Variabel Lingkungan Masyarakat PEMBAHASAN

Besarnya peran teman sebaya dalam kehidupan sosial remaja mendorong remaja untuk membentuk kelompok-kelompok usia sebaya. Dalam pertemanan tersebut terdapat norma-norma kelompok yang sangat berbeda dengan norma masyarakat pada umumnya, tetapi dalam hal ini remaja akan lebih mementingkan perananya sebagai anggota kelompok dari pada mengembangkan pola norma diri sendiri dan masyarakat. Oleh karena itu beberapa remaja memutuskan untuk melakukan hubungan seks karena teman mereka berpikir dengan melakukan hubungan seks adalah keren. Tekanan lain bisa berasal dari teman kencan kita. Lebih mudah melakukan hubungan seks dari pada harus menjelaskan mengapa kita tidak mau melakukannya. Remaja terperangkap dalam perasaan romantis dan percaya dengan melakukan hubungan seks adalah jalan terbaik untuk membuktikan cinta mereka Mercy, 2007. Pengaruh teman sebaya pada pembentukan konsep diri remaja tentang perilaku seksual memang sangat besar, hal ini dikarenakan pada usia remaja, kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman sebaya juga merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam pembentukan konsep diri mengenai perilaku seksual, sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah Sarwono, 2011.

b. Variabel Lingkungan Masyarakat

Hasil penelitian analisis, variabel lingkungan masyarakat memengaruhi remaja dalam berperilaku seks pranikah yaitu dengan nilai MSA diatas 0,5 yaitu 0,556 dan faktor loading 0,729 hal ini menunjukkan korelasi positif antar variabel di faktor 3 tiga dimana semakin buruk lingkungan masyarakat maka semakin buruk juga perilaku seks remaja. Universitas Sumatera Utara Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Tidak dapat diingkari bahwa pengaruh lingkungan masyarakat terhadap remaja sangat besar. Terutama dengan maju pesatnya tehnologi komunikasi massa, maka hampir-hampir tidak ada batas-batas geografis, etnis, politis maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Hal ini terbukti dari kenyataan tolak ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan. Dalam era globalisasi dunia menjadi semakin sempit. Budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh bahaya universal. Dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi dapat langsung diketahui oleh seluruh penghuni bumi. Dalam era globalisasi pengakuan akan hak azasi manusia mulai memasyarakat. Bagi remaja yang sedang dalam mencari identitas dan penyesuaian sosial, situasi ini merupakan titik kritis, yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja. Remaja membuat kebudayaannya sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat pada umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai budaya anak muda. Kemajuan yang pesat dibidang teknologi informasi akan membuat remaja untuk mencari informasi. Kemajuan teknologi yang luar biasa juga dapat membawa kesedihan, karena hubungan antarmanusia bergeser menjadi hubungan antarmesin. Jika kehidupan masyarakat dibombardir secara terus menerus dengan suguhan yang tidak mengindahkan batas-batas nilai kesopanan, bukan tidak mungkin masyarakat akan sampai pada satu titik dimana pornografi tidak lagi dianggap sebagai suatu yang Universitas Sumatera Utara tabu dan asusila. Masyarakat akan menjadi terbiasa dan menganggap semua itu sebagai kewajaran. Hubungan antarkeluarga menjadi lebih minim. Komunikasi dalam keluarga yang bisa menumbuhkan saling pengertian, kasih sayang, dan kerja sama menjadi surut. Tidak sekedar kehilangan waktu yang luang yang berharga, tetapi remaja lebih rugi karena menikmati program yang sering kurang mendidik, misalnya kehidupan seksual. Lingkungan merupakan tempat terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak menawarkan pilihan. Dengan maju pesatnya tehnologi komunikasi maupun sosial antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya hampir tidak ada batas dalam melakukan pergaulan dan akhirnya remaja akan dihadapkan dengan berbagai pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam diri remaja itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kebudayaan barat yang sudah sangat menjalar di lingkungan di Indonesia baik melalui film, televisi, pergaulan sosial dan lain-lain, para remaja dengan cepat menelan apa saja yang dilihat seperti pergaulan bebas. Padahal pergaulan bebas seperti itu bukan merupakan kebudayaan di masyarakat Indonesia sehingga remaja konflik dengan dirinya maupun lingkungan itu sendiri Sarwono, 2011.

c. Variabel Pengawasan Orangtua