Variabel Pandangan tentang Konsep Cinta

pemberdayaan, hak atas pelayanan kesehatan reproduksi, dan hak memperoleh kejelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi ketika mengalami gangguan, seperti infeksi, hamil, atau mengalami pelecehan dan kekerasan seksual Imran 1999.

b. Variabel Pandangan tentang Konsep Cinta

Hasil penelitian analisis, variabel pandangan tentang konsep cinta memengaruhi remaja dalam perilaku seks pranikah yaitu dengan nilai MSA diatas 0,5 yaitu 0,524 dan faktor loading 0,904 hal ini menunjukkan korelasi positif antar variabel di faktor 2 dua dimana semakin salah pandangan remaja tentang cinta maka akan semakin biasa remaja menganggap berperilaku seks pranikah. Menurut Rosa 2012 yang mengutip pendapat Lesnapurnawan 2009, remaja menyalahartikan atau cenderung kebingungan dalam mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan pada remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangannya. Menurut Dianawati 2003, adanya tekanan dari pacarnya dan karena kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, seseorang rela melakukan apa saja terhadap pasangannya tanpa memikirkan risiko yang nanti dihadapinya. Dalam hal ini yang berperan bukan hanya saja napsu seksual mereka, melainkan juga karena sikap memberontak terhadap orangtuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu bantuk hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri sebagai layaknya manusia dewasa. Universitas Sumatera Utara Menurut Gubhayu 2002 faktor–faktor dan hambatan–hambatan yang mendorong seorang remaja berperilaku yang berisiko terhadap kesehatan reproduksi diantaranya adalah kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi. Anggapan– anggapan yang salah sering terjadi pada remaja misalnya tidak mungkin seorang remaja menjadi hamil atau tertular penyakit menular seksual bila hanya satu kali saja berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi. Dalam hal ini ada kebutuhan bagi remaja untuk mengetahui informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan baik dan benar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksinya. Upaya mengurangi perilaku seksual berisiko tinggi pada remaja dipusatkan pada pengurangan hubungan seksual, pencegahan hubungan seksual, perilaku seks yang aman dan kemampuan menolak hubungan seksual. Selain itu frekuensi perilaku berisiko tinggi padaremaja dapat juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan. Pada waktu remaja menghabiskan waktu bersama lawan jenis tanpa pengawasan keluarga, mereka memiliki kesempatan dalam bermacam perilaku berisiko tinggi Cohen et al., 2002. 5.3 Faktor III Faktor Lingkungan yang Memengaruhi Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Putri di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara Faktor III terdiri dari 3 tiga variabel yaitu lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat dan pengawasan orangtua. Faktor ini diberi nama faktor lingkungan. Hal ini berarti bahwa remaja yang berperilaku seks pranikah disebabkan Universitas Sumatera Utara karena adanya dorongan dari luar yaitu lingkungan teman sebaya yang buruk, lingkungan masyarakat yang buruk serta tidak adanya pengawasan orangtua. Berdasarkan hasil penilaian pada faktor lingkungan yang terdiri dari variabel lingkungan teman sebahaya,lingkungan masyarakat dan pengawasan orang tua untuk memengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja putri adalah cukup sebesar 57. Hal ini menunjukkan bahwasanya remaja setuju tidak ada masyarakat yang peduli pada remaja untuk melakukan razia ke tempat-tempat pacaran, oleh sebab itu gaya pacaran remaja bukan karena ikut teman-teman justru keinginan sendiri untuk melakukan perilaku skes tersebut.

a. Variabel Lingkungan Teman Sebaya