Tampak yang diamati di sini bukan hanya komposisi investasi pemerintah tetapi juga komposisi penerimaan pemerintah lokal. Berdasarkan uraian diatas, penulis menganalisa sejauh mana peran pendapatan perkapita daerah pemekaran dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan suatu daerah pemekaran, dengan judul : “Analisis Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten Pemekaran Di Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah