4.2.2 Remaja
Dalam ilmu-ilmu sosial, studi atas remaja pertama kali dilakukan oleh sosiolog Talcott Parsons pada awal 1940-an. Berbeda dengan anggapan umum
bahwa remaja adalah kategori yang bersifat alamiah dan dibatasi secara biologis oleh usia, menurut Parsons remaja adalah sebuah konstruksi sosial yang terus-
menerus berubah sesuai dengan waktu dan tempat Barker 2000. Para pemikir ”cultural studies” juga berpendapat konsep remaja bukalah sebuah kategori
biologis yang bermakna universal dan tetap. Remaja, sebagai usia dan sebagai masa transisi, tidak mempunyai karakteristi-karakteristik umum. Dalam
”Subculture, Cultures and Class” Clarke et al., ditunjukkna bahwa remaja terbentuk dalam suatu artikulasi ganda, yaitu dalalam perlawanannya dengan
kebudayaan orang tua dan sekaligus salam perlawanannya dengan kebudayaan dominan. Ritual-ritual seperti fesyen, musik atau bahasa, dilihat sebagai usaha
untuk memenangkan ruang kultur dalam melawan kebudayaan dominan dan kebudayaan orang tua.
7
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa kata ”remaja” memiliki banyak kesan. Ada yang menganggap bahwa remaja merupakan kelompok biasa saja,
tidak berbeda dengan kelompok manusia yang lain. Ada yang menganggap bahwa remaja adalah sekelompok orang yang suka menyusahkan orang tua. Anggapan
lain, bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Tetapi jika remajanya sendiri diminta pendapatnya, maka mereka akan berbicara tentang
ketidakpedulian, ketidakacuhan orang-orang dewasa terhadap mereka. Atau mungkin ada pula remaja yang berkata bahwa kelompok mereka adalah kelompok
7
Artha Nugraha Jonar. “Remaja, Gaya Selera”. Artikel Zine ANTARIKSA. 28 November ,2004
Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009
minoritas yang memiliki kesan tersendiri dan punya ”dunia” sendiri yang sukar untuk dijamah oleh orang-orang tua. Tidak mustahil jika ada remaja yang
menganggap bahwa mereka adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan masa depan.
8
Diantara sekian banyak anggapan di atas remaja, anggapan yang terakhir tampaknya dapat dijadikan acuan untuk para remaja agar dapat mengisi waktu
luang dalam kehidupannya dengan kegiatan-kegiatan positif yang bertanggung jawab demi masa depannya. Tidak disalahkan jika salah satu kegiatan remaja
dalam mengisi waktu luangnya adalah bemain musik. Hal ini tentunya bermanfaat untuk pengetahuan musik dan sebagai tempat untuk mengasah bakat yang mereka
miliki. Dalam aspek sosiologi musik, dapat diketahu sebab-sebab terjadinya
problem-problem sosial yang terjadi pada remaja, misalnya krisis identitas diri, masalah pergaulan di sekolah, masalah keluarga yang tidak harmonis dan lain
sebagainya. Akibat dari hal-hal tersebut, bisanya mereka akan mencari ruangtempat yang sesuai dengan keinginan mereka. Selanjutnya mereka akan
sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan baru, sangat cepat tertarik terhadap sesuatu yang beru dan popular di kalangan mereka sehingga
mudah dimanipulasi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pembeli kaset-kaset industri rekaman musik progressive metal atau pada umumnya musik keras adalah kaum
remaja sebagai respon mereka terhadap musik yang mereka sukai. Problema sosial ini muncul sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial remaja di keluarga,
sekolah, kampus dan lingkungan masyarakat. Jadi, secara keseluruhan dapat di
8
Artha Nugraha Jonar. “Remaja, Gaya Selera”. Artikel Zine ANTARIKSA. 28 November , 2004
Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009
katakan aspek sosiologi dalam kehidupan remaja erat kaitannya dengan perkembangan musik progressive metal, bahwa telah terjadi suatu hubungan
timbal balik antara remaja dan musik progressive metal itu sendiri. Yang mana remaja disini menjadi media dalam perkembangan musik progressive metal di
Medan dan sebaliknya musik progressive metal menjadi sarana bagi remaja untuk melakukan aktivitas positif bermusik dan sebagai sarana berekspresi bagi remaja.
Para remaja lebih mementingkan kepuasan bermusiknya ketimbang menjadikan musik mereka sebagai hiburan bagi masyarakat yang mendengarnya.
Dari kesimpulan angket yang penulis sebarkan, terbukti mereka memang banyak mengambil pengaruh positif yang disebarkan oleh musisi dan musik
progressive metal itu sendiri. Menurut mereka, semua dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing penggemar untuk menyaring semua pengaruh yang ada
secara positif. Mereka selalu melihat kenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan alam sekitar mereka. Sedangkan yang menjadi faktor
penghambatnya adalah sikap idealisarogan yang terlalu berlebihan pada sebagian remaja Medan yang kurang bisa menerima kelebihan orang lain. Selain itu, ada
sebagian remaja yang dilarang orang tuanya untuk menekuni musik seperti musik progressive metal karena dianggap musik hanya sekedar kegemaran, tidak bisa
dijadikan sumber keuangan dalam aspek ekonomi.
4.2.3 Studio Musik