tabu dan asusila. Masyarakat akan menjadi terbiasa dan menganggap semua itu sebagai kewajaran. Hubungan antarkeluarga menjadi lebih minim. Komunikasi dalam
keluarga yang bisa menumbuhkan saling pengertian, kasih sayang, dan kerja sama menjadi surut. Tidak sekedar kehilangan waktu yang luang yang berharga, tetapi
remaja lebih rugi karena menikmati program yang sering kurang mendidik, misalnya kehidupan seksual.
Lingkungan merupakan tempat terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Dengan maju pesatnya tehnologi komunikasi maupun
sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya hampir tidak ada batas dalam melakukan pergaulan dan akhirnya remaja akan dihadapkan dengan berbagai
pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam diri remaja itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kebudayaan barat yang sudah sangat menjalar di
lingkungan di Indonesia baik melalui film, televisi, pergaulan sosial dan lain-lain, para remaja dengan cepat menelan apa saja yang dilihat seperti pergaulan bebas.
Padahal pergaulan bebas seperti itu bukan merupakan kebudayaan di masyarakat Indonesia sehingga remaja konflik dengan dirinya maupun lingkungan itu sendiri
Sarwono, 2011.
c. Variabel Pengawasan Orangtua
Berdasarkan analisis, variabel pengawasan orangtua memengaruhi remaja dalam berperilaku seks pranikah yaitu dengan nilai MSA diatas 0,5 yaitu 0,795 dan
faktor loading 0,524 hal ini menunjukkan korelasi yang negatif antar variabel di faktor 3 tiga dimana semakin rendah pengawasan orangtua maka remaja akan lebih
berperilaku seks pranikah.
Universitas Sumatera Utara
Orang tua adalah tokoh yang penting dalam perkembangan identitas remaja. Hubungan orang tua yang harmonis akan menunbuhkan kehidupan emosional yang
optimal terhadap perkembangan kepribadian remaja sebaliknya,oarng tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan remaja akan melarikan
diri dari keluarga. Komunikasi antara orang tua dengan remaja dikatakan berkualitas apabila kedua belah pihak memiliki hubungan yang baik dalam arti bisa saling
memahami, saling mengerti, saling mempercayai dan menyayangi satu sama lain, sedangkan komunikasi yang kurang berkualitas mengindikasikan kurangnya
perhatian, pengertian, kepercayaan dan kasih sayang di antara keduanya Peran orang tua dalam komunikasi dengan remaja terbatas dalam hal-hal
tertentu saja seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan, atau keuangan. Orang tua dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi kecil, kecilnya peranan orang tua
untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas disebabkan oleh rendahnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan reproduksi serta masih
menganggap tabu membicarakan tentang kesehatan reproduksi sementara untuk masalah-masalah seksual, reaja cenderung untuk lebih banyak bertanya kepada
teman-temannya. Pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada remaja menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa
menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja takut untuk
mengutarakan permasalahan tersebut kepada orang tua. Dalam perkembangan sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari
orang tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebayanya. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya Peer group. Kelompok sebaya
Universitas Sumatera Utara
menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial remaja. Kelompok sebaya juga merupakan wadah untuk belajar kecakapan sosial, karena
melaui kelompok remaja dapat menggambil berbagai peran. Didalam kelompok sebaya, remaja menjadi sangat bergantung kepada teman sebagai sumber
kesenangannya dan keterkaitan dengan teman sebayanya begitu kuat. Kecenderungan keterikatan kohesi dalam kelompok tersebut akan bertambah dengan meningkatnya
frekuensi interaksi diantara angota-angotanya Soetjiningsih, 2004. Hubungan ibu-anak yang kurang baik bisa mengarahkan kepada hubungan
seks dini. Semakin tinggi tingkat pemantauan orangtua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja. Oleh karena,
di samping komunikasi yang baik dengan anak sehingga anak mau bercerita pada orangtua agar orangtua bisa memantau pergaulan anak remajanya. Perilaku seksual
remaja berkaitan dengan sejumlah faktor dari orangtua Meschke et al., 2000, faktor- faktor tersebut adalah, komunikasi, nilai-nilai kontrol dan pengawasan, dukungan dan
kehangatan. Komunikasi memiliki hubungan positif dengan kesehatan seksual remaja, meningkatkan perilaku seksual remaja yang sehat, hubungan dengan orangtua
dan remaja yang hangat mempunyai peran penting dalam perilaku seksual remaja. Hal ini senada dengan penelitian Cookston 1999 yang menunjukkan bahwa
pengawasan orangtua mempunyai dampak yang positif untuk mencegah meningkatnya masalah perilaku remaja. Pada penelitian Aspy et al. 2007, hubungan
remaja dengan orangtua, dalam hal ini orangtua yang melakukan komunikasi dengan remajanya tentang masalah sekual dan memberikan pendidikan seks, dapat
mempengaruhi keputusan dalam berperilaku seksual.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN