a. Variabel Dorongan Biologis
Berdasarkan analisis, variabel dorongan biologis memengaruhi remaja dalam berperilaku seks pranikah yaitu dengan nilai MSA diatas 0,5 yaitu 0,525 dan faktor
loading 0,882 hal ini menunjukkan korelasi yang positif antar variabel di faktor 2 dua dimana semakin tinggi dorongan biologis maka remaja akan lebih berperilaku
seks pranikah. Hubungan seksual remaja adalah perilaku yang didasari dorongan seksual atau
kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual berwujud perilaku, termasuk hubungan intim. Perilaku manusia yang sesuai dengan norma kesehatan adalah hasil
dari proses pendidikan, namun perubahan perilaku yang sesuai dengan tindakan yang aman tidaklah hanya dilakukan sebagai hasil dari pendidikan semata. Perilaku
kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks antara lain sosial, budaya, dan ekonomi. Perilaku itu merupakan ungkapan dari kejiwaan, keinginan,
sikap, dan sebagainya. Salah satu penyebab aktifitas seksual remaja adalah panjangnya rentang waktu
antara kematangan seksual yang dialami remaja dewasa ini usia 12-13 sudah matang secara seksual karena perbaikan gizi dan gaya hidup dengan usia menikah semakin
tinggi. Kalau dahulu usia menikah dimulai ketika remaja matang secara seksual usia 15, 16, 17 maka dewasa ini usia pernikahan menjadi di atas 19 tahun. Pada rentang
waktu itulah remaja yang telah matang secara seksual tetapi kurang mendapatkan informasi mengenai seksualitas, mudah terjerumus dalam perilaku hubungan seksual
pranikah BKKBN, 2004. Menurut Wahyudi 2001, di antara cara yang biasanya
Universitas Sumatera Utara
dilakukan remaja dalam menyalurkan dorongan seksual pranikah adalah: a banyak bergaul dengan lawan jenis; b berdandan untuk dapat menarik lawan jenis; c
menahan diri dari banyak terlibat aktivitas seperti mengikuti kegiatan di sekolah; d memperbanyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan; e menonton film
pornografi; f berhayal atau berfantasi mengenai hal-hal berbau seksual; g melakukan hubungan seksual nonpenetrasi berpegangan tangan, berpelukan, ciuman
pipibibir. Selain ada yang sehat, di antara cara-cara itu ada juga yang menimbulkan dampak buruk, baik fisik, psikologis, maupun sosial. Terdapat beberapa hal harus
diingat bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak dan mencari identitas diri ditandai dengan perubahan sosial cepat. Kecenderungan itu terutama terjadi di
perkotaan yang sudah terjangkau dengan sarana dan prasarana komunikasi serta teknologi yang sangat maju, sehingga semua itu mempengaruhi norma kehidupan
para remaja. Tingginya keinginan seksual pada remaja biasanya adalah akibat dari
cepatnya hormon berkembang dan organ reproduksi. Hal seperti ini membuat para remaja harus pandai mengendalikan keinginan seksualnya. Yang menjadi masalah
adalah bahwa hubungan seksual yang dilakukan pada usia dini dan di luar nikah cenderung banyak merugikan kehidupan remaja sendiri terutama wanita. Di
Indonesia, kelompok yang rentan terhadap pengabaian hak-hak kesehatan reproduksi adalah remaja. Padahal, usia remaja merupakan usia di mana organ reproduksi sangat
rentan terhadap infeksi saluran reproduksi, kehamilan dan penggunaan obat-obatan. Kebanyakan mereka tidak mudah mendapat akses media informasi seks, hak atas
Universitas Sumatera Utara
pemberdayaan, hak atas pelayanan kesehatan reproduksi, dan hak memperoleh kejelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi ketika
mengalami gangguan, seperti infeksi, hamil, atau mengalami pelecehan dan kekerasan seksual Imran 1999.
b. Variabel Pandangan tentang Konsep Cinta