Status Gizi Buruh Wanita Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan Buruh Wanita

lemak seperti minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Semua sumber makanan tersebut merupakan sumber energi. Menurut Wirakusumah 1999, bahwa makan yang beraneka ragam makanan memiliki zat-zat yang saling melengkapi. Mengkonsumsi makanan yang cukup jumlah dan baik kualitasnya dapat mencegah anemia zat gizi besi. Makanan sumber zat besi yang cukup juga mencegah anemia. Sumber makanan yang mengandung zat besi terutama pada makanan sumber lauk hewani dan kacang- kacangan, juga ada pada sayuran hijau dan buah-buahan.

5.4. Status Gizi Buruh Wanita

Status gizi berdasarkan IMT buruh wanita lebih banyak pada yang normal yaitu 72,5, sedangkan yang kurus ada 12,5 dan sangat kurus ada 5. Menurut Supariasa 2001, salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah jumlah karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang seimbang. Jika asupan tersebut tidak terpenuhi maka akan berakibat pada status gizi yang tidak normal atau kurang bahkan buruk. Dalam hal untuk orang dewasa dinyatakan dengan kurus atau sangat kurus. Dari hasil penelitian dijumpai juga buruh wanita yang gemuk 7,5 dan obes 2,5. Hal ini disebabkan mereka yang gemuk dan obes berlebih dalam mengkonsumsi makanan. Menurut Rimbawan dan Siagian 2004, bahwa bertambahnya berat tubuh seseorang akibat dari mengkonsumsi makanan tertentu sebenarnya tergantung banyaknya pangan tersebut menymbang asupan energi total dan banyaknya yang terbakar. Untuk menurunkan berat tubuh, kita perlu memakan sedikit energi dan membakar banyak lemak untuk melepaskan energi. Universitas Sumatera Utara

5.5. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Pangan Buruh Wanita

Buruh wanita yang bekerja di perusahaan PT Bumi Ayu Sejati sebagian besar menderita anemia yaitu 52,5 dan yang tidak anemia 47,5. Kejadian anemia yang tinggi pada buruh wanita ini disebabkan kecenderungan konsumsi pangan yang tidak memadai, ini dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi secara harian masih kurang kurang beragam. Mereka masih kurang dalam konsumsi sayur dan buah, serta ikanmakanan laut juga kacang-kacangan. Sumber besi terutama pada sumber makanan hewani, sementara buruh wanita kurang mengkonsumsi makanan hewani. Hal ini diduga karena juga kondisi ekonomi buruh wanita, dimana dilihat dari konsumsi makanan pada buruh wanita yang tidak anemia kondisinya hampir sama dengan yang anemia. Terutama untuk konsumsi ikanmakanan laut sebagai sumber besi utama mereka mengkonsumsi dalam frekuensi yang tidak begitu berbeda. Menurut Marsetyo 2005, sumber besi utama pada makanan terdapat dalam makanan hewani seperti hati, daging, kuning telur, ikan, tiram, udang. Sayuran hijaupun mengandung besi tetapi makanan hewani lebih baik dari pada nabati. Jika dilihat konsumsi sayuran hijau pada buruh wanita yang menderita anemia dengan yang tidak anemia juga hampir sama, Sangat sedikit buruh wanita yang mengkonsumsi sayuran hijau setiap hari, seperti bayam, daun singkong dan kangkung. Untuk konsumsi kacang-kacangan seperti buncis, buruh wanita yang mengkonsumsi buncis jarang atau dengan frekuensi 3xminggu menderita anemia sebanyak 66,7 daripada yang mengkonsumsi buncis dengan frekuensi setiap hari, tetapi buruh wanita yang mengkonsumsi buncis setiap hari lebih banyak tidak Universitas Sumatera Utara menderita anemia 1-3xhari ada 75. Demikian juga yang mengkonsumsi kacang hijau setiap hari lebih banyak yang tidak menderita anemia daripada buruh wanitayang mengkonsumsi dengan frekuensi jarang atau dalam frekuensi mingguan. Demikian juga halnya untuk konsumsi kacang panjang merah dan kacang kedele. Kecuali kacang panjang tidak ada kecenderungan perbedaan status anemia yang mengkonsumsi kacang panjang dalam frekuensi sering atau jarang dengan buruh wanita yang menderita anemia. Konsumsi zat gizi yang dilihat dari energi, protein dan besi kecenderungannya terhadap anemia masih sangat besar. Buruh wanita yang menderita anemia ada 52,5, lebih dari separuhnya. Hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi zat gizi masih dalam jumlah yang kurang, terutama makanan yang mengandung sumber besi. Dari data penelitian terlihat bahwa buruh wanita yang mengkonsumsi zat besi dalam kategori kurang dan defisit semuanya mengalami anemia. Menurut Arisman 2004, anemia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, yaitu kehilangan darah secara kronis, asupan zat besi tidak cukup, serta penyerapan tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan zat besi. Zat besi dapat diperoleh dari sumber makanan yang mengandung zat besi seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan dan dapat diperoleh dari suplemen. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa konsumsi energi tidak mempunyai kecenderungan hubungan terhadap kejadian anemia. Dimana, hal ini dapat dilihat dari buruh wanita yang menderita anemia lebih banyak pada buruh wanita yang mengalami defisit energi dan yang sedang mengkonsumsi energi. Energi total yang dikonsumsi tidak dapat jelas menggambarkan keadaan makanan sumber zat besi yang Universitas Sumatera Utara dikonsumsi sehingga tidak tergambar kecenderungan hubungannya dengan kejadian anemia. Tetapi, jika dilihat dari konsumsi protein mempunyai kecenderungan hubungan dengan kejadian anemia. Buruh wanita yang mengalami defisit protein lebih banyak mengalami anemia sdangkan, yang tidak anemia lebih banyak pada buruh wanita yang baik konsumsi proteinnya. Sumber makanan yang mengandung protein yang utama adalah makanan lauk pauk, juga merupakan sumber zat besi. Sehingga hal ini menjadikan konsumsi protein mempunyai kecenderungan hubungan dengan kejadian anemia.

5.6. Status Anemia berdasarkan Konsumsi Suplemen