pekerja wanita rentan mengalami anemia disebabkan mereka bekerja keras dan tidak mengimbangi dengan makanan yang bergizi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan
pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian anemia dan konsumsi pangan pada buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan
Labuhan tahun 2010.
1.3.1. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui status anemia buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati
Medan. 2.
Untuk mengetahui status gizi buruh wanita di PT. Ayu Bumi Sejati Medan. 3.
Untuk mengetahui konsumsi suplemen dan frekuensi suplemen buruh wanita
di PT. Ayu Bumi Sejati Medan.
4. Untuk mengetahui jumlah energi, protein dan zat besi yang dikonsumsi dan
frekuensi makan buruh wanita di PT Ayu Bumi Sejati Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Pimpinan PT. Ayu Bumi Sejati agar lebih memperhatikan status gizi dan pola konsumsi buruh wanita
yang bekerja di PT. Ayu Bumi Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia Gizi Besi
Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal.
Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dulu dengan keadaan kurang gizi besi KGB. Apabila cadangan besi dalam hati menurun tetapi belum parah, dan jumlah
hemoglobin masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi besi saja tidak disertai anemia gizi besi. Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan
semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi besi, dimana tubuh tidak lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-
sel darah yang baru Soekirman, 2000. Terdapat beberapa parameter untuk mengukur proses terjadinya pentahapan
dari kurang gizi besi ke anemia gizi besi. Untuk mengetahui adanya penurunan atau deplesi cadangan besi tingkat ringan diukur dengan kadar feritin dalam serum darah
yang menurun. Pada tahap berikutnya dapat terjadi deplesi besi yang lebih parah sehingga dapat mengganggu pembentukan hemoglobin baru, tetapi kadar hemoglobin
masih normal, dimana pada tahap ini diukur dengan menurunnya transferin saturation dan meningkatnya erythrocyte protoporphyrin. Tahap berikutnya terjadi anemia gizi
besi yang diukur dengan kadar hemoglobin atau hematokrit yang lebih rendah dari standar normal WHO Soekirman, 2000.
Batasan hemoglobin untuk menentukan apakah seseorang terkena anemia gizi besi atau tidak sangat dipengaruhi oleh umur. Untuk anak-anak umur 6 bulan-5 tahun,
Universitas Sumatera Utara
dapat dikatakan menderita anemia gizi besi apabila kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gdl, umur 6-14 tahun kurang dari 12 gdl, dewasa laki-laki kurang dari 13 gdl,
dewasa perempuan tidak hamil kurang dari 12 gdl, dan dewasa perempuan hamil kurang dari 11 gdl Soekirman, 2000.
2.2. Luasan Masalah Anemia Gizi Besi