1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas suatu bank umum ialah menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Sebagian besar dana yang dimiliki bersifat
jangka pendek. Demikian pula penyaluran dana dan juga kredit, sebagian besar bersifat jangka pendek. Selain itu, penanaman dana dilakukan dalam efek-efek
yang mudah diperjualbelikan atau dinamakan secondary reserve. Di negara- negara maju, dana disalurkan juga untuk pembelian efek-efek berupa saham dan
obligasi. Di Indonesia, kegiatan perusahaan perbankan terus mengalami
perkembangan. Pada pertengahan tahun 1980-an berbagai macam deregulasi dikeluarkan pemerintah untuk menggairahkan industri perbankan yang diawali
dengan peluncuran Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 PAKTO yang mencakup bidang keuangan, moneter dan perbankan dan terus mengalami perkembangan
yang dinilai sangat pesat antara tahun 1988-1996. Perkembangan tersebut di tunjukkan melalui data statistik dari Biro Riset InfoBank dimana industri
perbankan menguasai 90,46 persen pangsa pasar keuangan di Indonesia. Namun perkembangan yang pesat itu ternyata tidak dapat mendorong
terciptanya industri perbankan yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan krisis keuangan yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 yang memaksa
pemerintah untuk melikuidasi bank-bank yang dinilai tidak sehat dan tidak layak lagi untuk beroperasi. Terpuruknya sektor perbankan juga masih terus berlanjut
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
walau krisis moneter berlalu karena masih terdapatnya bank-bank yang belum dapat memenuhi kebutuhan solvabilitas permodalan, likuiditas, profitabilitas
maupun standar kepatuhan sebagaimana ditetapkan Bank Indonesia. Masalah penting yang dihadapi bank-bank di Indonesia saat ini ialah cara
mengatur antara kepentingan likuiditas dan rentabilitas. Sehubungan dengan itu, diadakan pembagian dalam aktiva, yaitu cash assets aktiva yang tidak
memberikan penghasilan, kalaupun ada relatif sangat sedikit dan earning assets aktiva yang memberikan penghasilan dari loan dan investment pinjaman dan
penanaman modal. Bank yang hanya mengejar rentabilitas yang tinggi, besar kemungkinan
posisi likuiditasnya terancam. Sebaliknya, jika alat-alat likuid menumpuk, penawaran dana bertambah yang mengakibatkan menurunnya rentabilitas. Maka
dari itu, pimpinan bank harus mengambil suatu kebijakan yang tepat dalam rangka penyaluran dana, antara kepentingan likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas
Simorangkir, 2004 : 158. Rentabilitas
perbankan menggambarkan sejauh mana keberhasilan bank
itu menggunakan dana yang diinvestasikannya. Rentabilitas pada penelitian ini diproksikan oleh Return On Assets, Return On Equity, dan Operating Expense to
Operating Income. Apabila suatu bank mengalami kerugian setiap tahunnya, yang artinya nilai ROA, ROE dan OEOI kecil atau terjadi penurunan, maka
kemungkinan akan meningkatkan posisi likuid. Untuk mempertahankan suatu tingkat rentabilitas yang layak, bank harus memperoleh penghasilan yang dapat
menutupi biaya. Dan bank tersebut harus berusaha terus mempertahankan tingkat pendapatan tertentu dengan memperhitungkan faktor risiko yang dihadapi.
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
Selanjutnya, penanaman dana yang besar akan memberikan penghasilan yang besar pula. Semakin besar kredit yang diberikan, semakin besar pula
kemungkinan risiko macet. Pimpinan bank harus hati-hati dalam menyalurkan dananya, mengingat dana yang disalurkan sebagian besar berasal dari simpanan
masyarakat yang setiap saat dapat ditarik kembali bila diperlukan. Jika masalah risiko dihubungkan dengan besarnya modal bank yang dapat
menutupi kerugian, maka akan timbul kasus solvabilitas. Suatu bank disebut solvent jika seluruh kekayaannya lebih besar daripada utangnya atau dengan kata
lain, bank mampu membiayai seluruh kerugian dan utangnya. Solvabilitas perbankan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya
dalam jangka panjang ataupun ketika suatu entitas perbankan dilikuidasi. Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio.
Apabila rasio solvabilitas suatu bank kecil, artinya besar kemungkinan bank tersebut gagal menutup kerugiannya didalam kegiatan perkreditan maupun
perdagangan surat berharga dengan kemampuan modal yang dimiliki bank tersebut. Perhitungan CAR Capital Adequacy Ratio yang memasukkan unsur
resiko pasar akan menyebabkan CAR turun secara signifikan. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Santoso dan Hariantoro 2003.
Likuiditas suatu perusahaan perbankan menunjukkan bahwa suatu perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya dengan alat-alat
likuid yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Likuiditas perbankan dalam penelitian ini diproksikan oleh Loan to Deposit Ratio. Telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kepentingan likuiditas dan rentabilitas bertentangan satu sama lain. Maka, ketika nilai LDR kecil, kemungkinan bank tersebut akan mendapatkan
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
rentabilitas yang tinggi. Dalam hal ini diharapkan pimpinan bank umum menjaga likuiditasnya. Ia harus mengetahui berapa jumlah alat likuid yang dikuasai setiap
hari agar dapat memenuhi kewajiban yang segera harus dibayar. Selain harus likuid, bank harus rendebel menguntungkan atau berusaha mencari untung.
Keuntungan diperoleh apabila penghasilan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Kredit macet juga mengganggu likuiditas bank. Terganggunya kelancaran proses pelunasan kembali pokok kredit dan pembayaran bunga
pinjaman juga menyebabkan menurunnya kemampuan likuiditas. Masalah likuiditas juga timbul akibat penarikan dana-dana masyarakat secara bersamaan
rush. Operasional bank terganggu dan berujung pada pencabutan izin operasional sebagian bank pada saat itu. Maka dari itu, untuk menjamin likuiditas
bank, pada tahun 2004 Bank Indonesia menetapkan persentase GWM yang disesuaikan dengan besanya DPK yang dihimpun bank. GWM merupakan
sejumlah dana yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Besarnya GWM yang ditetapkan Bank Indonesia adalah
sebesar 5 dari DPK. Untuk bank devisa diwajibkan memelihara GWM sebesar 5 dalam rupiah dan GWM dalam valuta asing sebesar 3 dari DPK.
Penelitian-penelitian sudah banyak dilakukan untuk menemukan hubungan antar rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas melalui analisa laporan
keuangan dan rasio keuangan. Misalnya saja penelitian yang dilakukan oleh Merkusiwati 2003 yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan
antara CAR, RORA, NPM, OEOI, CML, dan LDR sebagai rasio CAMEL terhadap ROA perusahaan tahun 2001. Murtanto dan Arfiana 2002 serta Aryati
Jaka Hermawan : Pengaruh Rentabilitas Dan Solvabilitas Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Perbankan Yang Go Public, 2010.
dan Manao 2002 menemukan bahwa rasio keuangan bank dapat digunakan untuk memprediksi kegagalan usaha bank. Rasio keuangan bank juga dapat
digunakan untuk membandingkan kinerja bank. Nasser 2003 membuktikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada CAR, ROA dan LDR antara bank
pemerintah dan bank swasta yang terdaftar di BEJ pada tahun 1999 sampai dengan 2004. Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan Febriana dan Zulfadin
2003 yang meneliti tentang perbedaan kinerja bank devisa dan non devisa yang dilihat dari rasio ROA, ROE dan LDR. Eko Widodo Lo 2001 yang menguji
assosiasi likuiditas, struktur modal dan kualitas aktiva dengan profitabilitas bank yang menunjukkan adanya korelasi kanonikal yang signifikan sebesar 1,32165
dengan tingkat signifikansi 0,01666. Berdasarkan latar belakang dan berbagai penelitian yang telah
diuraikan, peneliti merasa tertarik untuk mengembangkan penelitian-penelitan yang menguji hubungan antara rentabilitas, solvabilias dan likuiditas melalui rasio
keuangan sehingga peneliti menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah
berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Rentabilitas dan Solvabilitas terhadap Likuiditas pada Perusahaan Perbankan yang go public.”
B. Perumusan Masalah