Tabel 4.5 Uji Glejser
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Constant
-.026 .113
-.233 .817
ROA .072
.288 .035
.251 .803
ROE .160
.135 .196
1.188 .240
BOPO .111
.091 .224
1.228 .224
1
CAR .397
.263 .234
1.510 .136
a. Dependent Variable: ABSUT
Sumber : diolah dengan SPSS 16, 2009 Uji Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen. Jika variabel independen signifikan mempengaruhi nilai absolut residual berarti terjadi heterokedastisitas pada model regresi yang
digunakan. Dari tabel 4.5 diatas, terlihat bahwa probabilitas signifikansi semua variabel independen berada diatas tingkat kepercayaan 5. Hasil ini menunjukkan
bahwa tidak ada satupun variabel independen yang mempengaruhi nilai Absolut Ut AbsUt sebagai variabel dependennya. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa
model regresi layak digunakan karena tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi 1
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .349
a
.122 .064
.18853 1.589
a. Predictors: Constant, CAR, ROE, ROA, BOPO b. Dependent Variable: LDR
Sumber : diolah dengan SPSS 16,2009 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,589. Nilai
ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5, jumlah variabel independen 4 k=4 dan jumlah observasi sebanyak 66 n=66
maka dari tabel Durbin Watson akan diperoleh nilai dL sebesar 1,494 dan nilai du sebesar 1,735. Oleh karena nilai DW 1,589 lebih kecil dari batas atas du 1,735
dan kurang dari dl 1,494, berarti dl d du 1,494 1,589 1,735 maka dapat disimpulkan bahwa peneliti tidak dapat mengambil keputusan no decision
apakah terjadi autokorelasi positif atau tidak dan menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi negatif.
Karena peneliti tidak dapat mengambil keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak maka, peneliti melakukan perbandingan dengan melakukan
uji Run test dan Breusch-Godfrey test dengan hasil yang dapat dilihat sebagai berikut:
• Run Test Run Test sebagi bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk
menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi dan sebagai perbandingan apakah dalam model regresi penelitian ini terdapat autokorelasi
positif atau tidak. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka dapat
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : residual res_1 random tidak terdapat autokorelasi HA : residual res_1 tidak random terdapat autokorelasi
Hasil uji Run Test dapat dilihat dari Tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7
Uji Autokorelasi 2
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-.00101 Cases Test Value
33 Cases = Test Value
33 Total Cases
66 Number of Runs
30 Z
-.992 Asymp. Sig. 2-tailed
.321 a. Median
Sumber : diolah dengan SPSS 16,2009
Hasil output SPSS menunjukkan bahwa Nilai test adalah-0.00101 dengan probabilitas 0.321.Karena tingkat signifikasinya sebesar 0,321 atau lebih besar
dari signifikasi sebesar 5 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima atau dengan kata lain bahwa residual random tidak terjadi autokorelasi
antar nilai residual. • Breusch-Godfrey Test
BG test dilakukan untuk menguji apakah terdapat autokorelasi antar nilai residual dari model regresi dan digunakan pula sebagai perbandingan kedua untuk
melihat apakah dalam model regresi penelitian ini terdapat autokorelasi atau tidak. Hasil uji Breusch-Godfrey Test Test ini dapat dilihat sebagai berikut:
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
Tabel 4.8 Uji Autokorelasi 3
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Constant
.161 .239
.675 .503
ROA -.158
.565 -.040
-.279 .781
ROE -.114
.270 -.073
-.423 .674
BOPO -.156
.196 -.165
-.795 .430
CAR -.120
.521 -.037
-.231 .818
1
RES_2 .255
.143 .256
1.781 .080
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Sumber : diolah dengan SPSS 16,2009
Tampilan output pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien parameter residual lag2 RES_2 memberikan probabilitas signifikan 0,080 dimana hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada indikasi autokorelasi pada model regresi ini karena signifikasi tersebut diatas 5 0,05.
Kesimpulan hasil perbandingan: Melalui perbandingan Run Test dan Breusch-Godfrey Test, dapat disimpulkan
bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
1. Pengujian Hipotesis