Teori Konsep dan Teori

Aliran musik progressive metal adalah subgenre dari musik heavy metal yang mana memilliki kesamaan dengan musik progressive rock yang juga memiliki komposisi yang compleks, birama ganjil yang khas, dan tekhnik permainan instrument musik dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Kepiawaian sang musisi sering dikombinasikan dengan lirik yang lepas sehingga menghasilkan durasi lagu yang cukup panjang dan album yang berkonsephttp:en.wikipedia.org. Medan adalah salah satu kota di Indonesia yang penduduknya terdiri dari beraneka suku dan ras, hal tersebut memberi pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat kemajuan kota Medan yang merupakan kota besar ke 3 di Indonesia. Dimana masyarakat kotanya memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap hal- hal baru yang berkembang dikotanya, dan itu sangat penulis rasakan sendiri. Banyak anak-anak muda di Medan yang memiliki kreatifitas dan inisiatif tinggi yang cenderung selalau inovatif. Didukung pula maraknya teknologi informasi dari internet yang setiap detik selalu berkembang dan secara tidak langsung memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir masyarakat dalam hal ini anak muda khususnya.

1.4.2 Teori

Berbagai teori dan metode keilmuan serta pendekatan etnomusikologis dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan uantuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai produksi dari tingkah laku manusia. Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009 Teori yang penulis gunakan untuk menganalisis setiap penyajian pertunjukan dalam hal ini adalah yang diajukan oleh Alan P. Merriam dan Andrienne L. Keappler. Merriam 1964 mengatakan bahwa untuk menganalisis suatu penyajian petunjukan musikal penting diperhatikan mengenai elemen-elemen; bunyi musikal, konsep-konsep mengenai musik, dan tingkah laku manusia berhubungan dengan bunyi musikal yang mempengaruhi terhadap konsep-konsep musik. Disisi lain Keappler 1972 menekankan pada etnologi pertunjukan yang menggabungkan analisis emik dan analisis etik. Analisis emik adalah penggambaran suatu peristiwa pertunjukan menurut cara pandang masyarakat pendukung itu sendiri. Analisis etik adalah penggambaran pertunjukan dengan cara pandang teoritis dari penelitian peristiwa pertunjukan tersebut. Teori etnosains adalah teori yang mengaplikasikan pandangan dan konsep- konsep masyarakat pendukung kebudayaan yang diteliti. Secara prinsip, teori ini mencoba merumuskan aturan-aturan mengenai cara berpikir yang mungkin melatarbelakangi suatu kebudayaan, kendatipun atura-aturan tersebut hanya dikemukakan secara intuisi. Dengan demikian aturan-aturan hanya dicoba dirumuskan berdasarkan analisis logis terhadap data-data etnografis, dan kemungkinan bahwa analisis itu diwarnai penelitian sepihak dari peneliti , sejauh mungkin akan dihindari Ihromi 1987:67. Untuk melihat sejauh mana perkembangan musik progresif metal sebagai salah satu musik popular yang berkembang di Medan. Penulia akan ngunakan teori ditawarkan oleh Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional and Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009 Change 1978:171 menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang menonjolkan tampilan dari barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Perkaitan dengan perkembangan musik progressive metal di Medan, kedua pola peroses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh pemusik dan penikmat musik progressive metal di Medan. Pengaruh modernisasi tercermin dari pola pikir mereka yang menyukai musik progressive metal yang secara nyata bukan berasal dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan prilaku sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru. Manuel 1988:2 mengatakan bahwa “kata musik populer telah digunakan secara umum dalam tulisan-tulisa berbahasa inggris untuk mengartikan musik rakyat dari seni musik yang di asosiasikan dengan kaum elit. Kata musik populer ini bisa juga dideskripsikan sebagai sebagai bentuk dari musik yang berkembang di abad ini yang mempunyai hubungan erat dengan media massa”. Hal ini semakin memperkuat anggapan penulis bahwa salah satu musik populer yaitu musik progressive metal, memang berkembang melaliu media massa ketika suatu masyarakat mengalami proses industrialisasi dimana musisi sebagai produsen, masyarakat sebagai konsumennya dan sebagai medianya adalah media massa. Dan akibatnya, tercipta produk budaya yang diproduksi oleh produser untuk kemudian dijual di pasar luas dan di prodiksi ulang oleh media massa yang akhirnya di konsumsi oleh konsumen. Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009 Untuk memperkuat teori bahwa musik progressive metal berkembang dikota-kota besar dan menjadi bagian dari kajian Etnomusikologi, Nettle dalam Recent Directions in Etnomusicology 1992:380,384 mengemukakan tentang fenomena Etnomusikologi Urban, yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum minoritas dan musik para imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa gejala urbanisasi memunculkan istilah Etnomusikologi Urban dengan melihat bagaimana telah terjadi transformasi kota dalam konteks budaya individu yang melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan sejarah awal musik progressive metal yang berasal dari musik rock di Barat, hal inilah yang terjadi hingga akhirnya musik rock dan perkembangannya terus berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera. Untuk membahas bahwa musik progreassive metal sebagai salah satu musik populer yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman, Nettle mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World Manuel, 1988:2 bahwa mudik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasika kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio, dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser musik progressive metal dalam hal ini sebagai salah satu sub genre dari musik rock yang sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar, dan media massa, yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan musik progressive metal. Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009 Selanjutnya untuk membahas bahwa dalam bidang musik populer menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik progressive metal, Manuel 1988:3 mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik hiburan sekulerduniawi yang produksi dan penggunaannya tidak di asosiasikan secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang khusus atau memiliki satu “sistem bintang”, dimana media mempromosikan pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para musisi, fshion atau kehidupan pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa ingin tahu yang berlebihan dari pengemar terhadap musisi idoanya itu. Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour dalam berita-berita terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu. Yang lebih relevan lagi, mengenai “sistem bintang” pada musik populer terhadap sejarah munculnya musik progressive metal adalah yang seperti dijelaskan dalam buku yang berjuduk “Musik Populer”, yaitu suatu cara untuk mencari kebaruan dengan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam musik populer yang diabaikan seperti: ada lagu instrumental, tanpa vokal sama sekali; ada penyayi atau pemain yang dengan sengaja memilih pakaian jelek atau aksesoris dan rambut yang aneh seolah mengancam; ada lagu yang diambil dari musik klasik atau sumber lain yang tidak “akrab” dengan kebanyakan pendengar musik populer; ada akor atau ritme yang aneh. Tetapi bisanya keanehan-kenehan ini hanya berfungsi sebagai variasi, dan musiknya tetap jalan sebagaimana biasanya. Syaif Putra : Perkembangan Musik Progressive Metal Di Kota Medan, 2007 USU e-Repository © 2009 Mauly Purba dan Ben M. Pasaribu, 2006:8. Begitu pula halnya yang terjadi pada musik progressive metal, banyak hal-hal baru dalam musik dan penampilan atau fashion para pemusik progressive metal yang menjadi faktor penarik bagi yang melihat atau penikmat musiknya dalam hal ini adalah “penggemar”. Dimana yang sangat berpernan penting sebagai media penghubung adalah media massa, yang mendekatkan penggemar dan “bintang”nya. Dari bebrapa teori yang telah dikemukakan diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa penggemar dari musik progressive metal di Medan kebanyakan adalah kaum remaja. Hal ini dikarenakan yang menjadi target bagi media massa dalam hal ini musik sebagai hiburan, adalah kaula muda yang selalu memiliki rasa keingin tahuan yang sangat besar, yang beranggapan bahwa musik progressive metal memiliki banyak hal-hal baru dalam segi musikal maupun dari segi penampilan dan pertunjukan musiknya. Hal ini tentunya juga menjadi daya tarik bagi para musisi untuk memainkannya.

1.5. Metode Penelitian